Keluar dari rutinitas dan kebiasaan saya utk posting hal-hal yang bernuansa akademis, saya mau review Asus Zenfone 5 yang saya pakai selama kurang lebih udah 4 bulan
Saya agak lupa kapan tepatnya saya beli Z5 (Asus Zenfone 5) ini, tapi yang pasti saya beli ini dlm kondisi second. Waktu itu saya tukar tambah Z5 ini dgn Samsung Galaxy Tab 2 yg 7", dan saya tambah duit lagi 500rb. Kondisi waktu saya pake, lubang charger nya udah agak error dan juga batere nya bocor, tapi overall tukar tambahnya worth it.
Berdasarkan http://www.gsmarena.com/asus_zenfone_5_a500cg-5952.php batere Z5 itu kapasitasnya 2110, jadi lumayan gede juga. Tapi mungkin berhubung saya beli second, jadi baterenya udah bocor. Kalo utk standby sih lama, tapi kalo udah main game (saya main seven knight, id: sije7 hehehehe :) kalo ada yang main n mau add, contact sy dl ya) paling cuma bertahan 1 jam aja. Jadi bener2 sehari bisa charge sampe 3 kali.
Kalo onderdilnya yang RAMnya 2 GB, dan Internal Phone Memory 16 GB + external memory, dan harga yang diitung-itung cuman 1,3jt, 4 bulan yang lalu, handphone ini bnr2 murah tapi ga murahan. Super bagus utk para gamer karena ga ada lag nya. Saya banyak download game-game, pake aplikas-aplikasi gak ada lagnya, berhubung jeroan nya itu gede dan apik. Enak buat nge-game dan program-program yang agak berat.
Bagi agan-agan yang mau cari barang bagus tapi murah, saya recommend Z5 ini buat dibeli. Tapi saran saya, cek dulu lubang tempat charge nya, sama coba cek drainase batere nya (kayak saluran air aja hahaha). Itu aja sekian dari saya.
Sebuah blogspot dari pandangan saya. Saya berusaha untuk menulis blog ini dalam dua bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Hendaknya tulisan saya ini tidak disalah gunakan sebagai bahan plagiasi oleh siapapun juga, sebab hal ini merupakan hasil pemikiran saya sendiri, dan hendaknya nilai intelektual saya dapat dihargai oleh saudara-saudara sekalian. Tulisan-tulisan ini bertujuan untuk membangun, dan menumbuhkan iman.
Wednesday, June 15, 2016
TEOLOGI KEMAKMURAN: BERKAT, KESEMBUHAN, KEKAYAAN, MUJIZAT (SEBUAH KRITIK)
Prolog:
Berikut ini adalah sebuah artikel yang saya buat, yang merupakan hasil dari karya tulis saya dalam mata kuliah Teologi Kontemporer. Hal ini merupakan kegelisahan yang tentu menjamur di kalangan umat Kristen, terutama dari kalangan teolog yang mengkritisi mengenai pengajaran Teologi Kemakmuran, yang dimana hal ini berbahaya bagi iman Kristen dewasa ini. Secara pribadi saya tergugah mengenai hal-hal yang memperihatinkan ini. Pandangan saya ini tentu dapat sangat dipertimbangkan, sebab saya berada di dalam gereja yang mengajarkan Teologi Sukses ini dalam kurun waktu lebih dari 20 tahun. Ide ini berangkat dari kegelisahan saya, dan saya berusaha seobjektif mungkin dalam melihat hal ini.
TEOLOGI SUKSES
1. Pengantar
Teologi
kemakmuran merupakan sebuah doktrin kepercayaan Kristen yang mengatakan berkat
finansial adalah kehendak Allah bagi orang-orang Kristen. Iman menjadi kaya,
perkataan positif terhadap diri sendiri atau orang lain bahwa dirinya
diberkati, serta donasi bagi pelayanan kekristenan diklaim akan meningkatkan kesehatan
keuangan seseorang. Dasar Alkitab yang non-tradisional, seringkali mengambil
Kitab Maleakhi sebagai doktrin untuk melihat hubungan antara Allah dengan
manusia. Apabila seseorang memiliki iman terhadap Allah, maka Allah akan
memberkati orang tersebut dengan keamanan dan kelimpahan. Allah akan
memperhitungkan orang yang mengakui janji-janji berkat ini sebagai sebuah
langkah iman.[1]
Kemakmuran,
kesuksesan, kekayaan, kesembuhan merupakan bukti kasih Allah bagi orang
percaya, sebagai balasan dari doa atau perbuatan baik yang dilakukan oleh orang
Kristen tersebut. penebusan dosa yang dilakukan Kristen bertujuan untuk
mengembalikan rancangan Allah yang semula kepada manusia untuk memberikan
berkat kesuksesan dan kesehatan.[2]
2.
Latar belakang munculnya teologi tersebut
Teologi kemakmuran
tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan dunia yang terpengaruh
materialistisme dan hedonisme, serta tidak mungkin lepas dari perkembangan
ekonomi global setelah Perang Dunia II dan Perang Korea. Ada dua negara yang
mempengaruhi tersebarnya pengajaran mengenai teologi kemakmuran ini, yaitu
Amerika Serikat dan Korea.
