Multiple Personality Disorder
I.
PENDAHULUAN
Banyak
hal-hal di dalam kehidupan yang menarik untuk diulas. Salah satunya adalah
kajian mengenai ilmu psikologi. Cakupan yang begitu luas tentang psikologi,
membuat saya merasa sangat tertarik dengan adanya suatu sub topic dalam bagian
ilmu psikologi yang begitu luas yang bernama kepribadian ganda. Hal ini adalah
sesuatu yang menarik mengapa? Karena saya pernah menonton film-film tentang
kepribadian ganda ini, dan begitu melihat adanya pilihan topic yang ada maka
saya tidak ragu untuk mengambil kajian ini karena memang hal ini cukup menyita
perhatian saya. Oleh karena itu saya akan memaparkan perihal-perihal apa saja
yang terkandung dalam kepribadian ganda.
Definisi
Pemecahan kepribadian atau sering juga disebut kepribadian ganda, atau juga lebih
terkenal dengan nama alter
ego.
Adalah suatu keadaan di mana kepribadian individu terpecah menjadi beberapa
individu sehingga menghasilkan kepribadian lainnya. Kepribadian tersebut
merupakan wujud dari ekspresi kepribadian utama yang muncul karena pribadi
utama tidak dapat mewujudkan hal yang ingin dilakukannya. Terkadang si
penderita tidak mengetahui bahwa dirinya memiliki kepribadian ganda, dua
pribadi yang ada dalam satu tubuh ini juga tidak saling mengenal dan lebih
parah lagi kadang-kadang dua pribadi ini saling bertolak belakang sifatnya.[1]
Disasosasi identitas yang menyimpang
(Dissociative Identity Disorder) adalah sesuatu yang wajar umumnya terjadi
karena trauma yang parah dalam masa awal-awal anak-anak. Hal yang umumnya
terjadi cukup ekstrim, terulang teruma menerus secara fisik, seksual, dan kekerasan
emosional. Sebagian
yang tidak setuju ini meyakini bahwa para penderita yang memiliki kelainan
ini sebenarnya hanya memiliki satu
kepribadian, namun si penderita akan merasa kalau ia memiliki banyak
identitas yang memiliki cara berpikir, temperamen, tata bahasa, ingatan dan
interaksi terhadap lingkungan yang berbeda-beda. Walaupun penyebabnya tidak
bisa dipastikan, namun rata-rata para psikolog sepakat kalau penyebab kelainan
ini pada umumnya adalah karena trauma masa kecil. Untuk memahami bagaimana
banyak identitas bisa terbentuk di dalam diri seseorang, maka terlebih dahulu
kita harus memahami arti dari Dissociative
(disosiasi).
Multiple Personality Disorder (MPD) tetap
menjadi sebuah fenomena yang sangat sulit dipahami. Dengan edisi
keempat Diagnostik dan Statistik Manual atau DSM-IV, telah terjadi perubahan
nama Dissociative Identity Disorder (DID).
Berdasarkan The DSM- IV-TR diagnostic kriteria
terhadap penyimpangan ini antara lain:
A. Kehadiran dua atau lebih identitas yang berbeda (masing-masing
dengan pola berbeda yang relatif terus menerus, dalam hal mengamati secara
sendir kepribadian tertentu, berkaitan dengan, dan berpikir tentang lingkungan
dan diri sendiri).
B. Setidaknya dua dari beberapa identitas utama ini mengambil
tempat utama dalam mengendalikan kelakuan pengidap penyimpangan ini.
C. ketidak mampuan untuk memanggil kembali pribadi yang penting tentang
informasi personal yang penting adalah terlalu ekstensif untuk dijelaskan
berdasarkan proses melupakan yang biasa.
D. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari
suatu zat (misalnya, pemadaman atau perilaku kacau selama mabuk alkohol) atau
kondisi medis umum (misalnya, kejang parsial kompleks). Pada anak kecil,
gejala-gejala ini tidak disebabkan teman bermain khayalan atau bermain fantasi
lainnya.
