Wednesday, June 15, 2016

Review ASUS Zenfone 5

Keluar dari rutinitas dan kebiasaan saya utk posting hal-hal yang bernuansa akademis, saya mau review Asus Zenfone 5 yang saya pakai selama kurang lebih udah 4 bulan

Saya agak lupa kapan tepatnya saya beli Z5 (Asus Zenfone 5) ini, tapi yang pasti saya beli ini dlm kondisi second. Waktu itu saya tukar tambah Z5 ini dgn Samsung Galaxy Tab 2 yg 7", dan saya tambah duit lagi 500rb. Kondisi waktu saya pake, lubang charger nya udah agak error dan juga batere nya bocor, tapi overall tukar tambahnya worth it.

Berdasarkan http://www.gsmarena.com/asus_zenfone_5_a500cg-5952.php batere Z5 itu kapasitasnya 2110, jadi lumayan gede juga. Tapi mungkin berhubung saya beli second, jadi baterenya udah bocor. Kalo utk standby sih lama, tapi kalo udah main game (saya main seven knight, id: sije7 hehehehe :) kalo ada yang main n mau add, contact sy dl ya) paling cuma bertahan 1 jam aja. Jadi bener2 sehari bisa charge sampe 3 kali.

Kalo onderdilnya yang RAMnya 2 GB, dan Internal Phone Memory 16 GB + external memory, dan harga yang diitung-itung cuman 1,3jt, 4 bulan yang lalu, handphone ini bnr2 murah tapi ga murahan. Super bagus utk para gamer karena ga ada lag nya. Saya banyak download game-game, pake aplikas-aplikasi gak ada lagnya, berhubung jeroan nya itu gede dan apik. Enak buat nge-game dan program-program yang agak berat.

Bagi agan-agan yang mau cari barang bagus tapi murah, saya recommend Z5 ini buat dibeli. Tapi saran saya, cek dulu lubang tempat charge nya, sama coba cek drainase batere nya (kayak saluran air aja hahaha). Itu aja sekian dari saya.

TEOLOGI KEMAKMURAN: BERKAT, KESEMBUHAN, KEKAYAAN, MUJIZAT (SEBUAH KRITIK)

Prolog:
Berikut ini adalah sebuah artikel yang saya buat, yang merupakan hasil dari karya tulis saya dalam mata kuliah Teologi Kontemporer. Hal ini merupakan kegelisahan yang tentu menjamur di kalangan umat Kristen, terutama dari kalangan teolog yang mengkritisi mengenai pengajaran Teologi Kemakmuran, yang dimana hal ini berbahaya bagi iman Kristen dewasa ini. Secara pribadi saya tergugah mengenai hal-hal yang memperihatinkan ini. Pandangan saya ini tentu dapat sangat dipertimbangkan, sebab saya berada di dalam gereja yang mengajarkan Teologi Sukses ini dalam kurun waktu lebih dari 20 tahun. Ide ini berangkat dari kegelisahan saya, dan saya berusaha seobjektif mungkin dalam melihat hal ini.





TEOLOGI SUKSES 

1. Pengantar
Teologi kemakmuran merupakan sebuah doktrin kepercayaan Kristen yang mengatakan berkat finansial adalah kehendak Allah bagi orang-orang Kristen. Iman menjadi kaya, perkataan positif terhadap diri sendiri atau orang lain bahwa dirinya diberkati, serta donasi bagi pelayanan kekristenan diklaim akan meningkatkan kesehatan keuangan seseorang. Dasar Alkitab yang non-tradisional, seringkali mengambil Kitab Maleakhi sebagai doktrin untuk melihat hubungan antara Allah dengan manusia. Apabila seseorang memiliki iman terhadap Allah, maka Allah akan memberkati orang tersebut dengan keamanan dan kelimpahan. Allah akan memperhitungkan orang yang mengakui janji-janji berkat ini sebagai sebuah langkah iman.[1]
Kemakmuran, kesuksesan, kekayaan, kesembuhan merupakan bukti kasih Allah bagi orang percaya, sebagai balasan dari doa atau perbuatan baik yang dilakukan oleh orang Kristen tersebut. penebusan dosa yang dilakukan Kristen bertujuan untuk mengembalikan rancangan Allah yang semula kepada manusia untuk memberikan berkat kesuksesan dan kesehatan.[2]