A. Amerika Serikat.
Perang-perang
yang dimenangkan oleh Amerika Serikat, dan mengalami titik tolak terbesarnya
pada Perang Dunia 2 (1941-1945), mengakibatkan masyarakat Amerika Serikat menjadi
makmur dan berkelimpahan materi. Namun di satu sisi terjadi sebuah kekosongan
rohani besar yang tidak dapat dipenuhi hanya melalui pemuasan materi saja,
sehingga mereka merasa perlu untuk mengisi bagian dari jiwa. Situasi paska
perang yang mengakibatkan kekayaan yang berlimpah di masyarakat Amerika
Serikat, mengakibatkan pengajaran yang dapat menyesuaikan agama dengan
kemewahan mendapat minat yang sangat besar.[3]
Kerinduan akan pemuasan kebutuhan batin inilah yang mengakibatkan betapa mudah
nya pengaruh teologi kemakmuran mengambil hati orang-orang Kristen pada masa
itu.
B. Korea Selatan.
Korea Selatan mengalami penderitaan akibat Perang
Dunia 2, dan Perang Korea (1950) yang cukup membuat hidup masyarakat Korea
Selatan cukup menderita. Penyebaran teologi kemakmuran yang pada waktu itu
mulai merambat ke daerah Timur, yakni kawasan Pasifik merambat ke negara Korea
Selatan setelah mereka mulai mengalami kemakmuran paska perang saudara. Kepercayaan
Bangsa Korea yang disebut dengan shamanasime
yang mengajarkan bahwa pahala sebagai motivasi penyembahan kepada dewa,
semakin mempermudah penyebaran teologi kemakmuran ini pada masyarakat Korea
Selatan. Hal ini pun mempengaruhi banyak orang Kristen disana.[4]
Bahkan banyak penginjilan di Korea Selatan dilakukan
dengan klaim bahwa Yesus sendiri lah merupakan Dewa Shaman yang mereka sembah,
bahkan oleh para leluhurnya. Hal ini dilakukan oleh para penginjil disana untuk
menyebarkan ajaran kekristenan agar mudah diterima oleh masyarakat Korea
Selatan.[5]
Teologi kemakmuran
sendiri diperkirakan telah muncul pada abad ke-19, yakni pada tahun 1884 oleh
Russell Kelso Carter (1849-1928) seorang pendeta Methodis yang menulis buku
berjudul The Atonement for Sin and
Sickness. Di dalam tulisannya ia mengatakan:
“O, Lord, make me sure of the truth, and I will
confess it; I have nothing to do with consequences; that is Thy part," and
again, "Jesus has the keeping part, I have the believing and confessing.”[6]
Hal ini kemudian dilanjutkan
oleh Essek William Kenyon (1867-1948) seorang pendeta dari Gereja Baptis
Perjanjian Baru, yang diyakini sebagai penggagas teologi kemakmuran yang
mengajarkan doktrin mengenai gerakan kekudusan, iman yang menyembuhkan, gerakan
hidup yang lebih tinggi pada akhir abad ke-19. Kemudian ia menulis banyak hal
mengenai pewahyuan spiritual, serta perkataan-perkataan positif yang
mempengaruhi para pemimpin gerakan kemakmuran yang muncul setelah masa gerakan
kesembuhan di Amerika.[7]
Sekalipun pada awalnya
teologi kemakmuran tidak mendapat hati kalangan orang Kristen Pentakosta pada
masa awal abad ke-20, namun setelah masa Perang Dunia 2 berakhir, gerakan
kesembuhan Amerika terjadi, gerakan kemakmuran ini mulai mendapat porsi yang
cukup diminat seperti yang telah dibahas sebelumnya.
Sebagai kesimpulan,
teologi kemakmuran ini sendiri berkembang dari adanya suatu keadaan ekonomi
yang berlimpah dari masyarakat paska perang, yakni Amerika Serikat paska Perang
Dunia II, dan Korea Selatan paska perang saudara di dataran Korea yang memecah
masyarakat Korea menjadi Utara yang berbasis sosialis komunis, dan Selatan yang
berbasis kapitalis. Hal ini mengakibatkan kelimpahan yang menjadikan rakyat Amerika
Seriakt dan Korea Selatan sangat makmur. Namun di satu sisi terjadi kekosongan
batin yang besar, dan orang berlomba-lomba mencari kebutuhan akan hal ini.
3.
Tokoh-tokoh teologi kemakmuran: riwayat hidup, dan ajarannya.
A.