Sejumlah orang yang melihat Dissociative
Identity Disorder sebagai diagnosis yang valid (dan ada banyak yang tidak)
menganggapnya sebagai 'membelah' dari kepribadian inti menjadi 'identitas yang
berbeda', biasanya hal ini terjadi dalam mengatasi trauma parah yang
berkelanjutan, baik secara fisik, emosional, dan / atau seksual di masa kecil.
Menurut psikolog, jumlah identitas berbeda ini bisa lebih banyak
pada beberapa kasus, bahkan hingga mencapai 100. Masing-masing identitas itu
memiliki nama, umur, jenis kelamin, ras, gaya, cara berbicara dan karakter yang
berbeda.
Proses pembentuk
Ketika seseorang telah mengalami factor kedewasaan
secara umur, maka biasanya orang tersebut telah cukup kuat baik secara
kepribadian maupun karakter dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan. Namun, beda halnya
apabila masalah tersebut terjadi pada anak kecil yang masih berusia di bawah
tujuh tahun, dimana kekuatan tersebut belumlah muncul. Ketika masalah yang
berat itu datang, maka mereka akan mencari cara lain dari ketidak mampuan ini
dengan tujuan untuk bertahan dari pengalaman traumatis tersebut, dengan cara
melakukan disosiasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, disosiasi merupakan pemecahan
molekul dl proses kimia yg menghasilkan satu atau lebih molekul lain[2]
Biasanya dengan
menggunakan cara ini, maka seorang anak dapat membuat pikiran sadarnya terlepas
dari pengalaman traumatis yang sangat mengguncang kepribadiannya untuk
dihilangkan.
Menurut Colin
Ross yang menulis buku The Osiris Complex (1995),
proses disosiasi pada anak yang mengarah kepada kelainan DID terdiri dari dua
proses psikologis. Kita akan mengambil contoh pelecehan seksual yang dialami
oleh seorang anak perempuan.
1.
Proses Pertama: anak perempuan yang
berulang-ulang mengalami penganiayaan seksual akan berusaha menyangkal
pengalaman ini di dalam pikirannya supaya bisa terbebas dari rasa sakit yang
luar biasa. Ia bisa mengalami "out of body experience" yang
membuat ia "terlepas" dari tubuhnya dan dari pengalaman traumatis
yang sedang berlangsung. Ia mungkin bisa merasakan rohnya melayang hingga ke
langit-langit dan membayangkan dirinya sedang melihat kepada anak perempuan
lain yang sedang mengalami pelecehan seksual. Dengan kata lain, identitas baru
yang berbeda telah muncul.
2.
Proses Kedua, sebuah penghalang
memori kemudian dibangun antara anak perempuan itu dengan identitas baru yang telah
diciptakan. Sekarang, sebuah kesadaran baru telah terbentuk. Pelecehan seksual
tersebut tidak pernah terjadi padanya dan ia tidak bisa mengingat apapun
mengenainya.
Apabila pelecehan
seksual terus berlanjut, maka proses ini akan terus berulang sehingga ia akan
kembali menciptakan banyak identitas baru untuk mengatasinya. Ketika kebiasaan disosiasi ini telah
mendarah daging, sang anak juga akan menciptakan identitas baru untuk hal-hal
yang tidak berhubungan dengan pengalaman traumatis seperti pergi ke sekolah
atau bermain bersama teman.
Ciri-ciri pengidap DID
Kepribadian ganda tidak
ditandai dengan seseorang yang sering merubah penampilannya meskipun orang
tersebut terlihat seperti orang lain dengan identitas berbeda. Tidak juga ditandai
dengan seseorang yang berubah emosinya, yang dari tersenyum tiba-tiba menjadi
sangat emosi. Dan ketika itu air mukanya terlihat sangat berbeda dan menjadi
seperti seekor hewan buas. Tetapi kepribadian ganda ini ditandai dengan perubahan
penampilan, emosi, dan identitas seseorang.