2. Latar belakang munculnya teologi tersebut
Teologi kemakmuran tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan dunia yang terpengaruh materialistisme dan hedonisme, serta tidak mungkin lepas dari perkembangan ekonomi global setelah Perang Dunia II dan Perang Korea. Ada dua negara yang mempengaruhi tersebarnya pengajaran mengenai teologi kemakmuran ini, yaitu Amerika Serikat dan Korea.
A.    Amerika Serikat.
Perang-perang yang dimenangkan oleh Amerika Serikat, dan mengalami titik tolak terbesarnya pada Perang Dunia 2 (1941-1945), mengakibatkan masyarakat Amerika Serikat menjadi makmur dan berkelimpahan materi. Namun di satu sisi terjadi sebuah kekosongan rohani besar yang tidak dapat dipenuhi hanya melalui pemuasan materi saja, sehingga mereka merasa perlu untuk mengisi bagian dari jiwa. Situasi paska perang yang mengakibatkan kekayaan yang berlimpah di masyarakat Amerika Serikat, mengakibatkan pengajaran yang dapat menyesuaikan agama dengan kemewahan mendapat minat yang sangat besar.[3] Kerinduan akan pemuasan kebutuhan batin inilah yang mengakibatkan betapa mudah nya pengaruh teologi kemakmuran mengambil hati orang-orang Kristen pada masa itu.
B.     Korea Selatan.
Korea Selatan mengalami penderitaan akibat Perang Dunia 2, dan Perang Korea (1950) yang cukup membuat hidup masyarakat Korea Selatan cukup menderita. Penyebaran teologi kemakmuran yang pada waktu itu mulai merambat ke daerah Timur, yakni kawasan Pasifik merambat ke negara Korea Selatan setelah mereka mulai mengalami kemakmuran paska perang saudara. Kepercayaan Bangsa Korea yang disebut dengan shamanasime yang mengajarkan bahwa pahala sebagai motivasi penyembahan kepada dewa, semakin mempermudah penyebaran teologi kemakmuran ini pada masyarakat Korea Selatan. Hal ini pun mempengaruhi banyak orang Kristen disana.[4]
Bahkan banyak penginjilan di Korea Selatan dilakukan dengan klaim bahwa Yesus sendiri lah merupakan Dewa Shaman yang mereka sembah, bahkan oleh para leluhurnya. Hal ini dilakukan oleh para penginjil disana untuk menyebarkan ajaran kekristenan agar mudah diterima oleh masyarakat Korea Selatan.[5]
Teologi kemakmuran sendiri diperkirakan telah muncul pada abad ke-19, yakni pada tahun 1884 oleh Russell Kelso Carter (1849-1928) seorang pendeta Methodis yang menulis buku berjudul The Atonement for Sin and Sickness. Di dalam tulisannya ia mengatakan:
O, Lord, make me sure of the truth, and I will confess it; I have nothing to do with consequences; that is Thy part," and again, "Jesus has the keeping part, I have the believing and confessing.”[6]
Hal ini kemudian dilanjutkan oleh Essek William Kenyon (1867-1948) seorang pendeta dari Gereja Baptis Perjanjian Baru, yang diyakini sebagai penggagas teologi kemakmuran yang mengajarkan doktrin mengenai gerakan kekudusan, iman yang menyembuhkan, gerakan hidup yang lebih tinggi pada akhir abad ke-19. Kemudian ia menulis banyak hal mengenai pewahyuan spiritual, serta perkataan-perkataan positif yang mempengaruhi para pemimpin gerakan kemakmuran yang muncul setelah masa gerakan kesembuhan di Amerika.[7]
Sekalipun pada awalnya teologi kemakmuran tidak mendapat hati kalangan orang Kristen Pentakosta pada masa awal abad ke-20, namun setelah masa Perang Dunia 2 berakhir, gerakan kesembuhan Amerika terjadi, gerakan kemakmuran ini mulai mendapat porsi yang cukup diminat seperti yang telah dibahas sebelumnya.
Sebagai kesimpulan, teologi kemakmuran ini sendiri berkembang dari adanya suatu keadaan ekonomi yang berlimpah dari masyarakat paska perang, yakni Amerika Serikat paska Perang Dunia II, dan Korea Selatan paska perang saudara di dataran Korea yang memecah masyarakat Korea menjadi Utara yang berbasis sosialis komunis, dan Selatan yang berbasis kapitalis. Hal ini mengakibatkan kelimpahan yang menjadikan rakyat Amerika Seriakt dan Korea Selatan sangat makmur. Namun di satu sisi terjadi kekosongan batin yang besar, dan orang berlomba-lomba mencari kebutuhan akan hal ini.

