Berakar dari iman berbuah dalam pertobatan
Pendahuluan
Untuk mendapatkan
penafsiran yang baik maka perlu untuk melihat ke dalam teks aslinya yakni teks
berbahasa Yunani. Meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa teks-teks Yunani
merupakan salinan yang sangat mungkin terdapat kesalahan, namun alangkah
bijaksana apabila kita tetap berusaha meneliti ke dalam bahasa aslinya. Oleh
karena itu kami akan memaparkan perbandingan antara teks berbahasa Indonesia
yang diterjemahkan oleh LAI dan teks berbahasa Yunani yang diterbitkan oleh BGT
(Bible Works Greek LXX/BNT).
1
Yohanes 1:5-10
5 Dan inilah berita, yang telah
kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang
dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan.
6 Jika kita katakan, bahwa kita
beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita
berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.
7 Tetapi jika kita hidup di dalam
terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan
seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari
pada segala dosa.
8 Jika kita berkata, bahwa kita
tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di
dalam kita.
9 Jika kita mengaku dosa kita, maka
Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan
menyucikan kita dari segala kejahatan.
10 Jika kita berkata, bahwa kita
tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya
tidak ada di dalam kita.
5 Καὶ ἔστιν αὕτη ἡ ἀγγελία
ἣν ἀκηκόαμεν ἀπ᾽ αὐτοῦ καὶ ἀναγγέλλομεν ὑμῖν, ὅτι ὁ θεὸς φῶς ἐστιν καὶ σκοτία ἐν
αὐτῷ οὐκ ἔστιν οὐδεμία.
6 Ἐὰν εἴπωμεν ὅτι κοινωνίαν ἔχομεν
μετ᾽ αὐτοῦ καὶ ἐν τῷ σκότει περιπατῶμεν, ψευδόμεθα καὶ οὐ ποιοῦμεν τὴν ἀλήθειαν·
7 ἐὰν δὲ ἐν τῷ φωτὶ περιπατῶμεν ὡς
αὐτός ἐστιν ἐν τῷ φωτί, κοινωνίαν ἔχομεν μετ᾽ ἀλλήλων καὶ τὸ αἷμα Ἰησοῦ τοῦ υἱοῦ
αὐτοῦ καθαρίζει ἡμᾶς ἀπὸ πάσης ἁμαρτίας.
8 ἐὰν εἴπωμεν ὅτι ἁμαρτίαν οὐκ ἔχομεν,
ἑαυτοὺς πλανῶμεν καὶ ἡ ἀλήθεια οὐκ ἔστιν ἐν ἡμῖν.
9 ἐὰν ὁμολογῶμεν τὰς ἁμαρτίας ἡμῶν,
πιστός ἐστιν καὶ δίκαιος, ἵνα ἀφῇ ἡμῖν τὰς ἁμαρτίας καὶ καθαρίσῃ ἡμᾶς ἀπὸ πάσης
ἀδικίας.
10 ἐὰν εἴπωμεν ὅτι οὐχ ἡμαρτήκαμεν,
ψεύστην ποιοῦμεν αὐτὸν καὶ ὁ λόγος αὐτοῦ οὐκ ἔστιν ἐν ἡμῖν.
Datar pertanyaan
penelitian
1. Berita apa
yang dimaksud? (ay. 5)
2.
Bagaimanakah pengertian terang dan kegelapan? (ay. 5)
3. Apa yang
dimaksud dengan “persekutuan dengan Dia”? (ay. 6)
4. Bagimana cara
hidup dalam terang? (ay. 7)
5. Apa yang
dimaksud dengan membuat Dia menjadi pendusta? (ay. 10)
Tafsiran teks
A. Analisis
Surat 1 Yohanes tidak seperti surat-surat umum
lainnya dalam Perjanjian Baru. Surat ini tidak memiliki hal-hal yang umumnya
terdapat pada surat biasanya, seperti tidak adanya salam. Ditulis dalam suatu
keadaan dimana Yohanes yang resah karena adanya suatu permasalahan yang timbul
dalam jemaat Efesus, dalam kurun waktu 90 M.