Russell Kelso Carter (1849-1928)
– Doktrin kesembuhan melalui iman dan obat
Lahir 18 November 1849, ia hidup sebagai seorang
anak yang dibesarkan oleh keluarga Kristen yang taat, dengan ayah nya yang
adalah seorang pendeta Presbiterian, dan ia memutuskan untuk mengikut Yesus
dengan sungguh-sungguh pada usia 15 tahun. Seorang atlet dari akademi militer,
dan sukses sebagai guru dan pelatih. Carter adalah seorang musisi dan penulis
lagu. Pada usia 23 tahun ia mulai mengalami sakit jantung, usi 27 ia menjadi
gembala ternak sekaligus menyembuhkan kesehatannya. Namun pada usia 30 tahun
Carter mengalami kondisi kritis, dan ia tidak dapat disembuhkan. Ia berdoa kepada
Allah dan berjanji bahwa sekalipun ia disembuhkan atau tidak, dia akan
mengabdikan seluruh hidupnya untuk Allah, kemudian Carter disembuhkan oleh
Allah.[8]
Pada tahun 1889 Carter memiliki pandangan teologi yakni
‘kesembuhan sebagai pertobatan’. Namun peristiwa yang terjadi pada 1892 ketika
ia jatuh sakit, ia merubah pandangan teologi nya menjadi ‘kesembuhan melalui
iman pada dewasa ini menjadi hal yang serius sebagai perkenanan Allah dan
selalu istimewa dalam tuntunan dan pimpinan Roh Kudus.’ Pada tahun 1897 ia
menulis buku yang menceritakan bahwa penyakit yang ada bukan dikarenakan Allah
tidak mau untuk menyembuhkan. Dia mengatakan bahwa bukan doa tidak efektif, dan
ia mengatakan hanya sedikit prosentase orang yang disembuhkan sebagai jawab
doa, dan karena hal ini orang-orang mengatakan bahwa sakit penyakit yang
dialami oleh Carter dikarenakan dosa personal. Pada tahun 1898 Carter mengalami
keadaan kritis lagi setelah didiagnosa mengalami Tuberculosis, namun melalui pengobatan ia sembuh dalam waktu 90
hari. Kemudian Carter menyatakan bahwa Allah bekerja melalui obat-obatan sebagai
sesuatu yang pasti melalui doa, dan ia terus bekerja sebagai dokter hingga
tutup usia 23 Agustus 1928.[9]
Dikenal juga sebagai pencetus perkawaninan antara
psikologi dengan agama, Norman kecil hidup di Ohio, AS dan melakukan studi
teologi di Boston University Seminary. Melayani jemaat di Brooklyn, dan
beberapa tahun di University Methodist Church di Syracuse, kemudian di Marble
Collegiate Church di New York. Di gereja yang disebutkan terakhir ia mendirikan
klinik psikologi agama, dimana di dalamnya ia melibatkan 20 orang pendeta,
psiko analisis, ahli jiwa, dokter dan pekerja sosial. Hal ini dimulai pada masa
mudanya ketika ia masih di New Jersey sebagai pendeta muda, ia bekerja sama
dengan seorang ahli psiko analisis bernama Smiley Blanton yang pernah menjadi
murid Sigmund Freud dan 20 tahun kemudian klinik nya menjadi sangat laku.[11]
Sekali lagi, kekosongan batin paska PD II, membuat
Peale dan teologia nya menjadi sangat laku keras, dan bahkan di dalam bukunya
yang berjudul The Art of Living ia
mengatakan bahwa agama adalah tempat pelarian untuk memperoleh kedamaian hati
dan pikiran. Buku-buku nya yang terkenal yang lain adalah A Guide to Confident Living (1948), dan best seller nya yang
berjudul The Power of Positive Thinking (1952).
Kerja sama nya dengan Smiley Blanton membuat nya menulis pandangan berikut:
“Agama
mengajarkan kepada kita bahwa hanya pikiran-p[ikiran yang baik dan indah saja
yang memasuki bawah sadar dikarenakan bahwa bawah sadar hanya dapat
mengembalikan apa yang dikirimkan kepadanya.”
Inti dari pengajaran Peale adalah bahwa seorang
Kristen dapat menjadi sukses maupun makmur, apabila hal tersebut dimulai
terlebih dahulu dari “kesembuhan pikiran” yaitu suatu posisi dimana seseorang
men-sugesti dirinya sendiri dengan memiliki keyakinan bahwa Allah menetap kan
orang tersebut sebagai yang diberkati. Jadi seseorang harus banyak menggunakan
perkataan positif sebagai self suggestion
atau self confidence.[12]
Pengajaran Peale lebih banyak menekankan usaha agar
golongan menengah ke atas tidak mengalami kekuatiran, keresahan hidup,
kepusingan, dan rasa takut lain, sedangkan hal-hal seperti dosa, pertobatan,
dan keselamatan tidak mendapatkan tempat, dan sekali pun ada hal itu bukan
berangkat dari Alkitab akan tetapi dari ilmu jiwa. Dosa, hukuman, dan pertobatan
tidak banyak dibicarakan, serta penafsiran ayat Alkitab yang sering lepas dari
konteksnya dan hanya mengutip ayat-ayat yang menyenangkan saja.[13]
C.