Contoh sebuah kasus yang
ditayangkan pada Jurnal Kompas.com:[3]
Tanya:
Dok, saya ingin bertanya. Bagaimanakah cara mendeteksi kepribadian
ganda? Apakah ada tes atau metode mudah mendeteksi masalah ini? Saya adalah orang
yang sering mengalami hal semacam menyalahkan diri saya yang bernama Edi. Dan
ketika saya mengaku dengan nama lain, sifat saya berubah misalnya dari
pemalu menjadi berani. Bahkan saya sering mengobrol sendiri dengan salah satu
sisi itu untuk menjawab pertanyaan saya. Seringkali salah satu menasehati, yang
satu penurut, yang satu tidak terima, dsb. Mohon jawabannya ya Dok. (Edi, 20,
Bandung).
Jawab:
Jika anda mengalami kepribadian ganda, maka anda tidak akan mungkin
bisa menceritakan kepada saya seperti apa yang anda ceritakan di surat anda.
Orang dengan kepribadian ganda tidak akan menyadari perpindahan kepribadiannya
tersebut. Orang itu akan secara otomatis saja "berubah"
kepribadiannya. Orang lain yang akan menyadari kondisi yang
dia alami. Apa yang terjadi pada Edi lebih kepada suatu fantasi akan adanya
suatu kepribadian lain yang secara umum berbeda dengan apa yang saat ini Edi
rasakan.
Edi merasakan bahwa ada keinginan terpendam untuk menjadi karakter itu
tetapi di lain pihak, kotak terhadap realita masih terjaga sehingga hanya bisa
mengkhayalkannya. Ada yang kita sebut "suara hati" yang kadang saling
bertentangan untuk suatu masalah atau kondisi yang kita hadapi. Itulah yang
bisa terjadi pada banyak orang.
Tanya:
Dok, saya ingin bertanya. Apakah secara
medis atau psikologis benar ada orang yang memiliki kepribadian ganda? Kadang,
saya merasa bahwa saya berkepribadian ganda dan saling berlawanan. Di hari yang
sama, saya bisa sangat berani tapi beberapa jam kemudian bisa sangat takut dan
pemalu. Atau saya bisa sangat pemarah, tapi sejam kemudian saya bisa merasa
kasihan dan mudah tersentuh. Kadang saya bisa menjadi sangat ekstrovert tapi
tak lama kemudian saya bisa menjadi sangat introvert. Apa kira-kira yang saya
alami ya? Ada cara untuk bisa mengelola kejiwaan sehingga bisa mendukung kepada
produktivitas saya? Terima kasih Dok. (Novi, 23, Bandung).
Jawab:
Dalam ilmu kedokteran jiwa atau
psikiatri ada diagnosis gangguan identitas disosiatif yang dulu lebih dikenal
dengan sebutan Multiple Personality Disorder. Karakteristik dari gangguan ini adalah
adanya dua atau lebih bentuk identitas kepribadian yang sama sekali berbeda
yang mempunyai sifat dan karakter yang berbeda.
Apa yang dialami Novi saya rasa
masih dalam bentuk reaksi emosional yang cenderung berubah-ubah sesuai dengan
kondisi perasaan saat itu. Satu hal lagi yang perlu diwaspadai dari kondisi
yang dialami Novi adalah suatu jenis gangguan suasana perasaan yang dinamakan
Gangguan Bipolar.
Ini juga sering dialami dan
karakteristik gejalanya mirip dengan apa yang dialami oleh Novi. Saran saya
segera berobat ke psikiater agar mendapatkan pemeriksaan dan penjelasan lebih
lanjut.
