Tahukah anda bahwa ada sebuah masa kegelapan di antara Perjanjian
Lama yang diakhiri dengan Kitab Maleakhi dengan Perjanjian Baru yang diawali
dengan Kitab Matius (Kitab Markus yang tertua) dan masa itu terjadi sekitar 400
tahun. Pada masa ini dikenal juga dengan Intertestamental Period atau
Masa Antar Perjanjian. Nabi terakhir di PL yakni Maleakhi bernubuat dan
setelahnya seolah-olah Allah tidak berfirman lagi, yakni Allah berdiam diri.
Pada masa-masa ini muncul sekte-sekte yang mengharapkan kedatangan Mesias.
Sekte-sekte tersebut antara lain: Farisi, Saduki, Eseni, Zelot. Dan pada masa
ini, ada sebuah Kerajaan yang sangat luar biasa yakni Yunani yang mencapai
puncak kejayaannya pada masa Raja Aleksander Agung (Iskandar Zulkarnain) yang
menjadikan bahasa Yunani sebagai bahasa Internasional yang bahkan sampai pada
masa Kerajaan Romawi, bahasa Yunani tetap dipakai sepakai bahasa perserikatan.
Bagaimana bahasa Yunani menjadi bahasa perserikatan bangsa Israel?
Maka tentu saja hal ini hanya bisa dijawab ketika kita melihat ke dalam
peristiwa-peristiwa apa saja yang terjadi di dalam periode Antar Perjanjian
ini.
Pada zaman Nabi Maleakhi sebagai nabi terakhir dalam PL, keadaan
di Israel adalah terbebas dari jajahan bangsa manapun secara politik. Bangsa
Israel telah pulang dari Babel, menurut titah Koresy Raja Persia (Ez. 1:1).
Orang Yahudi tidak lagi mengalami penindasan. Sehingga muncul lah Kerajaan
Yunani yang mengalahkan Kerajaan Persia, di bawah Aleksander Agung. Aleksander
Agung itulah yang dinubuatkan oleh nabi Daniel (Dan. 7:6; 11:4) mengenai
binatang berkepala empat. Perlu diperhatikan bahwa Daniel bernubuat mengenai
Aleksander sekitar 200 tahun sebelum kelahirannya. Sangat jelas di sini bahwa
sebuah nubuatan tidak mungkin salah, dan pasti digenapi oleh Allah. Kini tampuk
kekuasan berpindah dari Persia ke Yunani.
Raja Aleksander Agung yang menghormati dan menghargai bangsa
Yahudi sangat disayangkan ia berusia pendek ia hanya mencapai usia 33 tahun
karena penyakit yang membuatnya meninggal. Tanpa menyiapkan satu pun suksesor,
maka kini keempat tanduk dalam kitab Daniel, yakni para wakil Aleksander
memperebutkan tahta yang luar biasa besar dan begitu menggoda tersebut. Lalu
bagaimana nasib bangsa Yahudi kemudian?
Kerajaan Yunani yang mahabesar itu kemudian terpecah menjadi empat
bagian, karena masing-masing dari empat raja kecil mengklaim bahwa Kerjaan
Yunani adalah milik mereka. Kerajaan Yunani yang pecah menjadi empat itu dibagi
menurut ukuran mata angin, dan genaplah nubuat Nabi Daniel terhadap keempat
tanduk ini (Dan. 7:6; 11:4):
1. Bagian Barat dikuasai oleh
Cassander yang menguasai Makedonia dan Yunani;
2. Bagian Timur dikuasai oleh
Lysimachus yang menjadi raja atas Turki, dan Asia Kecil yang disebut Armenia;
3. Bagian Selatan yang
dikuasai oleh Ptolemy yang menguasai seluruh Tanah Mesir;
4. Bagian Utara yang dikuasai
oleh Seleucus yang menguasai Siria, Palestina (Israel), Babel, dsb.
Kebiasaan Aleksander Agung yang semasa hidupnya mencampur
kebudayaan bangsa jajahan dengan kebudayaan Yunani dimana kebudayaan Yunani
haruslah menjadi kebudayaan utama yang dikenal dengan istilah Helenisme.