Robert Schuller
(1926-2015) – Doktrin perkataan positif
Robert
adalah seorang televangelist (pengkhotbah
Kristen melalui televisi), gembala, pembicara motivasi, dan seorang penulis
buku. Pada tahun 1955 ada gebrakan yang sangat terkenal yang dilakukannya,
yaitu ketika ia menyampaikan khotbah di gedung theater, dimana jemaat cukup
berada di dalam mobil untuk mendengarkan khotbahnya.[14] Dia membaurkan
psikologi sebagai pesan kepada komunitas Kristen, dan menyajikannya sebagai
“injil merasa baik.”[15]
Robert
lahir pada 16 September 1926, di Iowa, sebagai anak bungsu dari lima bersaudara
pasangan Jennie Beltman (1891-1970) dan Anthony Schuller (1882-1964), yang
merupakan pasangan migrant dari Belanda. Dikatakan pada usianya yang kelima
tahun, ia dinubuatkan oleh paman nya akan menjadi seorang pekabar Injil.
Setelah lulus SMA pada 1944 ia melanjutkan pendidikannya di Hope College dan
memperoleh Master of Divinity nya di Western Theological Seminary, sebuah
seminari yang berbasiskan teologi Calvin. Dia ditahbiskan sebagai pendeta di
gereja Reformed di Amerika pada tahun 1950 di Illinois, dan pada tahun yang
sama juga ia menikahi Arvella de Haan, sebelum pada tahun 1955 ia pindah ke
Garden Grove, California tempat pertama kali ia melakukan khotbah di gedung theater.[16] Gereja Reformend
dimana Robert melayani memanggilnya untuk membuat kongregasi di Garden Grove
ini, dengan hanya bermodal 500 USD, ia kesulitan memperoleh tempat, dan
akhirnya menyewa gedung drive-in theater ini. Banyak yang protes akan ibadah
yang dilakukan ini karena mengurangi nilai esensi dari makna khusyuk sebuah ibadah,
akan tetapi Robert tetap melakukan hal ini.[17] Ia kemudian
mendirikan gereja pada tahun 1961 yang dikenal dengan Crystal Cathedral yang mewah dan megah, dan pengkhotbah pertama di
gedung ini adalah Norman Vincent Peale. Pada tahun 2010, biaya pembangunan
gedung yang sangat besar dari gereja ini mengakibatkan mereka mengalami
kebangkrutan karena hutang yang terlampau besar yakni 55 juta USD, sehingga
pada tahun 2012 gedung ini dibeli oleh Roma Katholik.[18]
Doktrin
dari Robert Schuller sendiri merupakan kelanjutan dari Doktrin Peale yakni
kekuatan batin dan pikiran sebagai sumber sukses, dan ia menggunakan istilah Possibitily Thinking yang sebenarnya
sama saja dengan Positive Thinking dari
Peale. Pendengar didorong untuk berpikir positif untuk mencapai kesuksesan
duniawi dalam segala bidang. Untuk memperoleh nya maka orang tersebut harus
mencintai diri nya sendiri, dan menghargai diri nya sendiri yang dianggap
sebagai sebuah usaha keselamatan[19].
D.
Paul Yonggi Cho
(1936-sekarang) – Kesehatan dan kekayaan adalah hak
Yonggi Cho merupakan pelopor pertumbuhan gereja
berdasarkan kekuatan batin, sama seperti dua tokoh sebelumnya. Dilatarbelakangi
oleh Perang Korea dari tahun 1948-1954 yang memecahk Korea menjadi Utara dan
Selatan. Hidup di dalam keadaan yang miskin, lapar, kesulitan, dan mengalami
sakit penyakit yang parah dan mengalami kesembuhan setelah ia menjadi Kristen,
mewarnai doktrin teologi nya bahwa penderitaan yakni kemiskinan, dan penyakit
bukan lah bagian orang Kristen, tetapi orang Kristen harusnya makmur dan sehat.
Pengaruh Budhisme dan Shamanisme (perdukunan Korea)
mewarnai teologi nya, sehingga seringkali ia menekankan kepada pengikut Kristen
nya untuk melakukan meditasi mistik, serta penyembahan terhadap nenek moyang
yang meninggal. Ia juga mengajarkan tentang dimensi keempat, yakni sebuah
keadaan dimana perkembangan visi dan mimpi terpusat melalu imajinasi, sehingga
melalui penghayatan yang dilakukan oleh orang Budha dan ilmu yoga sekalipun
dapat menemukan alam rohani, sehingga melalui meditasi itu orang Kristen dapat
menguasai tubuh. Yonggi Cho mengklaim bahwa pengajaran dimensi keempat ini
didapatkannya dari pengilhaman Roh Kudus.[20]
Lebih lanjut dia juga mengajarkan agar hidup makmur dan sehat secara jasmani
harus banyak berdoa. Orang Kristen harus mengandalkan kekuatan pikiran, dan
mengucapkan kata-kata positif. Dan dalam kurun waktu 1960-1990, jumlah jemaat Yonggi
Cho berjumlah 500.000 jiwa, sebuah pertumbuhan yang signifikan.[21]
Dan diklaim bahwa jumlah jemaat pada tahun 2007 mencapai 830.000 jiwa. Pada
tahun 2014, ia dinyatakan bersalah dan dihukum 3 tahun penangguhan serta denda
5 juta USD karena kasus penggelapan pajak.[22]
Yonggi Cho hadir di saat yang tepat ketika
masyarakat Korea Selatan membutuhkan suatu kekosongan batin, akan sebuah
pengharapan kemakmuran setelah mereka masyrakat Korea Selatan mengalami penderitaan
yang berkepanjangan. Selesainya perang saudara pada tahun 1954, dan booming nya Yonggi Cho pada 1958,
membuktikan betapa berpengaruh nya harapan akan suatu standar kualitas hidup
yang diberkati dan telah menjadi gaya hidup para leluhur bahwa berkat merupakan
sebuah tanda diperkenan oleh Dewa Shaman. Pendekatan teologi nya yang banyak
terpengaruh budaya dan kepercayaan lain yang mengakibatkan sinkretisme yakni
Shamanisme, Budhisme, penghormatan leluhur, serta pengajaran kemakmuran, positive thinking mengakibatkan ajaran
Yonggi Cho sangat kuat, dan hal ini juga tidak terlepas dari masyarakat Korea
Selatan yang homogen.