Suatu
keadaan dimana ada beberapa buah pengajaran palsu yang menyimpang tentang esensi-esensi
dasar dari kekristenan yang menyerang kepercayaan Kristen, dan mengacaubalukan hal-hal
yang mendasar dari Kekristenan dengan dalih ingin membenarkan kekristenan dan
mengangkat kekristenan dipandang dalam dunia filsafat. Akibatnya banyak terjadi
penyesatan dan mengakibatkan banyak orang Kristen ini mengelompok menjadi suatu
golongan tertentu dan mereka menjauhkan diri, berpaling dari persekutuan, serta
menghina orang-orang Kristen lain di luar kelompok mereka. Gerakan aliran ini
disebut gnostikisme (ilmu pengetahuan).
Ada dua aliran gnostisisme yang sangat mempengaruhi
dan menyesatkan banyak orang Kristen di sana. Pertama adalah cerinthianisme yang dicetuskan oleh
Cerinthus. Dalam pandangannya, Cerinthus memberi argument bahwa Yesus adalah manusia
biasa, yang ketika Ia dibaptis maka pribadi Kristus turun ke atas-Nya, sehingga
Ia penuh dengan kuasa. Namun sebelum penyaliban, Kristus pergi dari diri Yesus.
Namun Cerinthus percaya bahwa Yesus bangkit dari antara orang mati. Kedua, adalah
paham doketisme yang beragumen bahwa Yesus Kristus tidak sungguh-sungguh
manusia, melainkan hanya tampak sebagai manusia. Kata ini berasal dari bahasa
Yunani dokein yang berarti tampak
atau kelihatannya. Doktrin ini mempertahankan bahwa Yesus Kristus hanya
tampaknya saja mempunyai tbuh. Maka dengan kata lan dapat dikatakan bahwa Yesus
Kristus hanya memiliki tubuh surgawi dan hanya berpura-pura saja menderita dan
mati. Doketisme bukanlah sebuah mazhab atau sekte, tetapi suatu cara berpikir
tentang Yesus Kristus sejak zaman para rasul muncul dalam bentuk yang beraneka
ragam.[1]
Ayat 5
Penggunaan kata penghubung Καὶ (kai) menjadi penanda keterkaitan ayat 5 ini dengan ayat
atau perikob sebelumnya, yakni pada ayat 1-4. Dalam ayat 1-4, Yohanes memulai
suratnya dengan mengatakan tujuan, yakni menjelaskan kepada pembacanya apa yang
didengarnya dan dilihatnya mengenai Firman hidup yang dimanifestasikan dalam
Yesus Kristus, dengan pengharapan akan tercipta persekutuan penuh sukacita
antara dirinya, pembacanya dan Allah sendiri.
Pada kalimat pertama pada ayat ini dijelaskan
bahwa “inilah berita yang telah kami dengar (mungkin Yohanes dan para rasul)
dari Dia (Yesus), dan yang kami sampaikan kepada kamu (penerima surat, terutama
jemaat Efesus)”. Dalam kalimat pertama ini dijelaskan bahwa Yohanes hendak
menyampaikan kepada penerima surat dalam hal ini adalah jemaat Efesus tentang
berita yang telah ia dengar, secara langsung dari Tuhan Yesus Kristus saat Ia
berada di muka bumi. Dalam pernyataan ini tampak jelas bahwa Yohanes merasa
sangat jengah tentang apa yang terjadi di tengah-tengah jemaat tentang pengajaran
palsu yang banyak beredar. Oleh sebab itu untuk memperkuat bukti otentik dari
pernyataannya itu, ia menyertakan Tuhan Yesus sebagai subjek utama dari pemberita
Kabar Baik tentang diri-Nya sendiri. Dalam hal ini berita tersebut dalam bahasa
Yunaninya adalah ἀγγελία (anggelia) yang berarti berita tentang Tuhan yakni Injil
Kristus itu sendiri.
Pada kalimat selanjutnya dikatakan
bahwa “Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan”.