Ada empat ciri utama yang membedakan antara orang
yang mengidap kepribadian gandan atau tidak. Apabila pada diri seseorang
terdapat empat ciri ini, maka orang tersebut mengidap DID atau kepribadian
ganda. Ciri-ciri tersebut antara lain:
1.
Harus ada dua atau
lebih identitas atau kesadaran yang berbeda di dalam diri satu orang
tersebut.
2.
Kepribadian-kepribadian ini secara berulang saling mengambil alih
perilaku satu orang tersebut (Switching). Setiap
karakter ini bisa mengambil alih pikiran sang penderita hanya dalam tempo
beberapa detik. Proses pengambilalihan ini disebut switching ini
biasanya dipicu oleh kondisi stres.
3.
Ada ketidakmampuan untuk mengingat informasi penting yang
berkenaan dengan dirinya yang terlalu luar biasa untuk dianggap hanya sebagai
lupa biasa.
4.
Gangguan-gangguan yang terjadi ini tidak terjadi karena efek
psikologis dari substansi seperti alkohol atau obat-obatan atau karena kondisi
medis seperti demam.
98 persen orang-orang
yang mengidap DID mengalami amnesia ketika sebuah identitas muncul (switching).
Ketika kepribadian utama orang tersebut mengambil alih kembali, ia tidak bisa
mengingat apa yang telah terjadi ketika identitas sebelumnya berkuasa.
1.
(1646) Paracelsus melaporkan kasus tentang wanita yang
menuduh seseorang telah mencuri uangnya. Pencurinya kemungkinan memiliki
kepribadian ganda, yang melakukan tindakannya tanpa sepengetahuan pribadi
utama.
2.
(1791) Eberhard Gmelin mendeskripsikan kasus tentang pergantian
identitas diri seorang
wanita Jerman berusia 21 tahun, yang mengaku seorang bangsawan Perancis dan mampu berbicarabahasa
Perancis. Gmelin percaya bahwa
kasus seperti itu dapat membantu memahami seluk beluk kepribadian manusia.
3.
(1816) Kasus Mary Reynolds, kepribadian
ganda, diterbitkan dalam bentuk
artikel di majalah Medical Repository.
- (1838) Charles
Despine menemukan sebuah kasus
kepribadian ganda dalam diri Estelle, seorang gadis berusia 11 tahun.
- (1876) Eugène Azam menemukan
kasus kepribadian ganda dalam tubuh seorang wanita muda Perancis, yang
biasa dipanggil Felida X.
- (1899) Buku karangan Théodore
Flournoy yang berjudul Des Indes à la Planète Mars: Etude sur un
cas de somnambulisme avec glossolalie (Dari India ke Planet Mars:
Kasus kepribadian ganda dengan bahasa imajiner) diterbitkan.
- (1906) Buku Morton
Prince, The Dissociation of a
Personality, mengungkapkan kisahnya merawat pasien berkepribadian
ganda bernama Clara Norton Fowler alias Christine
Beauchamp.
- (1915) Walter
Franklin Prince menerbitkan studi kasus
seorang pasien yang bernama Doris
Fischer dengan judul The
Doris Case of Multiple Personality. Studi kasus ini kemudian diikuti
oleh beberapa percobaan mengenai diri Fischer sendiri dan dirinya yang
lain.
- (1943) Stengel mengatakan bahwa
seseorang yang berkepribadian ganda mengalami "kelainan".
- (1954) Buku Shirley
Jackson, The Bird's Nest,
sebuah cerita fiksi tentang pemecahan kepribadian, diterbitkan.
- (1954) Buku Thigpen &
Cleckley, The Three Faces of Eve, didasarkan pada hasil
terapi Chris
Costner-Sizemore, diterbitkan. Buku ini
berhasil menarik minat orang Amerika mengkaji
masalah pemecahan kepribadian.
- (1957) Film The Three Faces
of Eve yang dibintangi oleh Joanne
Woodward, diluncurkan.
- (1973) Buku laris karya Flora R.
