PERSEMBAHAN
YANG HARUM
Bagaimana sebuah persembahan kepada Tuhan dapat
dikatakan sebuah persembahan? Persembahan berbicara tentang sesuatu yang
dibakar dan dipersembahkan kepada Tuhan. Ketika Tuhan menguji Abraham untuk
mempersembahkan anaknya Ishak, tentu bukanlah suatu hal yang mudah baginya.
Namun Abraham yakin benar bahwa Allah adalah Allah yang selalu menepati
janji-Nya karena dari Ishak lah akan lahir keturunan yang serupa dengan pasir
di laut. Karena Abraham percaya bahwa Allah akan membangkitkan Ishak dari
antara orang mati (Ibr. 11:19). Abraham tahu secara pasti kepada siapa dia
beriman.
Begitu juga dengan persembahan yang dilakukan
oleh orang-orang yang mengasihi Tuhan yang tercatat di dalam Alkitab. Seperti
halnya dengan kedua belas rasul, para martir Kristus, dan mereka yang bertahan
dalam perjuangan iman.
Persembahan yang berbau harum adalah persembahan
yang dipersembahkan secara benar. Saya teringat tentang peristiwa ketika Yesus
membalikan meja-meja penukar uang di Bait Allah, dan juga pedagang-pedagang
hewan kurban (Mat. 21:12-13). Ketika itu Tuhan Yesus begitu marah karena Rumah
Bapa-Nya dijadikan sarang penyamun. Artinya ketika Yesus melakukan hal ini Ia
melihat adanya ketidakadilan dan kecurangan yang dilakukan, yakni menjual
hewan-hewan secara curang. Dengan kualitas rendah dan dijual dengan harga
setinggi-tingginya mereka mau mendapat keuntungan yang besar! Mereka hanya
menebalkan kantong mereka sendiri namun mereka memberikan persembahan yang
buruk kepada Allah. Apakah Yesus ketika itu marah dengan orang yang membeli
hewan kurban? Tentu saja tidak karena si pembeli tidak ada pilihan lain selain
membeli di Bait Allah, sebab membawa hewan dari tempat yang jauh adalah hal yang
sangat sulit dan mustahil. Yesus marah kepada orang yang menghalang-halangi orang
untuk membawa persembahan yang baik kepada Allah. Persembahan yang harum adalah
persembahan yang terbaik yang diberikan kepada Tuhan tanpa cacat cela.
Persembahan yang berbau harum adalah persembahan
yang benar, dan apakah yang benar itu? Persembahan yang benar adalah seluruh kehidupan
kita. Persembahan yang baik tidak berbicara tentang seberapa besar pemberian
yang diberikan oleh seseorang. Saya membaca sebuah artikel, dan disitu ada
sebuah statement yang menemplak saya. Bagaimana sebuah persembahan dapat
dikatakan persembahan? Apakah ketika kita punya uang 100 juta dan kita
memberikan 1 juta dapat dikatakan persembahan? Dalam artikel itu dikatakan
bahwa sebuah persembahan cukup hanya dengan satu dollar saja. Namun persembahan
satu dollar itu merupakan persembahan yang diberikan ketika orang itu hanya
punya satu dollar itu saja! Artinya Tuhan merindukan kehidupan kita sebagai
persembahan yang benar! Orang yang cinta Tuhan tidak akan hitung-hitungan
dengan Tuhan, bahkan rela mempersembahkan bukan hanya harta tetapi seluruh
hidupnya untuk Tuhan.
Kehidupan kita adalah persembahan terbaik yang
dapat kita berikan kepada Tuhan. Sebelum pikiran saya diubahkan oleh Tuhan,
saya selalu merasa bahwa kehidupan membawa saya kepada titik dimana saya
bersungut dan tidak bersyukur untuk apa yang telah saya miliki, bersungut atas
ketidakadilan, akan apa yang seharusnya saya peroleh lebih, atas apa yang saya
kerjakan dan saya memperoleh yang tidak sesuai ekspektasi saya. Saya terkadang
merasa ketidakadilan akan apa yang terjadi dalam kehidupan saya. Suatu ketika
sehabis saya mengantar mama saya pergi ke suatu tempat, dan saya hendak pergi
ke tempat lainnya saya yang merasa hidup ini tidak adil, Tuhan memberikan tidak
seperti dengan apa yang saya harapkan begitu pikiran saya. Saya mulai
membanding-bandingkan kehidupan saya dengan orang lain. Lalu saya berhenti di
sebuah lampu merah di kawasan Gunung Sahari, tepat di depan markas
Angkatan Laut. Ketika itu sembari saya
memberhentikan laju mobil yang saya bawa, seperti biasa ada orang-orang yang
menjajakan dagangannya sembari berharap mendapat sedikit uang dari hasil
penjualannya. Saya melihat seorang bapak-bapak mungkin usianya sekitar 30-an
akhir. Tidak ada yang terlalu dapat banyak disedihkan dari bapak itu, dia
menjual hiasan-hiasan seperti kuda-kudaan dari kayu. Dia tidak cacat, namun
tentu saja peluh dan tampangnya yang kotor karena terkena polusi udara, asap
kendaraan yang tidak karuan, serta teriknya panas matahari yang menyengat
ketika matahari tepat berada di atas kepalanya. Saya masih begitu ingat waktu
itu dia menggunakan topi berwarna abu-abu dan mengenakan handuk yang ditaruh
dibawah topinya yang tentu ketika itu hari sangat panas. Lalu ada satu hal yang
membuat saya menangis di dalam perjalanan, dan mulai menjadi titik perubahan
dimana saya mulai mensyukuri kasih Tuhan di dalam hidup saya. Di tengah
teriknya panas kala itu, saya melihat mukanya yang begitu letih, menjajakan
dagangannya yang bahkan tidak ada yang laku satu pun. Entah mengapa waktu itu
dia tersenyum, seakan hidupnya tidak memiliki beban. Kehidupannya yang sulit
tidak menjadi rintangan baginya untuk tetap memiliki sukacita! Sungguh ketika
itu saya tidak dapat berkata-kata, saya hanya sedih dan kemudian saya menangis
karena saya begitu beruntung dan di satu sisi saya meminta maaf kepada Tuhan
karena saya bukan seseorang yang baik. Saya merasa saya adalah orang yang baik,
tetapi jauh di dalam hati saya bukanlah orang yang seperti itu! Saya sombong
karena saya telah merasa bahwa diri saya baik. Entah mengapa waktu itu Tuhan
mempertemukan kami, namun saya percaya ia telah menjadi berkat bagi saya.