Perkembangan kebudayaan Yunani selalu menitik beratkan pada agama dan olah raga
untuk menyatukan negara-negara jajahan (disebut provinsi). Pada sektor olahraga
dikenal dengan istilah Olympic Game yang diadakan setiap 4
tahun sekali, dan berlanjut sampai saat ini yang kita kenal dengan istilah
olimpiade yang diadakan setiap 5 tahun sekali. Untuk perihal agama, didirikan
banyak kuil-kuil untuk dewa-dewa di setiap provinsi.
Karena unsur kebudayaan dan keagamaan Yunani yang sangat kuat,
maka hal ini memberikan sebuah tantangan baru bagi orang-orang Yahudi.
Mayoritas bangsa Yahudi berpendapat bahwa mereka tidak boleh menerima
kebudayaan Yunani dan di saat yang sama mereka memelihara iman kepercayaan
mereka sendiri. mereka beranggapan, dengan menerima kebudayaan Yunani berarti
mereka telah murtad dari Tuhan. Karenanya mereka menentang mati-matian
kebudayaan Yunani, adat istiadat, pemikirian, ajaran dari asing ini, dan mereka
memilih taat kepada Taurat Musa dan tradisi nenek moyang mereka, sekalipun
mereka harus mati. Namun ada juga mereka-mereka yang berkompromi dengan Yunani,
sehingga banyak dari mereka di perantauan yang mengagumi kebudayaan Yunani
menjadikan Alexandria sebuah kota di Mesir sebagai pusat perkumpulan orang
Yahudi yang berbahasa Yunani, dan di sana juga mereka menerjemahkan kitab PL ke
dalam bahasa Yunani yang dikenal dengan sebutan Septuaginta atau
juga LXX (70 – sebab ada sekitar 70 ahli yang menerjemahkan Kitab PL Yahudi ke
dalam bahasa Yunani).
Adanya dua aliran besar ini antara orang Yahudi yang pro Yunani
dan orang Yahudi yang kontra Yunani, akan mengakibatkan perang saudara
besar-besaran di kemudian hari. Bahkan bila diamati dan diteliti hingga hari
ini, dari sudut pandang sejarah, jelas terlihat konflik dan ketegangan tetap
berlanjut. Pemikiran Barat, filsafat, gaya hidup, atau peradaban Barat yang
didasari dan dilandasi pada pemikiran kebudayaan Yunani yang menganut
individualisme, matereliasme, sekularisme, hedonisme, dsb dalam gaya
hidup, dan pengaruh terhadap dunia teologi seperti teologi liberal sangat
mempengaruhi warna kebudayaan Yunani yang tetap eksis hingga saat ini.
Pada awalnya secara geografis Israel jatuh ke tangan Jendral
Makedonia, yang merupakan kaki tangan dari Alexander Agung yang bernama
Ptolemy. Setelah Alexander mati, maka Ptolemy I yang semasa hidup tuan nya
dimandatkan di Mesir mengangkat diri menjadi raja (323 SM) dan mendirikan
dinasti. Umat Yahudi mengalami penyiksaan pada awalnya, akan tetapi kemudian
mereka mendapat kelunakan dan merasakan kemakmuran. Akan tetapi perang antara
Ptolemy dengan Seleucus I di bagian Utara, dan perang antar dinasti yang berkelanjutan
ini dimenangkan oleh Antiokhus III, Raja Suriah tahun 198 SM, sehingga lamanya
trah Ptolemy memerintah adalah 125 tahun atas Palestina (tanah geografis umat
Yahudi). Pemerintahan Antiokhus kini telah mengambil alih pemerintahan Ptolemy.