Apa yang kemudian melatar belakangi dari ucapan Yohanes kepada jemaat ini? Tentu
hal ini mengandung suatu penekanan tertentu. Ya, tentu saja ucapan ini
merupakan sebuah pembelaan bagi pandangan gnostik yang memandang bahwa untuk
mencapai sebuah kesempurnaan, manusia boleh melakukan apa pun asalkan
(sekalipun hal tersebut sangat amoral) hal tersebut berguna menambah
pengetahuan yang dapat membawa mereka kepada keselamatan. Tentu saja hal ini
sangat bertolak belakang dengan apa yang dipercayai bahwa Allah sangat membenci
dosa, dan menghukum mereka yang melakukannya.
Penggunaan kata φῶς (fos) yang berarti terang memiliki arti bahwa terang
ilahi itu mengerjakan kebenaran dalam diri orang percaya untuk menyingkapkan kebenaran
moral dan rohani.[2] Kekudusuan Allah diungkapkan
daalm istilah-istilah terang, mis 1 Tim. 6:16 dimana Allah dikatakan bersemayam
dalam terang yang tidak terhampiri.[3] Maka
tentu saja kegelapan (skotia) yang
berarti kejahatan[4] tidak mungkin
dikerjakan-Nya sebab hal tersebut sangat dibenci-Nya.
Dalam kata lain, Allah adalah
kebenaran yang menolak tindakan amoral dan menjaga kekudusan-Nya (Kel. 15:11;
dst) yang membedakan-Nya dari ilah-ilah lain. Oleh karena itu tentu saja sebagai
seorang pengikut Kristus, sudah seharusnya mereka mengikuti kekudusan Allahnya dan
menjauhi segala perbuatan dosa. Apabila seseorang mengakui bahwa dirinya adalah
orang yang beriman kepada Kristus, maka iman tersebut harus menghasilkan sebuah
konsekuensi moral (1 Yoh. 3:23)[5]
yang secara otomatis dituntut suatu perbuatan agar menjauh dari tindakan
amoral.
Orang-orang
percaya dianggap sebagai orang yang lahir dari Allah (1 Yoh. 2:29; 3:9; 4:7;
5:4; 5:18). Kelahiran baru akan mengakibatkan perubahan secara rohani. Tidak
ada seorang pun yang lahir dari Allah terus menerus berbuat dosa (1 Yoh. 3:9; 5:18),
dan apabila orang tersebut terus menerus berbuat dosa sesungguhnya ia adalah
anak iblis (1 Yoh. 3:18). Paulus mengatakan dalam suratnya bahwa orang yang
berada di bawah kasih karunia dan bukan di bawah Hukum Taurat tetap tidak boleh
melakukan dosa dan terus menerus di dalamnya (Rom. 6:15 – tentu saja hal ini
berbicara tetang kehidupan Kristen setelah orang menjadi percaya). Orang yang
lahir dari Allah akan mengasihi orang lain dan lebih dari itu kelahiran baru
membuat orang mengenal Allah (1 Yoh. 4:7). Seseorang yang dilahirkan kembali
mempunyai suatu penilaian yang sama sekali baru mengenai dunia, lalu mengalami
pembebasan dari tarikannya.[6]
Jika
kita menerima Dia, menaati Dia, melihat Dia, mengenal DIa, maka tanggapan kita
bersifat positif. Jika kita tak menyambut Dia dengan cara-cara ini, maka kita
tidak mempunyai iman. Kita digolongkan kepada mereka yang telah menlak
keselamatan yang disediakan Allah.[7]
Ayat 6
Jika seseorang mengatakan bersekutu
dengan Dia (Kristen), namun masih hidup dalam kegelapan (dosa yang disadari dan
terus menerus), maka mereka berdusta dan tidak melakukan kebenaran.