3. Tokoh-tokoh teologi kemakmuran: riwayat hidup, dan ajarannya.
      A.    Russell Kelso Carter (1849-1928) – Doktrin kesembuhan melalui iman dan obat
Lahir 18 November 1849, ia hidup sebagai seorang anak yang dibesarkan oleh keluarga Kristen yang taat, dengan ayah nya yang adalah seorang pendeta Presbiterian, dan ia memutuskan untuk mengikut Yesus dengan sungguh-sungguh pada usia 15 tahun. Seorang atlet dari akademi militer, dan sukses sebagai guru dan pelatih. Carter adalah seorang musisi dan penulis lagu. Pada usia 23 tahun ia mulai mengalami sakit jantung, usi 27 ia menjadi gembala ternak sekaligus menyembuhkan kesehatannya. Namun pada usia 30 tahun Carter mengalami kondisi kritis, dan ia tidak dapat disembuhkan. Ia berdoa kepada Allah dan berjanji bahwa sekalipun ia disembuhkan atau tidak, dia akan mengabdikan seluruh hidupnya untuk Allah, kemudian Carter disembuhkan oleh Allah.[8]
Pada tahun 1889 Carter memiliki pandangan teologi yakni ‘kesembuhan sebagai pertobatan’. Namun peristiwa yang terjadi pada 1892 ketika ia jatuh sakit, ia merubah pandangan teologi nya menjadi ‘kesembuhan melalui iman pada dewasa ini menjadi hal yang serius sebagai perkenanan Allah dan selalu istimewa dalam tuntunan dan pimpinan Roh Kudus.’ Pada tahun 1897 ia menulis buku yang menceritakan bahwa penyakit yang ada bukan dikarenakan Allah tidak mau untuk menyembuhkan. Dia mengatakan bahwa bukan doa tidak efektif, dan ia mengatakan hanya sedikit prosentase orang yang disembuhkan sebagai jawab doa, dan karena hal ini orang-orang mengatakan bahwa sakit penyakit yang dialami oleh Carter dikarenakan dosa personal. Pada tahun 1898 Carter mengalami keadaan kritis lagi setelah didiagnosa mengalami Tuberculosis, namun melalui pengobatan ia sembuh dalam waktu 90 hari. Kemudian Carter menyatakan bahwa Allah bekerja melalui obat-obatan sebagai sesuatu yang pasti melalui doa, dan ia terus bekerja sebagai dokter hingga tutup usia 23 Agustus 1928.[9]

      B.     Norman Vincent Peale (1898-1993)[10] – Menjadi kaya dan sehat dengan sugesti
Dikenal juga sebagai pencetus perkawaninan antara psikologi dengan agama, Norman kecil hidup di Ohio, AS dan melakukan studi teologi di Boston University Seminary. Melayani jemaat di Brooklyn, dan beberapa tahun di University Methodist Church di Syracuse, kemudian di Marble Collegiate Church di New York. Di gereja yang disebutkan terakhir ia mendirikan klinik psikologi agama, dimana di dalamnya ia melibatkan 20 orang pendeta, psiko analisis, ahli jiwa, dokter dan pekerja sosial. Hal ini dimulai pada masa mudanya ketika ia masih di New Jersey sebagai pendeta muda, ia bekerja sama dengan seorang ahli psiko analisis bernama Smiley Blanton yang pernah menjadi murid Sigmund Freud dan 20 tahun kemudian klinik nya menjadi sangat laku.[11]
Sekali lagi, kekosongan batin paska PD II, membuat Peale dan teologia nya menjadi sangat laku keras, dan bahkan di dalam bukunya yang berjudul The Art of Living ia mengatakan bahwa agama adalah tempat pelarian untuk memperoleh kedamaian hati dan pikiran. Buku-buku nya yang terkenal yang lain adalah A Guide to Confident Living (1948), dan best seller nya yang berjudul The Power of Positive Thinking (1952). Kerja sama nya dengan Smiley Blanton membuat nya menulis pandangan berikut:
“Agama mengajarkan kepada kita bahwa hanya pikiran-p[ikiran yang baik dan indah saja yang memasuki bawah sadar dikarenakan bahwa bawah sadar hanya dapat mengembalikan apa yang dikirimkan kepadanya.”