Schreiber, Sybil,
membukukan kisah pengobatan dan terapi yang dilakukan oleh Shirley Ardell Mason.
Namanya disamarkan menjadi Sybil Dorsett dalam buku ini.
- (1976) Versi layar kaca Sybil diproduksi,
dibintangi oleh Sally
Field.
- (1977) Chris
Costner-Sizemore menerbitkan
otobiografinya yang berjudul I'm Eve.
- (1980) Tahun terbit buku Michelle
Remembers.
- (1981) Buku Daniel
Keyes, 24
Wajah Billy, diterbitkan. Buku ini
didasarkan dari hasil wawancara antara Billy
Milligan dan terapisnya.
- (1986) Tahun terbit buku When
Rabbit Howls.
- (1995) Astraea, situs yang pertama
kali membahas masalah pemecahan kepribadian di dunia maya, diluncurkan
bulan September.
- (1999) Buku Cameron West, First
Person Plural: My Life as a Multiple, diterbitkan.
- (2005) Otobiografi Robert
Oxnam, A Fractured Mind,
diterbitkan.[5]
Kasus Sybil Isabel Dorsett
Salah
satu kasus yang paling terkenal perihal kepribadian ganda adalah kasus yang
meimpa Shirley Ardell Mason. Cornelia Wilbur (psikiaternya) menyembunyikan
identitas asli dari Shirley dan mengganti namanya menjadi Sybil Isabel Dorsett.
Dalam
sesi terapi yang dilakukan Cornelia, terungkap kalau Sybil memiliki 16
kepribadian yang berbeda, diantaranya adalah Clara, Helen, Marcia, Vanessa,
Ruthi, Mike (Pria), Sid (Pria) dan lain-lain. Menurut Cornelia, 16 identitas
yang muncul pada diri Sybil berasal dari trauma
masa kecil akibat sering mengalami penyiksaan oleh ibunya.
Dr.Philip M Coons:
"Hubungan
antara penyiksaan atau trauma masa kecil dengan Multiple Personality
Disorder sesungguhnya tidak pernah dipercaya sebelum kasus Sybil"
Pengetahuan
mengenai kepribadian ganda banyak disusun berdasarkan kasus Sybil. Jika kasus
itu ternyata hanya sebuah false memory, maka
runtuhlah seluruh teori dissosiasi dalam hubungannya dengan kelainan
kepribadian ganda. Ini juga berarti kalau kelainan kepribadian ganda
sesungguhnya tidak pernah ada.
Dr.Herbert Spiegel:
Bantahan
dilakukan oleh Herbert dengan dalil bahwa 16 identitas yang berbeda tersebut
sebenarnya muncul karena teknik hipnotis yang digunakan oleh Cornelia untuk
mengobatinya. Bukan hanya itu, Cornelia bahkan menggunakan serum kejujuran
dalam terapi penyembhuan Sybil.
Dr.Spiegel
percaya kalau 16 identitas tersebut diciptakan oleh Cornelia dengan menggunakan
hipnotis. Ini sangat mungkin terjadi karena Sybil ternyata seorang yang sangat
sugestif dan gampang dipengaruhi. Apalagi ditambah dengan obat-obatan yang
jelas dapat membawa pengaruh kepada syarafnya.
Peter Swales:
seorang
penulis yang pertama kali berhasil mengetahui kalau Sybil adalah Shirley juga
setuju dengan pendapat ini. Dari hasil penyelidikan intensif yang dilakukannya,
ia percaya kalau penyiksaan yang dipercaya dialami oleh Sybil sesungguhnya
tidak pernah terjadi. Kemungkinan, semua ingatan mengenai penyiksaan itu (yang
muncul karena sesi hipnotis) sebenarnya hanyalah ingatan yang ditanamkan oleh
sang terapis, Cornelia Wilbur.
II.
TAHAP
AWAL
A.