Awalnya bangsa Yahudi mendapat kesejahteraan di bawah Antiokhus III, akan
tetapi karena kekalahan perang terhadap bangsa Romawi, Antiokhus III menekankan
pajak yang begitu besar menyebabkan bangsa Yahudi sekali lagi berada di bawah
tapak besi. Muncul dari suku Tobias, satu suku Yahudi yang pro Yunani dan
Ptolemy, bangkit melawan Antiokhus. Umat Yahudi yang pro Yunani di bawah
pimpinan Tobias, dan umat Yahudi kontra kebudayaan Yunani yang memegang Taurat
Musa kelak akan menjadi friksi berkepanjangan di kemudian hari. Mereka terbagi
menjadi dua kelompok besar yakni Yahudi orthodox (yang kemudian memunculkan
ahli Taurat), dan Yahudi liberal (yang dekat dengan pemerintahan yang menjajah,
yakni orang Saduki). Kemudian Antiokhus III meninggal dan digantikan oleh
Seleukus IV (189 SM), namun Seleukus IV dibunuh, dan digantikan oleh Antiokhus
IV (186 SM) yang disebut dengan Antiokhus Epifanes. Kekejamannya yang luar
biasa menjadikannya musuh yang luar biasa dibenci oleh orang Yahudi bahkan
hingga kini, bahkan ia dijadikan sebagai lambang anti-Kristus Sekali lagi
bangsa Yahudi berada di ambang kemusnahan!
Antiokhus IV, sebagai sang lambang Anti Kristus lahir di kota
Atena, Yunani. Ia begitu bengis, sadis, licik, dan mengatakan bahwa dirinya
adalah dewa. Ia dikenal juga dengan sebutan Antiokhus Epifanes (Dewa yang
terkemuka). Pada masa ini bangsa Yahudi yang pro-Yunani dan oportunis hidup
cukup nyaman, namun keadaan bagi Yahudi orthodox (konservatif) berbanding
terbalik. Mereka hidup dengan penuh penyiksaan yang luar biasa, bahkan Epifanes
memberikan larangan-larangan kepada bangsa Yahudi. Mereka dilarang mentaati
Sabat, melakukan sunat, dan memilah makanan haram dan halal. Ia merobohkan Bait
Allah, membunuh banyak umat yang ada di Bait Allah, merobohkan mezbah bakaran,
mengambil semua perkakas Bait Allah, banyak yang dibantai, dan ditawan sebagai
budak, membakar rumah-rumah, meruntuhkan benteng, menjarah seluruh harta benda,
dan menjual anak dan wanita sebagai budak. Yang paling biadab adalah
kejahatannya menghancurkan mezbah Bait Allah dan diganti dengan mezbah Zeus,
dan membuat patung Zeus lalu memaksa orang Yahudi mempersembahkan babi betina
di mezbah bakaran. Lalu kaldu daging babi tersebut dipercikkan ke seluruh Bait
Allah. Penistaan agama luar biasa yang dilakukan oleh Epifanes dan penindasan
mengakibatkan banyak orang Yahudi yang murtad dan mendukung Epifanes. Karena
penistaan agama yang luar biasa ini, maka orang-orang Yahudi yang memegang
teguh Taurat sangat merasa terhina, sehingga di bawah pimpinan Yudas Makabe
seorang panglima tentara besar orang-orang Yahudi konservatif melakukan
peperangan melawan Antiokhus Epifanes yang didukung oleh orang-orang Yahudi pro
Yunani, dan lahirlah perang saudara. Revolusi ini sangat menyentuh batin,
karena pengorbanan yang dilakukan orang Yahudi yang takut akan Tuhan.
Revolusi di bawah pimpinan Yudas Makabe seorang yang takut akan
Tuhan dan mencintai Taurat-Nya. Ayahnya, Mattatias adalah seorang imam Tuhan
yang setia terhadap panji Taurat dan Tanah Air yang memulai terjadinya revolusi
melawan kedurjanaan bangsa yang tidak menghormati nama Tuhan. Berkali-kali
Makabe berhasil mengalahkan pasukan Suriah di bawah pimpinan Antiokhus
Epifanes, sehingga akhirnya Tanah Palestina berhasil direbut oleh mereka.
Peristiwa kehancuran Bait Allah tepat tiga tahun setelahnya Makabe mendirikan
kembali Bait Allah, dan menetapkan hari tersebut sebagai hari yang dikuduskan
yakni pada tanggal 25 Desember 165 SM. Namun seiring dengan sebuah kegagalan
dalam perang melawan Kerajaan Suriah, pasukan di bawah pimpinan Makabe
mengalami kekalahan dan Makabe mati di tangan Kerajaan Suriah. Kemudian rakyat
yang terpencar disatukan kembali di bawah pimpinan Yonathan adik paling kecil
dari Makabe, namun kembali ia mati. Kembali rakyat kacau balau, dan sekali lagi
Tuhan mengirimkan seorang dari anak Mattatias yakni Simon. Di bawah
pemerintahan Simon, ia mengadakan perjanjian diplomatis dengan Kerajaan Suriah
yang juga mengalami pergolakan internal sehingga pemimpin yang kejam dan tamak
terhadap Yahudi berganti menjadi pemimpin menjadi yang baik kepada mereka.