Inti dari pengajaran Peale adalah bahwa seorang Kristen dapat menjadi sukses maupun makmur, apabila hal tersebut dimulai terlebih dahulu dari “kesembuhan pikiran” yaitu suatu posisi dimana seseorang men-sugesti dirinya sendiri dengan memiliki keyakinan bahwa Allah menetap kan orang tersebut sebagai yang diberkati. Jadi seseorang harus banyak menggunakan perkataan positif sebagai self suggestion atau self confidence.[12]
Pengajaran Peale lebih banyak menekankan usaha agar golongan menengah ke atas tidak mengalami kekuatiran, keresahan hidup, kepusingan, dan rasa takut lain, sedangkan hal-hal seperti dosa, pertobatan, dan keselamatan tidak mendapatkan tempat, dan sekali pun ada hal itu bukan berangkat dari Alkitab akan tetapi dari ilmu jiwa. Dosa, hukuman, dan pertobatan tidak banyak dibicarakan, serta penafsiran ayat Alkitab yang sering lepas dari konteksnya dan hanya mengutip ayat-ayat yang menyenangkan saja.[13]

       C.     Robert Schuller (1926-2015) – Doktrin perkataan positif
Robert adalah seorang televangelist (pengkhotbah Kristen melalui televisi), gembala, pembicara motivasi, dan seorang penulis buku. Pada tahun 1955 ada gebrakan yang sangat terkenal yang dilakukannya, yaitu ketika ia menyampaikan khotbah di gedung theater, dimana jemaat cukup berada di dalam mobil untuk mendengarkan khotbahnya.[14] Dia membaurkan psikologi sebagai pesan kepada komunitas Kristen, dan menyajikannya sebagai “injil merasa baik.”[15]
Robert lahir pada 16 September 1926, di Iowa, sebagai anak bungsu dari lima bersaudara pasangan Jennie Beltman (1891-1970) dan Anthony Schuller (1882-1964), yang merupakan pasangan migrant dari Belanda. Dikatakan pada usianya yang kelima tahun, ia dinubuatkan oleh paman nya akan menjadi seorang pekabar Injil. Setelah lulus SMA pada 1944 ia melanjutkan pendidikannya di Hope College dan memperoleh Master of Divinity nya di Western Theological Seminary, sebuah seminari yang berbasiskan teologi Calvin. Dia ditahbiskan sebagai pendeta di gereja Reformed di Amerika pada tahun 1950 di Illinois, dan pada tahun yang sama juga ia menikahi Arvella de Haan, sebelum pada tahun 1955 ia pindah ke Garden Grove, California tempat pertama kali ia melakukan khotbah di gedung theater.[16] Gereja Reformend dimana Robert melayani memanggilnya untuk membuat kongregasi di Garden Grove ini, dengan hanya bermodal 500 USD, ia kesulitan memperoleh tempat, dan akhirnya menyewa gedung drive-in theater ini. Banyak yang protes akan ibadah yang dilakukan ini karena mengurangi nilai esensi dari makna khusyuk sebuah ibadah, akan tetapi Robert tetap melakukan hal ini.[17] Ia kemudian mendirikan gereja pada tahun 1961 yang dikenal dengan Crystal Cathedral yang mewah dan megah, dan pengkhotbah pertama di gedung ini adalah Norman Vincent Peale. Pada tahun 2010, biaya pembangunan gedung yang sangat besar dari gereja ini mengakibatkan mereka mengalami kebangkrutan karena hutang yang terlampau besar yakni 55 juta USD, sehingga pada tahun 2012 gedung ini dibeli oleh Roma Katholik.[18]
Doktrin dari Robert Schuller sendiri merupakan kelanjutan dari Doktrin Peale yakni kekuatan batin dan pikiran sebagai sumber sukses, dan ia menggunakan istilah Possibitily Thinking yang sebenarnya sama saja dengan Positive Thinking dari Peale. Pendengar didorong untuk berpikir positif untuk mencapai kesuksesan duniawi dalam segala bidang. Untuk memperoleh nya maka orang tersebut harus mencintai diri nya sendiri, dan menghargai diri nya sendiri yang dianggap sebagai sebuah usaha keselamatan[19].