Dalam hal ini bersekutu berasal dari
bahasa Yunani κοινωνίαν (koinonian) , yang mengandung makna intimasi, komuni, persekutuan
(hubungan pribadi) yang dalam hal ini Allah membawa umat-Nya masuk ke dalam
persekutuan dengan Anak-Nya (1 Kor. 1:9). Koinonia
harus dipahami bahwa sebuah situasi dimana orang tersebut terlibat di dalamnya,
sehingga orang tersebut mendapat bagian dalam persekutuan, member bagian dalam
persekutuan, dan bersama-sama mendapat bagian dalam persekutuan.[8]
Yohanes dalam suratnya yang pertama sangat menekankan tentang “tetap berada” di
dalam Allah (1 Yohanes 4:16), yang sangat mungkin hal ini mirip sekali dengan
persekutuan dengan Allah (1:3, 6).[9]
Orang Kristen tidak lagi hidup dalam
kegelapan (skotia) sebab kegelapan
hanya dikerjakan oleh anak-anak si iblis (1 Yoh. 3:8, 10). Kegelapan berarti
melakukan tindakan pembiaran dalam peran menghormati hal-hal yang ilahi serta
tugas sebagai manusia, dan “bersekutu” dengan musuh Allah dan tindakan amoral,
yang memiliki konsekuensi berakhir dalam kertakan di neraka.[10]
Artinya apabila seseorang menyatakan
sebagai pengikut Kristus (Kristen) tetapi tergoda dengan hal-hal duniawi seperti
yang terjadi pada kisah yang melatar belakangi surat 1 Yohanes, seperti
tindakan amoral, mencari pelacur bakti, menerima jimat-jimat berhala,
menjauhkan diri dari persekutuan Kristen dan bahkan merendahkan mereka maka
sebenarnya mereka bukan berasal dari Allah, dan mereka berbohong apabila mereka
menyebut diri sebagai yang bersekutu dengan Allah, karena Allah membenci dosa (zinah
hati dan perbuatan, dan zinah rohani).
Ayat 7
Penggunaan
kata penghubung δὲ (de) (dan, tetapi) pada ayat ini
menegaskan bahwa ada hubungan dengan ayat sebelumnya. Pengambilan makna tetapi
berarti mengandung sebuah unsure perlawanan pada suatu kalimat. Pada ayat 6
dijelaskan bahwa seorang Kristen yang berbuat dosa sebenarnya dia bukanlah
orang Kristen yang sungguh-sungguh. Maka pada ayat 7 ini kita menemukan bahwa
jika hidup dalam terang sama seperti hakikat Allah, maka kita bersekutu dengan
yang lain (orang Kristen lain) melalui pengorbanan Kristus yang menyucikan kita
dari dosa.
Kata
berjalan yang dalam bahasa Yunani περιπατῶμεν (peripatomen) yang merupakan present active subjunctive, mengikuti kata kerja utamanya
yakni ἔχομεν (ekomen) yang
berisfat present active indicative yang artinya baik berjalan dalam terang
Allah dan terlibat dalam persekutuan merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dan
terus menerus melekat pada diri orang percaya. Tindakan berjalan dalam terang
yang berarti menolak dosa merupakan tindakan yang harus terus menerus dilakukan
oleh setiap orang percaya.
Hidup
Kristen berarti menolak dosa secara total: “karena itu setiap orang yang tetap
berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat
dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia” (1 Yoh. 3:6). Meskipun Yohanes
tidak mengatakan bahwa seorang Kristen tidak pernah membuat kesalahan, tetapi
dia mengatakan secara tegas bahwa orang Kristen tidak bisa meneruskan cara
hidup yang jahat. Tidak mungkin orang yang telah dilahirkan kembali dari kuasa
Allah terus bercokol dalam dosa. Kalau dia berdosa, itu tidak sebagaimana
mestinya.[11]
Dalam ayat ini perihal pendamaian
yang dikerjakan oleh Kristus sangat dominan. Jelas hanya kematian-Nyalah yang
penting. Ada sekelompok orang dari gereja mula-mula dulu yang tidak bisa
menerima gagsan bahwa Kristus disalibkan. Menurut paham mereka, Kristus yang
ilahi turun ke atas manusia Yesus pada waktu Ia dibaptis, tetapi meninggalkan
Dia sebelum Dia disalibkan. Yohanes menandaskan bahwa tidak hanya baptisa
tetapi juga salib Kristus adalah penting. Bukan baptisan-Nya, melainkan
kematian-Nyalah yang menghapus dosa.