Abad 18
Pada abad ke-18, keahlian para dukun untuk berubah menjadi roh
binatang ataupun peristiwa kerasukan dianggap sebagai fenomena seseorang yang
mempunyai kepribadian ganda. Kasus Eberhardt Gmelin (1791) dianggap sebagai kasus
kepribadian ganda pertama yang dilaporkan, walaupun sebelumnya pernah terjadi
peristiwa amnesia yang menyerupai gejala kepribadian ganda yang dilaporkan pada tahun 1664.[6]
B. Abad 19
Pada tahun 1812, Benjamin Rush, yang juga dijuluki sebagai Bapak Psikiatri Amerika,
mengoleksi kasus-kasus gangguan disosiatif dan kepribadian ganda. Dia menulis buku psikiatri pertama tentang gangguan kepribadian ganda berjudul "Pertanyaan
Medis dan Pengamatan dari Penyakit Kejiwaan" (asli dalam bahasa Inggris: "Medical Inquiries and
Observations Upon Disesases of the Mind"), teorinya mengatakan bahwa gangguan kepribadian ganda terjadi karena
kerusakan hubungan pada 2 hemisper otak.
Pada akhir abad
ke-19, Eugene Azam, seorang
profesor bedah tertarik pada hipnosis, menerbitkan sejumlah laporan tentang Felida
X, Felida X lahir di tahun 1843, kehilangan ayahnya pada masa bayi dan masa
kanak-kanak hidup dengan pengalaman yang menyakitkan. Felida X memiliki 3 kepribadian dimana kepribadian 1 adalah kepribadian normalnya dan 2
lagi kepribadian lainnya yang abnormal. Pierre
Janet melaporkan beberapa kasus kepribadian ganda pada akhir abad
ke-19 dan abad ke-20 awal, seperti kasus Leonie, Lucie, Rose, Marie,
dan Marceline.
III.
PERKEMBANGAN
BERIKUTNYA
Pada
era 1880-1920, banyak konferensi medis internasional yang membahas tentang disosiasi. Jean-Martin
Charcot memperkenalkan
gagasannya tentang disosiatif, dia mengtakan bahwa disasosiasi ini adalah shock
pada saraf yang mengakibatkan banyak kondisi neurologis yang abnormal.
Kasus kepribadian ganda pertama yang pernah
diselidiki secara ilmiah adalah kasus Clara Norton Fowler pada tahun 1906.
IV.
MASA
KINI
Masalah kepribadian ganda ini tidak
benar-benar bisa dipahami, bahkan sebelum abad ke-20, gejala psikologi ini
selalu dikaitkan dengan kerasukan setan. Abad ke-20 para psikolog menolak
kaitan itu menyebut fenomena ini dengan sebutan Multiple
Personality Disorder (MPD).
Berikutnya, ketika nama itu dirasa tidak lagi sesuai, gejala ini diberi nama
baru, Dissociative Identity Disorder (DID). Era baru dimulai kembali pada tahun 1994 saat diterbitkannya DSM-IV gangguan ini berganti nama
menjadi Gangguan Identitas Disosiatif (Dissociative Identity Disorder).
Menurut
survei yang pernah dilakukan psikiater Colin
Ross di Charter Hospital of Dallas tahun 1989, banyak bukti yang mendukung
bahwa DID bukanlah sebuah kepura-puraan. Rata-rata penderita DID memiliki 16
kepribadian. Berbagai kepribadian itu berasal dari pasien berbagai usia, jenis
kelamin,dan ras. Bahkan gangguan ini juga memungkinkan orang mengalami
perubahan kesadaran menjadi spesies lain.[7] Namun
untuk mendiagnosa orang yang punya kepribadian ganda bukan hal mudah. Meskipun
kepribadian ganda seseorang dapat diidentifikasi dari berubah-ubahnya tulisan
tangan, pola suara, ukuran plus minus pada kacamata dan alergi. Para pendukung
gagasan kepribadian ganda juga mengatakan ada perbedaan biologis pada penderita
DID dalam laju pernapasan, pola gelombang otak dan konduktansi kulit, serta ukuran
gairah yang diterima.