E.
Benang merah & kesimpulan
Benar bahwa pada masa Russel Kelso Carter telah
muncul pengajaran teologi kemakmuran ini, akan tetapi hal ini tidak mendapat
perhatian yang serius. Melalui beberapa sumber yang saya baca, saya menemukan
bahwa Carter merupakan pelopor awal dari terbentuknya gerakan ini sekalipun
akhirnya baru “meledak” pada era paska PD II. Berikut adalah runutan booming nya tokoh-tokoh ini:
1. 1948
– Peale booming yakni 3 tahun paska
PD II
2. 1955
– Schuller booming yakni 10 tahun
paska PD II
3. 1958
-
Yonggi Cho booming yakni 4 tahun
paska Perang Korea
Sehingga saya bisa menarik kesimpulan bahwa kekosongan
batin masyarakat yang makmur di Amerika Serikat mengakibatkan kerinduan akan
pemenuhan batin yang berangkat dari ketidak puasan akan makna hidup. Sedangkan
di Korea Selatan, Yonggi Cho dapat begitu booming
karena adanya pengharapan dari masyarakat Korea Selatan yang ketika itu
mengalami kemiskinan parah, merindukan sebuah pengajaran motivasi, dan bahkan
ketika sekarang Korea Selatan menjadi salah satu macan Asia, tetap saja pengajaran
yang kental dengan unsur sinkretisme ini diminati oleh masyarakat setempat.
4.
Metode berteologi
Webster's New Collegiate Dictionary mengatakan bahwa eisegese merupakan suatu proses menafsir
teks dalam cara dimana proses pengenalan berdasarkan presuposisi, agenda, atau
informasi yang bias dari orang atau kelompok tertentu terhadap teks.[24]
Browning menyatakan bahwa eisegesis merupakan suatu upaya terpelajar memasukkan
ke dalam suatu teks arti yang asing dari konteksnya.[25]
Jadi dapat saya simpulkan eisegesis adalah suatu usaha penafsiran Alkitab, bukan dengan membiarkan
Alkitab berbicara apa adanya mengenai dirinya sendiri, akan tetapi memasukan
pandangan pribadi terlebih dahulu (presuposisi) dan mencari ayat yang “dianggap
sesuai” untuk membela doktrin tertentu.
Hal
ini juga yang dipakai oleh banyak teologi, termasuk salah satunya adalah
teologi kemakmuran yang mengambil ayat-ayat tertentu untuk membela doktrinnya. Tentu
tanpa terkecuali semua penafsiran yang dilakukan oleh seseorang di dalam
Alkitab dipengaruhi oleh presuposisi tertentu, akan tetapi setiap presuposisi
yang ada harus dapat dipertanggung jawabkan dalam rangka menggali kebenaran firman
berdasarkan teks dengan menggunakan konsep, prinsip, dan hukum yang dapat
dipakai secara universal dalam menafsir atau istilah yang umumnya dikenal
dengan ilmu hermeneutik.[26]
Setelah
memahami proses lahir dan berkembangnya teologi kemakmuran, dapat disaksikan
bahwa teologi ini mendapat hati di kalangan Kristen secara luas ketika banyak
orang Kristen ketika itu mengalami kekosongan batin dari kelimpahan material
yang mereka miliki. Dalam rangka
memenuhi kebutuhan batin itu lah mereka begitu tertarik akan pengajaran yang
mencocokan kekayaan dengan kekristenan. Esensi-esensi dasar kekristenan telah
menjadi hilang, dan Yesus yang seharusnya menjadi subjek iman Kristen malah
dijadikan sebagai objek pemenuhan kebutuhan, dengan manusia sebagai subjek
utamanya.
Pengajaran ini memiliki
pandangan bahwa orang Kristen yang diberkati Allah dalam kesehatan dan materi
berarti dikenan oleh Allah sebab ia memiliki kerohanian yang baik serta
kedekatan dengan Allah, sedangkan orang Kristen yang tidak memiliki kerohanian
yang baik dan jauh dari Allah hidupnya penuh dengan kemiskinan dan sakit
penyakit (kutuk).