Perlu diketahui ketika itu saya berada di
semester 8 di sebuah sekolah Alkitab di Jakarta. Dalam hal ini bukan berarti saya
ingin menjelek-jelekan status hamba Tuhan, akan tetapi saya sendiri juga adalah
seorang manusia yang penuh dengan kekurangan. Dan ketika saya sampai di detik
ini saya menyadari bahwa saya sungguh orang berdosa yang mendapat kasih karunia
Tuhan. Sekalipun seringkali saya tidak setia, saya bersungut-sungut, saya
kurang ajar, dan apa yang saya lakukan tidak mencerminkan karakter Tuhan, Tuhan
tetap memelihara saya di dalam kasih dan anugerah-Nya sehingga saya dapat
diubahkan Tuhan.
Kini, fokus saya sekarang bukan pada apa yang
saya peroleh, tetapi pada apa yang dapat saya berikan sebagai ganti kebaikan
Tuhan di dalam kehidupan saya. Saya memperoleh kasih karunia yang sebenarnya
tidak pantas diberikan kepada saya sebagai orang berdosa. Mempersembahkan hidup
kita, dan dimulai dengan memberikan diri ke dalam sebuah proses pembentukan
ilahi agar hidup kita semakin indah di hadapan-Nya. Nikmati saja prose situ,
karena hasilnya pasti sangat indah J. Allah memberikan
kepada anak-anak yang dikasihi-Nya masa depan yang penuh dengan harapan. Begitu
banyak yang ingin saya sharingkan, akan tetapi tentu saja hal itu akan membuat
banyak hal yang melenceng jauh.
Fokus saya kini adalah menjadi orang yang
berlaku baik kepada orang yang bahkan tidak memperlakukan saya secara baik.
Saya belajar menjadi lebih sabar, padahal dulu sumbu saya pendek sekali. Saya
belajar merendahkan hati, padahal dulu saya sombong luar biasa bahkan tidak
sedikit yang kesal kepada saya :D. Namun puji Tuhan banyak dari hubungan kami
yang sudah dipulihkan. Saya belajar bersyukur akan pelayanan saya di ladang
Tuhan, dan mensyukuri bahwa Tuhan begitu baik memberikan kepada saya kasih
karunia untuk melayani-Nya di sebuah gereja lokal di Jakarta sebagai seorang
fulltimer.
Kehidupan saya yang dulu sudah begitu banyak
berubah, dan saya yakin dan percaya semua karena Roh Kudus, semua karena
kemurahan Tuhan! Kalau saya melihat kembali ke belakang tentu perubahan saya
bukan karena kemampuan saya, bahkan saya tahu saya tidak akan pernah dapat
melakukannya. Rasa optimistis saya tumbuh, karena saya tahu Tuhan yang
memampukan saya untuk menjadi seperti-Nya. Sungguh dangkal untuk optimistis
terhadap hal-hal yang hanya bertujuan memuaskan kedagingan kita, tetapi ketika
kita merindukan perubahan kerohanian tentu saja Tuhan akan menjawab kerinduan
kita asalkan kita mau melewati proses pembentukan.
Persembahan yang benar adalah kehidupan kita,
dan bukan pada apa yang tampak yang kelihatan di hadapan orang-orang, tetapi
integritas diri bahkan ketika orang tidak memandang atau memperhitungkan kita. Saya
juga bersyukur bahwa saya punya orang-orang di sekitar yang membantu saya untuk
terus maju melayani Tuhan, dan juga banyak hal-hal baik. Milikilah komunitas
yang membangun!
Bersyukurlah selalu, bersukacitalah senantiasa
dalam segala keadaan, selalu bersemangat melayani Tuhan karena Tuhan sudah
mengasihi kita terlebih dahulu. Kiranya artikel saya kali ini dapat memberkati
para pembaca sekalian, dan saya berdoa saudara yang membaca artikel ini dapat
mengalami kasih Tuhan yang sama seperti yang saya alami. Sungguh mengingat
kebaikan Tuhan membuat saya ingin berbagi agar orang-orang mengalami kasih
Tuhan seperti yang telah saya alami.
Tuhan Yesus baik, dan memberkati kita sampai
Maranatha Yesus datang kembali dalam kemuliaan-Nya. Halleluya
No comments:
Post a Comment