Lebih lagi Simon sebagai seorang yang pandai berdiplomasi mengadakan perjanjian
kerjasama dengan Romawi. Namun malang, baru sedekade terjadi kemakmuran di
antara orang Yahudi, ia dicelakakan oleh menantunya sendiri dan membunuh kedua
saudara ipar nya. Namun Tuhan tetap memelihara mereka, dengan menyisakan satu
anak Simon yaitu John Hycarnus. Hycarnus mendapat dukungan dari Romawi sehingga
Kerajaan Suriah tidak berani ikut campur lagi. Hycarnus diangkat menjadi imam
besar, dan juga panglima perang. Bahkan pada masanya Kerajaan Israel memiliki
teritori sama besar dengan Kerajaan Daud dahulu. Akan tetapi karena kesibukan
Hycarnus dalam perang dan politik, ia sebagai imam besar tidak terlalu
mengindahkan urusan agamawi. Sehingga golongan Chasidin yang memiliki semangat
mendukung keturunan Makabe dalam perang-perang dahulu, menarik diri dari dunia
sekuler dan tidak lagi mendukung dinasti Makabe karena gaya Hycarnus yang juga
otoriter. Golongan Hasidin ini yang dikemudian hari menjadi Farisi (yang
mengasingkan diri) dan mendapat tempat di hati rakyat. Sedangkan Hycarnus,
menjadi satu-satunya keturunan Makabe yang dekat dengan orang Yahudi pro
Yunani, kemudian hari menjadi golongan bangsawan yang dekat dengan pemerintahan
penajajah dikenal dengan istilah orang Saduki.
Maka dari sinilah asal muasal golongan Farisi dan Saduki. Farisi
adalah para ahli Taurat yang memegang teguh Taurat Musa dan cenderung menjauhi
pemerintahan duniawi, sedangkan orang Saduki yang merupakan orang dekat dari
keturunan Makabe dekat dengan pemerintah penjajah. Orang Farisi cenderung
menjauhkan diri dari hal-hal yang bersifat sekuler, sedangkan orang Saduki
terlibat dalam politik. Kemudian muncul dua sekte yang lainnya yakni golongan
Eseni yakni mereka yang menjauhkan diri dari hal-hal duniawi, dan biasa
mengasingkan diri ke sebuah tempat lain, biasa berpuasa, tidak makan daging,
tidak menikah, dan menggunakan air sebagai sarana pengampunan dosa, Yohanes
pembaptis adalah salah satu dari golongan ini. Dan ada satu sekte lagi yakni
orang Zelot yakni mereka yang mentaati Taurat, namun mereka bertindak seperti
seorang penajahat yang tidak segan-segan membunuh lawan mereka, seperti
prajurit Romawi. Di antara murid-murid Yesus salah satu yang diperkirakan
sebagai orang Zelot adalah Simon Petrus. Dalam peristiwa penangkapan Yesus di
Taman Getsemani, Petrus memotong telinga kanan dari hamba Imam Besar (Yoh.
18:10) yang bernama Malkhus. Diperkirakan bahwa Petrus sebelum mengikut Yesus
adalah salah satu pengikut dari golongan ini. Jadi di masa selama Yesus ada di
bumi, dan melayani selama 3,5 tahun ada empat golongan besar yakni Farisi,
Saduki, Eseni, dan Zelot. Di bawah pemerintahan kekaisaran Romawi yakni Kaisar
Agustus Caesar (Luk. 2:1). Masa Inter-testamental Period yakni masa antar
perjanjian diakhiri dengan berbicaranya Allah kepada Zakharia dan Elisabeth
tentang kelahiran anaknya, yakni Yohanes Pembaptis (Luk. 1). (/Tamat)
No comments:
Post a Comment