Lahirnya
gerakan ini tentu saja dalam rangka pemuasan kebutuhan dan keinginan dari
manusia, dan segala sesuatunya berpusat pada manusia (antroposentris). Manusia
sebagai pusat, dan Allah adalah sarana yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Sentral dari teologi yang ada adalah manusia, dan bukan Allah.
Penafsiran-penafsiran
yang dilakukan dalam teologi kemakmuran ini pada umumnya menafsirkan ayat
secara harafiah, melepas sebuah ayat dari suatu kesatuan unit yang saling
berkesinambungan, tidak meneliti latar belakang dan konteks dari teks, sehingga
pada umumnya mengabaikan prinsip-prinsip hermeneutik yang benar. Doktrin ini
umumnya didukung oleh kesaksian, dan pengalaman pribadi sebagai sumber utama
dari pengajaran. Pewahyuan khusus, kesaksian, pengalaman pribadi menempati
tempat terutama dalam doktrin ini, sedangkan Alkitab sekalipun hanya menjadi
pelengkap semata untuk memperkuat doktrin yang telah dibangun. Otoritas dan
legitimasi Alkitab tidak dihormati sebagaimana semestinya. Menurut Herlianto metode
yang digunakan ini dinyatakan dalam istilah manipulasi ayat-ayat Alkitab.[27]
5.
Poin-poin ajaran
Poin-poin ajaran
ini tidak dapat dipisahkan dari metode teologi yang dipakai yakni “manipulasi
ayat” dan eisegese yang dinyatakan
dalam beberapa poin pengajaran, sbb:
A.
Tidak ada yang mustahil
Manipulasi
ayat: Kej. 18:14; Yer. 32:17, 27; Mat. 19:26; Mrk. 9:23; Mrk. 14:36; Luk. 1:37;
Mat. 19:28; Flp. 4:13.
Diklaim
bahwa tidak ada yang mustahil merupakan “mantra” yang paling sering digunakan
untuk memperoleh kekayaan dan kemakmuran.[28]
Tentu saja semua ayat ini ditafsirkan dengan dilepaskan dari konteks, sekalipun
saya tidak menyangkali bahwa Allah adalah Maha Kuasa, akan tetapi penafsiran-penafsiran
seperti ini adalah tidak bertanggung jawab.
B.
Memberi maka akan diberi
Ayat-ayat
yang dimanipulasi: Mal. 3:10; Luk. 6:38; 2 Kor. 9:6.
Ron
L. Jones (Funeral Chappels) mengajarakan bahwa dengan memberikan persembahan
kepada gereja maka dapat dipastikan orang tersebut dibebaskan dari hutang, dari
cinta akan uang, memiliki hati yang murah memberi.[29]
Sehingga jemaat “diperah” dengan cara diiming-imingi janji tertentu apabila
memberikan persembahan “kepada Tuhan.” Biasanya hal ini diikuti dengan kesaksian-kesaksian
pribadi dalam khotbah-khotbah bertema kesuksesan. Kesuksesan ini kemudian yang
menjadi doktrin utama, dan landasan utama dalam berteologi serta memainkan
peran yang sangat penting sekali.
C.
Orang percaya adalah anak Raja
Anak raja disini memiliki pandangan bahwa berhak
menikmati kekayaan dan kelimpahan anak Raja, menurut ukuran standar dunia
sehingga setiap orang Kristen distimulasi menjadi seorang anak Raja yang kaya
raya, sebab Tuhan kita adalah Raja.[30]
D.
Berpikir positif
Manipulasi
ayat: Fil. 4:8
Poin dari teologi kemakmuran yang terkenal adalah
berpikir positif. Hal ini sudah saya ulas dalam pembahasan para tokoh, bahwa orang
Kristen disugesti untuk memiliki pikiran yang positif dan mempercayai diri
mereka sendiri. Hal ini tidak terlepas dari pencampuran psikologi agar manusia
berpusat pada dirinya sendiri, suatu kebutuhan manusia mencari keamanan dari
situasi sekalipun bersalah tetapi benar, namun di satu sisi pengaktualisasian
diri dilakukan dalam cara yang salah.
E.
Kesembuhan dan sakit penyakit
Manipulasi
ayat: Mat. 8:17; 1 Pet. 2:24; Bil. 21:5-9; Yes. 53; Rom. 5:2.
Sakit
penyakit berasal dari iblis, dosa, dan kutuk, sehingga salib Kristus menjadi
satu-satunya jalan untuk dapat menebus dosa sehingga manusia tidak lagi sakit
dan sehat sempurna.[31]
Yonggi Cho mengatakan bahwa:
“Kita
orang-orang Kristen dapat menjalani kehidupan di dunia ini dalam keadaan bebas
dari segala penyakit. … Dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru sikap
Allah sama saja. Kehendak Allah bagi manusia bukanlah untuk memberikan
sakit-penyakit kepadanya melainkan kesembuhan dari segala penyakit.