       D.    Paul Yonggi Cho (1936-sekarang) – Kesehatan dan kekayaan adalah hak
Yonggi Cho merupakan pelopor pertumbuhan gereja berdasarkan kekuatan batin, sama seperti dua tokoh sebelumnya. Dilatarbelakangi oleh Perang Korea dari tahun 1948-1954 yang memecahk Korea menjadi Utara dan Selatan. Hidup di dalam keadaan yang miskin, lapar, kesulitan, dan mengalami sakit penyakit yang parah dan mengalami kesembuhan setelah ia menjadi Kristen, mewarnai doktrin teologi nya bahwa penderitaan yakni kemiskinan, dan penyakit bukan lah bagian orang Kristen, tetapi orang Kristen harusnya makmur dan sehat.
Pengaruh Budhisme dan Shamanisme (perdukunan Korea) mewarnai teologi nya, sehingga seringkali ia menekankan kepada pengikut Kristen nya untuk melakukan meditasi mistik, serta penyembahan terhadap nenek moyang yang meninggal. Ia juga mengajarkan tentang dimensi keempat, yakni sebuah keadaan dimana perkembangan visi dan mimpi terpusat melalu imajinasi, sehingga melalui penghayatan yang dilakukan oleh orang Budha dan ilmu yoga sekalipun dapat menemukan alam rohani, sehingga melalui meditasi itu orang Kristen dapat menguasai tubuh. Yonggi Cho mengklaim bahwa pengajaran dimensi keempat ini didapatkannya dari pengilhaman Roh Kudus.[20] Lebih lanjut dia juga mengajarkan agar hidup makmur dan sehat secara jasmani harus banyak berdoa. Orang Kristen harus mengandalkan kekuatan pikiran, dan mengucapkan kata-kata positif. Dan dalam kurun waktu 1960-1990, jumlah jemaat Yonggi Cho berjumlah 500.000 jiwa, sebuah pertumbuhan yang signifikan.[21] Dan diklaim bahwa jumlah jemaat pada tahun 2007 mencapai 830.000 jiwa. Pada tahun 2014, ia dinyatakan bersalah dan dihukum 3 tahun penangguhan serta denda 5 juta USD karena kasus penggelapan pajak.[22]
Yonggi Cho hadir di saat yang tepat ketika masyarakat Korea Selatan membutuhkan suatu kekosongan batin, akan sebuah pengharapan kemakmuran setelah mereka masyrakat Korea Selatan mengalami penderitaan yang berkepanjangan. Selesainya perang saudara pada tahun 1954, dan booming nya Yonggi Cho pada 1958, membuktikan betapa berpengaruh nya harapan akan suatu standar kualitas hidup yang diberkati dan telah menjadi gaya hidup para leluhur bahwa berkat merupakan sebuah tanda diperkenan oleh Dewa Shaman. Pendekatan teologi nya yang banyak terpengaruh budaya dan kepercayaan lain yang mengakibatkan sinkretisme yakni Shamanisme, Budhisme, penghormatan leluhur, serta pengajaran kemakmuran, positive thinking mengakibatkan ajaran Yonggi Cho sangat kuat, dan hal ini juga tidak terlepas dari masyarakat Korea Selatan yang homogen.

E.     Benang merah & kesimpulan
Benar bahwa pada masa Russel Kelso Carter telah muncul pengajaran teologi kemakmuran ini, akan tetapi hal ini tidak mendapat perhatian yang serius. Melalui beberapa sumber yang saya baca, saya menemukan bahwa Carter merupakan pelopor awal dari terbentuknya gerakan ini sekalipun akhirnya baru “meledak” pada era paska PD II. Berikut adalah runutan booming nya tokoh-tokoh ini:
1.      1948 – Peale booming yakni 3 tahun paska PD II
2.      1955 – Schuller booming yakni 10 tahun paska PD II
3.      1958 - Yonggi Cho booming yakni 4 tahun paska Perang Korea
Sehingga saya bisa menarik kesimpulan bahwa kekosongan batin masyarakat yang makmur di Amerika Serikat mengakibatkan kerinduan akan pemenuhan batin yang berangkat dari ketidak puasan akan makna hidup. Sedangkan di Korea Selatan, Yonggi Cho dapat begitu booming karena adanya pengharapan dari masyarakat Korea Selatan yang ketika itu mengalami kemiskinan parah, merindukan sebuah pengajaran motivasi, dan bahkan ketika sekarang Korea Selatan menjadi salah satu macan Asia, tetap saja pengajaran yang kental dengan unsur sinkretisme ini diminati oleh masyarakat setempat.