Ayat 8
Apabila seseorang mengatakan dirinya tidak berdosa, maka kebenaran
tidak ada dalam diri orang tersebut. Artinya pengorbanan Kristus tidak bekerja
pada orang yang tidak membutuhkan-Nya. Dalam hal ini tidak ada orang yang
benar, sebab semua orang telah kehilangan kemuliaan Allah (Rom. 3:23). Tidak
ada seorang pun yang mampu menyelamatkan dirinya sendiri sehingga perlu korban
penebusan sekali untuk selamanya dan hal itu hanya dapat dikerjakan oleh
Kristus (Ibr. 10:2). Sebab hanya orang yang memakan tubuh Kristus dan meminum
darah-Nya yang akan memiliki hidup (Yoh. 6:53).[12]
Jadi
orang yang menganggap dirinya benar dan tidak berdosa, meniadakan pengorbanan
Kristus, dan meniadakan karya keselamatan dalam dirinya yang berarti ia tidak
mempunyai hidup dan akan mengalami kebinasaan. Menolak Kristus berarti menolak
kebenaran, sebab kebenaran tidak dapat dikerjakan oleh manusia (Gal. 2:21).
Ayat 9
Allah selalu menepati janji-Nya. Mengaku yang berasal
dari bahasa Yunani ὁμολογῶμεν (homologomen) mengandung tata bahasa present active subjunctive
mengikut kata sifat πιστός (pistos) ἐστιν (estin) dalam diri Allah yang bersifat present active indicative. Hal ini
berarti sifat Allah yang setia dan adil merupakan sifat yang terus menerus melekat
pada Allah yang tidak mungkin tidak dilakukan-Nya, sebab Allah tidak mungkin
lalai menepati janji-Nya (2 Pet. 3:9). Iman berbicara tentang kesetiaan Allah dimana
Allah selalu menepati janji-janji-Nya (1 Tes. 5:24).
Ketika
seseorang mengaku maka Allah yang setia dan adil pastilah mengampuni. Hal
mengaku dan mengampuni merupakan suatu hal yang tidak terpisahkan dalam konteks
pada ayat ini, sebab kata mengaku mengikuti sifat Allah yang setia dan
bertindak mengampuni.
ὁμολογῶμεν (homologomen)
yang berati mengaku merupakan tindakan berjanji, mendeklarasikan, dan pengakuan
itu sendiri yang diikuti dengan penyesalan.[13] Artinya
tindakan mengaku bukan hanya saja diucapkan dalam bibir, tetapi juga berasal
dari dalam hati yang sungguh-sungguh menyesal kepada Allah.
Apakah
tindakan mengaku ini berati mengaku terhadap dosa yang dilakukan meskipun telah
menjadi Kristen atau percaya baru berkaitan dengan mengampuni dan menyucikan
dosa dari kejahatan sebelum bertobat? Tentu saja pengampunan dan penyucian
tidak dapat dilepaskan dari dosa dan kejahatan. Kata dosa yang dipakai adalah ἁμαρτίας yang sangat berkaitan
erat dengan ketidakpercayaan kepada Allah yang berarti di luar Kristus. Jadi
pengampunan dan penyucian ini berkaitan erat dengan orang berdosa yang diampuni
Allah ketika ia bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam
hidupnya.
Agak
membingungkan ketika Yohanes menujukan pernyataan ini kepada kata kita.[14] Apakah
yang dimaksud bahwa Yohanes menganggap bahwa ada orang yang desersi, tetapi
penggunaan kata kita dapat dipahami bahwa Yohanes pun terlibat di dalamnya.
Tidak mungkin ia tidak percaya kepada Yesus, dan hal itu berarti dirinya telah menerima
pengampunan dan penyucian itu. Adalah lebih baik bila kita memandang bahwa
penggunaan kata kita ditujukan kepada keadaan sebelum mereka bertobat dan
menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Dan seketika pada waktu mereka bertobat
maka secara otomatis mereka disucikan dan diampuni melalui pengorbanan Kristus.
Namun
apabila hal ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang terpengaruh gnostik
dan secara otomatis menolak Injil Kristus dan kebenaran-Nya, bisa diartikan
bahwa Yohanes mengajak pembacanya yang mungkin termasuk dalam golongan ini
untuk kembali bertobat sebab Allah akan mengampuni apabila orang itu
sungguh-sungguh mau bertobat dan mempercayai apa yang menjadi inti iman
Kristen.
Ayat 10
Kembali penggunaan kata ἐὰν menjadi penghubung pada ayat
ini. Dalam hal ini Yohanes kembali memberikan sebuah pemikiran untuk mengajak
para pembacanya berpikir dan merenung.