Penyakit
hanyalah merupakan salah satu wujud kutukan Allah. barangsiapa sungguh-sungguh
mengakui dosa-dosanya dan menerima keampunan melalui kuasa Tuhan Yesus Kristus,
akan menerima keselamatan, dan, dalam menerima keselamatan, akan dengan
sendirinya beroleh kelepasan dari kutuk sakit penyakit.”[32]
6. Tanggapan
para teolog
A. Stephen Tong
Menurutnya kemiskinan
berasal dari dosa, dan satu-satunya jalan adalah melalui pertobatan. Ketidak
adilan dan kemiskinan disebabkan oleh dosa, khususnya dalam pengelolaan
kekayaan. Kekayaan yang dimiliki oleh orang Kristen tidak boleh didapatkan
dengan cara-cara yang tidak benar, dan terlebih lagi kekayaan yang diperoleh merupakan
anugerah Tuhan, dan orang kaya tersebut harus menjadi berkat.
Akan tetapi menurutnya,
orang Kristen tidak boleh mengejar kekayaan apalagi memiliki keyakinan bahwa
seseorang dikehendaki Allah menjadi kaya melalui iman. Esensi kekristenan untuk
menyangkal diri dan memikul salib dilupakan oleh orang yang menganut teologi
sukses. Setiap orang Kristen harus berani memikul salib dan menghadapi
kesulitan sekalipun harus bekerja keras mencari uang, namun harus dengan cara
yang benar.[33]
B.
Yakub Tri Handoko
Menurutnya, teologi
kemakmuran merupakan doktrin yang mengajarkan kesuksesan hidup secara jasmani
sebagai tanda atau bukti bahwa orang tersebut diperkenan Allah. kemakmuran
hidup ini terutama mencakup kekayaan dan kesehatan. Keadaan yang menyenangkan
ini dianggap bisa terjadi karena ditentukan Allah sebelumnya atau diberikan
sebagai balasan atas doa atau tindakan tertentu (law of reciprocity). Teologi
kemakmuran menurutnya adalah sesuatu yang salah, sebab kekristenan mengajarkan
bukan untuk mengikuti keinginan pribadi, tetapi hidup yang memuliakan Tuhan dan
untuk kemuliaan Tuhan.[34]
C.
Charles Spurgeon
Charles Spurgeon
(1834-1892) seorang pendeta baptis yang amat terkenal, menolak keras ajaran
mengenai kemakmuran ini. Dalam sebuah kongres yang diadakan lebih dari seabad
yang lalu ia mengatakan:
“I believe that it is anti-Christian and unholy
for any Christian to live with the object of accumulating wealth. You will
say, ‘Are we not to strive all we can to get all the money we can?’ You
may do so. I cannot doubt but what, in so doing, you may do service to the
cause of God. But what I said was that to live with the object of
accumulating wealth is anti-Christian.”[35]
D. Katolik
Menolak secara tegas
teologi kemakmuran. Poin-poin yang dikemukakan: tidak sesuai dengan
kesederhanaan Kristus, tidak sesuai dengan kehidupan para rasul, tidak sesuai
dengan pengajaran bapa gereja, membuat orang mencintai uang dan bukan Tuhan.[36]
7. Tanggapan
A. Positif:
- Orang-orang Kristen jadi memiliki
standar hidup yang lebih tinggi dalam moral, dan rohani, sekalipun dalam hal
ini saya melihatnya bahwa orang-orang seperti ini takut mengalami penghukuman
dan takut tidak diberkati.
- Kekristenan bertumbuh dan perkembangannya
cukup signifikan, sekalipun dilandasi pada doktrin yang salah.
- Pengaktualisasian diri menuju kepada
arah yang positif daripada negatif, sekalipun landasan arah nya adalah salah.
b. Negatif:
- Kesembuhan dari sakit penyakit
merupakan hak prerogatif Allah dan bukan dikarenakan usaha manusia.
- Teologi ini jelas-jelas salah dan
tidak alkitabiah, sebab teologi ini cenderung menejerumuskan orang ke arah yang
salah.
- Membuat orang memiliki motivasi hati
yang salah.
- Justifikasi di kalangan jemaat apabila
seseorang tidak memiliki materi yang melimpah, tidak diberkati Allah, dan
hidupnya tidak berkenan pada Allah. Apabila seseorang mengalami sakit penyakit,
itu karena kutuk dosa.
- Sekalipun saya melihat terkadang
seorang pengkhotbah atau pendeta terlebih dahulu membaca ayat firman, saya
merasa hal ini hanya lah dijadikan sebuah kamuflase semata agar pendeta
tersebut seolah-olah rohani, padahal dibalik kerohanian tersebut ada sebuah
maksud terselubung.
- Tokoh di dalam Alkitab yang muncul
sebagai saksi iman, seperti halnya Kaleb yang mengatakan bahwa Bangsa Israel
dapat memasuki Tanah Kanaan, bukanlah sebuah perkataan positif, akan tetapi hal
tersebut didasari pada Janji Allah kepada Bangsa Israel. Ironis nya pada masa
ini banyak orang mengklaim dijanjikan oleh Allah sehingga hal tersebut harus
diperjuangkan, padahal sebenarnya lebih banyak unsur keinginan dan ambisi
pribadi pada orang tersebut.