Pengertian kini tentang DID adalah sebagai sebuah teori
fragmentasi yang menimbulkan trauma yang terpecah dari sebuah kepribadian utama
menjadi beberapa personality seperti kepribadian yang merespon trauma masa
kecil yang begitu dalam.
Ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah
hubungan antara epilepsi dan Dissociative Identity Disorder, yang belum dapat diketahui
atau diteliti secara ilmiah. Theodore P.
Zahn menyatakan bahwa:
Sebuah
pertanyaan neurologis penting adalah hubungan antara proses disosiatif dan
epilepsi lobus sementara. Pertama, bisa individu dengan epilepsi lobus temporal
menunjukkan gejala disosiatif? Dan kedua, apakah adanya gejala disosiatif
menunjukkan epilepsi lobus temporal? Jawaban untuk pertanyaan pertama tampaknya
ya. Munculnya fenomena disosiatif antara individu dengan epilepsi lobus
temporal telah didokumentasikan dengan baik (Devinsky, Putnam, Grafman,
Bromfield & Theodore, 1989; Mesulam, 1981; Schenk & beruang, 1981).
Jadi,
sebagian psikologi berpikir bahwa fenomena DID merupakan sebuah false memory yang tercipta dikarenakan pengaruh
dari adanya suatu terapi hipnotis yang dilakukan oleh seorang psikolog atau
psikiater terhadap pasiennya. Menurut sebagian psikolog ini, tidak ada hal yang
membuktikan secara ilmiah atau empiris bahwa pengalaman traumatis dapat
menimbulkan kepribadian ganda pada diri seseorang. Saya sendiri tidak setuju
dengan pandangan ini dan mutlak setuju dengan pandangan-pandangan di atas.
V.
PERANAN
PSIKOLOGI DALAM KEPRIBADIAN GANDA DI
MASA YANG AKAN DATANG
Tentu peranan psikologi ini dalam masa yang akan
datang adalah sesuatu yang penting untuk dipelajari dan akan terus berkembang.
Meskipun sampai pada kesimpulan bahwa perihal DID ini adalah karena masa lalu,
saya sungguh menyadari bahwa iblis memakai masa lalu seseorang untuk
menimbulkan masalah traumatic yang mengakibatkan hancurnya fungsi otak dan masuknya
iblis ke dalam pribadi orang yang tidak percaya. Karena itu sangat penting
bahwa penelitian ini juga diteliti terus menerus dengan semakin meningkatkan kualitas
konseling yang baik ditinjau dari factor psikologinya agar terjadi pemulihan dari
Tuhan.
Pentingnya mempelajari perihal kepribadian ganda
ini yang semakin modern di dalam arus perkembangan jaman akan menjawab hal-hal
yang mungkin tidak bisa dijawab pada saat ini. Kemungkinan besar akan
dikembangkan banyak hal yang semakin memperhatikan hal in idengan teori-teori baru
yang berkembang terkait dengan masalah-masalah yang tidak terpecahkan.
Sumber:
1. Wikipedia
Software Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline 1.4
Menurut Anda, apakah ada solusi baik secara rohani untuk mengatasi masalah Kepribadian Ganda ?
ReplyDeleteMenurut Anda, apakah ada solusi baik secara rohani untuk mengatasi masalah Kepribadian Ganda ?
ReplyDeletemohon maaf baru membalas komentar saudara. menurut saya, masalah ini tentu harus didoakan. namun terlebih lagi Tuhan memakai juga orang-orang profesional sebagai sarana penyembuhan. menurut saya, hal ini harus ditangani secara medis oleh psikiater, karena perlu pengobatan secara obat-obatan, dan pengawasan serta tuntunan dari orang-orang yang berpengalaman.
ReplyDelete