Apabila seseorang tidak berbuat dosa maka Firman Allah
tentu tidak ada dalam diri orang tersebut. Selain itu kita membuat-Nya menjadi
pendusta, sebab kedatangan Kristus ke dunia adalah untuk menyelamatkan orang
berdosa.[15] Menolak pekerjaan Kristus
berarti menolak Allah yakni Firman itu sendiri (Yoh. 1:1) dan kebenaran itu
tidak ada di dalam diri.
B. Sintesis
Sebagai kesimpulan dari pembahasan 1
Yohanes 1:5-10 ini kami berpendapat bahwa seseorang yang menjadi seorang
pengikut Kristus dan berada di dalam-Nya harus menjauhkan diri dari segala
kejahatan. Sebab ketika seseorang telah menjadi anak Allah, diri mereka harus
jauh dari tindakan duniawi (dosa). Orang Kristen mungkin saja berbuat salah,
namun pada tabiatnya seorang Kristen harus melepaskan dirinya dari perbuatan
dosa yang terus menerus. Artinya ketika seseorang menyebut dirinya sebagai
orang Kristen tetapi masih melakukan perbuatan yang jahat, sesungguhnya orang
tersebut bukan orang Kristen sejati sebab orang yang diselamatkan akan
mengerjakan buah-buah pertobatan. Iman yang menyelamatkan, namun disamping itu
ada sebuah tindakan yang harus dipertanggung jawabkan di hadapan Allah sebab
iman tanpa perbuatan hakekatnya adalah mati. Kedua hal ini tidak bertentangan
tetapi saling melengkapi satu sama lainnya, seperti dua sisi pada sebuah koin
bahwa dua sisi itu merupakan suatu kesatuan.
Dalam hal ini kita bisa melihat
bahwa Yohanes begitu resah dengan keadaan jemaat di Efesus yang
tergunjang-ganjing oleh pengajaran sesat, sehingga ia merasa perlu untuk
meyakinkan jemaat untuk kembali kepada kepercayaan semula tentang Kristus yang
adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia yang menebus umat-Nya
dari dosa. Penyangkalan akan Dia akan membawa orang masuk ke dalam kegelapan yang
membinasakan hidup. Tetapi apabila orang mengaku Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat maka orang itu akan diampuni dan disucikan.
Penutup
Pada
bagian penutup saya akan menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang saya
cantumkan di atas.
Daftar pertanyaan penelitian:
1. Berita apa
yang dimaksud? (ay. 5)
Berita ini berarti Injil Kristus dimana
di luar Dia tidak ada keselamatan dan hanya kegelapan yang ada. Terang Allah
dinyatakan dalam kekudusan-Nya yang juga dituntut pada diri setiap orang
percaya. Yesus mengajarkan bahwa orang percaya harus hidup secara benar dan
suci, baik secara moral dan bukan hidup serampangan seperti kebiasaan orang
kafir yang tidak mengenal Allah.
2.
Bagaimanakah pengertian terang dan kegelapan? (ay. 5)
Dalam konteks ini fos berarti terang berarti kekudusan Allah, tindakan yang benar
yang sesuai dengan moral yang sangat bertentangan dengan kegelapan atau perbuatan
dosa yang dilakukan dalam perbuatan tidak bermoral.
3. Apa yang
dimaksud dengan “persekutuan dengan Dia”? (ay. 6)
Orang yang bersekutu dengan Dia
adalah orang yang masuk di dalam bagian-Nya. Artinya orang Kristen yang
percaya, yang telah disucikan dan dibenarkan oleh Allah melalui pengorbanan
Kristus.
4. Bagimana cara
hidup dalam terang? (ay. 7)
Menjauhi cara hidup yang bergumul
dalam dosa terus menerus, dan mengerjakan buah-buah pertobatan. Sebab orang
yang hidup dalam terang tidak lagi berada dalam kegelapan. Orang Kristen akan
mengerjakan perbuatan yang baik sebagai tanda syukur akan anugerah Allah yang
telah menyelamatkan orang tersebut.
5. Apa yang
dimaksud dengan membuat Dia menjadi pendusta? (ay. 10)
Allah tidak mungkin berdusta.