Daftar pustaka:
1.
Herlianto, Teologi Sukses: Antara Allah dan Mamon. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1993.
2.
Jones, Ron. L., Jesus Money and Me Discovering the Link Between Your Money and Your Faith. USA: Lincoln, iUniverse.Inc, 2004.
3.
Richardson, D., Eternity in Their Hearts. California: Regal Books, 2005.
4.
Sutanto, Hasan, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran
Alkitab. Malang: SAAT, 2010.
5.
www.wikipedia.com
6.
http://www.thegospelcoalition.org/article/5-errors-of-the-prosperity-gospel
7.
http://www.katolisitas.org/5544/teologi-kemakmuran-ajaran-gampang-tapi-salah
8.
http://dennytan.blogspot.co.id/2010/07/theologi-kemakmuran-ev-yakub-tri.html
9.
http://www.sharefaith.com/guide/Christian-Music/hymns-the-songs-and-the-stories/standing-on-the-promises-the-song-and-the-story.html
10.
http://healingandrevival.com/BioRKCarter.htm
11.
http://www.achievement.org/autodoc/page/sch2bio-1
12.
http://www.yfgc.org/n_english/yonggi_cho/dr_bio.asp
13.
SABDA 4.11.02
[1]
https://en.wikipedia.org/wiki/Prosperity_theology diakses pada Jumat 13
November 2015 08.15 WIB
[2]
https://id.wikipedia.org/wiki/Teologi_kemakmuran diakses pada Jumat 13 November
2015 pukul 08.00 WIB
[3]
Herlianto, Teologi Sukses: Antara Allah
dan Mamon (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 7-8.
[4] Herlianto, 9.
[5] Don Richardson, Eternity in Their Hearts
(Califronia: Regal Books, 2005).
[6]
https://en.wikipedia.org/wiki/E._W._Kenyon diakses pada Jumat 13 November 2015
pukul 12.40 WIB
[7] https://en.wikipedia.org/wiki/Prosperity_theology
diakses pada Jumat, 13 November 2015 pukul 14.30
[8] http://www.sharefaith.com/guide/Christian-Music/hymns-the-songs-and-the-stories/standing-on-the-promises-the-song-and-the-story.html
[9]
http://healingandrevival.com/BioRKCarter.htm diakses Rabu 18 November 2015
pukul 11.45 WIB.
[10]
https://en.wikipedia.org/wiki/Norman_Vincent_Peale diakses Selasa 17
November 2015 pukul 15.20 WIB.
[11] Herlianto, 17-18.
[12]
https://en.wikipedia.org/wiki/Norman_Vincent_Peale#Concealed_hypnosis
diakses pada Selasa 17 November 2015 pukul 15.26 WIB.
[13] Herlianto, 19-20.
[15]
https://en.wikipedia.org/wiki/Robert_H._Schuller diakses Rabu 18 November 2015
pukul 11.55 WIB.
[16] https://en.wikipedia.org/wiki/Robert_H._Schuller
diakses Rabu 18 November 2015 pukul 12.05 WIB.
[17]
http://www.achievement.org/autodoc/page/sch2bio-1 diakses Rabu 18 November 2015
pukul. 12.20 WIB.
[19] Herlianto, 21-22.
[20] Herlianto 23-24.
[21] Herlianto, 24-26.
[22] https://en.wikipedia.org/wiki/David_Yonggi_Cho
diakses pada Rabu 18 November 2015 pukul 12.55 WIB.
[23] http://www.yfgc.org/n_english/yonggi_cho/dr_bio.asp
diakses pada Rabu 18 November 2015 pukul 12.58 WIB.
[24] https://en.wikipedia.org/wiki/Eisegesis
diakses Selasa 17 November 2015 pukul 12.54 WIB.
[25] Kamus Browning dengan pengetikan
kata “Eisegesis”, Kompilasi Kamus Alkitab @4674 dari SABDA 4.11.02.
[26] Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran
Alkitab (Malang: SAAT, 2010), 3.
[27] Herlianto, 32.
[28] Herlianto, 33.
[29] Ron. L. Jones, Jesus Money and Me Discovering the Link Between Your
Money and Your Faith (USA:
Lincoln, iUniverse.Inc, 2004), 1-6.
[30] Herlianto, 69-70.
[31] Herlianto, 147.
[32] Herlianto, 148.
[33] http://reformata.com/news/view/211/miskin-itu-karena-dosa-bertobatlah
diakses Selasa 17 November 2015 pukul 12.35 WIB.
[34]
http://dennytan.blogspot.co.id/2010/07/theologi-kemakmuran-ev-yakub-tri.html
diakses pada Selasa 17 November 2015 pukul 10.50 WIB.
[35] http://www.thegospelcoalition.org/article/5-errors-of-the-prosperity-gospel
diakses Selasa 17 November 2015.
[36]
http://www.katolisitas.org/5544/teologi-kemakmuran-ajaran-gampang-tapi-salah
diakses Jumat 13 November 2015 pukul 09.40 WIB.
Subscribe to:
Posts (Atom)