Allah tahu bahwa semua orang berdosa dan tidak ada seorang pun yang benar,
sehingga perlu pengorbanan Kristus untuk menyelamatkan mereka. Sehingga apabila
ada orang yang mengatakan ia tidak berdosa, maka orang itu membuat Allah menjadi
pendusta.
Refleksi
Sebagai orang Kristen maka kita dituntut untuk hidup
di dalam kebenaran-Nya. Seorang yang percaya kepada Allah tidak mungkin
mengerjakan perbuatan seperti orang yang tidak percaya. Perbuatan tidak
menyelamatkan, tetapi perbuatan yang mencerminkan orang tersebut apakah ia
seorang yang sungguh-sungguh diselamatkan atau tidak.
Orang
seringkali menganggap bahwa percaya kepada Kristus adalah hal yang cukup
(meskipun pada kenyataannya memang demikian), sehingga ia dapat berlaku
serampangan dan berbuat sesuka-sukanya karena berpikir bahwa dirinya telah
diselamatkan. Tetapi kita harus mengerti bahwa orang yang tahu bahwa dirinya
telah diselamatkan tidak mungkin mengerjakan perbuatan yang serampangan.
Kita
hanya diselamatkan oleh iman kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat! Tapi
apakah benar orang yang mengaku percaya Kristus kemudian melakukan hidup yang
tidak bermoral merupakan orang yang sebenarnya sungguh-sungguh beriman dan
percaya kepada Kristus? Dapat dikatakan hal itu adalah mustahil, sebab iman
akan mengerjakan buah pertobatannya dan tidak mungkin tidak.
Jadi
ingatlah bahwa iman yang menyelamatkan pastilah disertai perbuatan (buah
pertobatan) yang sesuai dengan kehendak Allah. Hanya di dalam Kristus ada
keselamatan dan apabila seseorang mungkin pernah mengalami desersi dalam
kekristenan, Allah akan mengampuni apabila orang itu sungguh-sungguh bertobat dan
percaya kepada Kristus, sebab tidak aka n ada lagi pertobatan ketika orang
sudah meninggal.
Daftar pustaka:
1.
Donald Guthrie, Teologi
Perjanjian Baru 2. Jakarta: BPK, 2011.
2.
Donald Guthrie, Teologi
Perjanjian Baru 3. Jakarta: BPK, 2012.
3.
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini vol. 1. Jakarta:
YKBK, 2011.
4.
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini vol. 2. Jakarta:
YKBK, 2011.
5.
Morris,
L., Teologi Perjanjian Baru. Malang:
Gandum Mas, 2006.
6.
Software Bible Works
8
7.
Wikipedia
[1]
http://id.wikipedia.org/wiki/Doketisme
[2] Bible Works 8, strong data for
“light”
[3] E. E. Ellis, “Terang”
dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini vol.2
penerjemah H. Opa Sunggu (Jakarta: YKBK, 2011), 465.
[4] Bible Works 8, skotia diartikan sebagai wickedness
[5] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2. Jakarta: BPK,
2012. Hal. 225.
[6] Donald Guthrie, 229
[7] Donlad Guthrie, 226
[8],
R. P. Martin “Sekutu,
persekutuan” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini vol.2
penerjemah H. Opa Sunggu (Jakarta:
YKBK, 2011), 373
[9] Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru. Malang: Gandum
Mas, 2006. 400
[10] Bible Works 8, strong
dictionaries “darkness”
[11] Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru. Malang: Gandum
Mas, 2006. Hal. 403
[12] Donald Guthrie dalam bukunya Teologi Perjanjian Baru 2, mengatakan bahwa
tubuh dan darah tidak mengacu kepada Perjamuan Kudus, tetapi harus dipandang
bahwa hal ini berkaitan dengan kematian-Nya. Lihat hal. 71
[13] Bible Works 8, Strong
dictionaries “we confess”
[15] Dalam hal ini keadaan bahwa
Yesus datang untuk menyelamatkan orang berdosa dalam pengertian bahwa semua
orang berdosa dan tidak ada yang benar.
TRIMAKASIH ulasan tafsirnya, Terus berkarya bagi Kristus.
ReplyDelete