4. Metode berteologi
            Webster's New Collegiate Dictionary mengatakan bahwa eisegese merupakan suatu proses menafsir teks dalam cara dimana proses pengenalan berdasarkan presuposisi, agenda, atau informasi yang bias dari orang atau kelompok tertentu terhadap teks.[24] Browning menyatakan bahwa eisegesis merupakan suatu upaya terpelajar memasukkan ke dalam suatu teks arti yang asing dari konteksnya.[25] Jadi dapat saya simpulkan eisegesis adalah suatu usaha penafsiran Alkitab, bukan dengan membiarkan Alkitab berbicara apa adanya mengenai dirinya sendiri, akan tetapi memasukan pandangan pribadi terlebih dahulu (presuposisi) dan mencari ayat yang “dianggap sesuai” untuk membela doktrin tertentu.
            Hal ini juga yang dipakai oleh banyak teologi, termasuk salah satunya adalah teologi kemakmuran yang mengambil ayat-ayat tertentu untuk membela doktrinnya. Tentu tanpa terkecuali semua penafsiran yang dilakukan oleh seseorang di dalam Alkitab dipengaruhi oleh presuposisi tertentu, akan tetapi setiap presuposisi yang ada harus dapat dipertanggung jawabkan dalam rangka menggali kebenaran firman berdasarkan teks dengan menggunakan konsep, prinsip, dan hukum yang dapat dipakai secara universal dalam menafsir atau istilah yang umumnya dikenal dengan ilmu hermeneutik.[26]
            Setelah memahami proses lahir dan berkembangnya teologi kemakmuran, dapat disaksikan bahwa teologi ini mendapat hati di kalangan Kristen secara luas ketika banyak orang Kristen ketika itu mengalami kekosongan batin dari kelimpahan material yang mereka miliki.  Dalam rangka memenuhi kebutuhan batin itu lah mereka begitu tertarik akan pengajaran yang mencocokan kekayaan dengan kekristenan. Esensi-esensi dasar kekristenan telah menjadi hilang, dan Yesus yang seharusnya menjadi subjek iman Kristen malah dijadikan sebagai objek pemenuhan kebutuhan, dengan manusia sebagai subjek utamanya.
Pengajaran ini memiliki pandangan bahwa orang Kristen yang diberkati Allah dalam kesehatan dan materi berarti dikenan oleh Allah sebab ia memiliki kerohanian yang baik serta kedekatan dengan Allah, sedangkan orang Kristen yang tidak memiliki kerohanian yang baik dan jauh dari Allah hidupnya penuh dengan kemiskinan dan sakit penyakit (kutuk).
            Lahirnya gerakan ini tentu saja dalam rangka pemuasan kebutuhan dan keinginan dari manusia, dan segala sesuatunya berpusat pada manusia (antroposentris). Manusia sebagai pusat, dan Allah adalah sarana yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sentral dari teologi yang ada adalah manusia, dan bukan Allah.
            Penafsiran-penafsiran yang dilakukan dalam teologi kemakmuran ini pada umumnya menafsirkan ayat secara harafiah, melepas sebuah ayat dari suatu kesatuan unit yang saling berkesinambungan, tidak meneliti latar belakang dan konteks dari teks, sehingga pada umumnya mengabaikan prinsip-prinsip hermeneutik yang benar. Doktrin ini umumnya didukung oleh kesaksian, dan pengalaman pribadi sebagai sumber utama dari pengajaran. Pewahyuan khusus, kesaksian, pengalaman pribadi menempati tempat terutama dalam doktrin ini, sedangkan Alkitab sekalipun hanya menjadi pelengkap semata untuk memperkuat doktrin yang telah dibangun. Otoritas dan legitimasi Alkitab tidak dihormati sebagaimana semestinya. Menurut Herlianto metode yang digunakan ini dinyatakan dalam istilah manipulasi ayat-ayat Alkitab.[27]

5. Poin-poin ajaran
            Poin-poin ajaran ini tidak dapat dipisahkan dari metode teologi yang dipakai yakni “manipulasi ayat” dan eisegese yang dinyatakan dalam beberapa poin pengajaran, sbb:
     A.    Tidak ada yang mustahil
Manipulasi ayat: Kej. 18:14; Yer. 32:17, 27; Mat. 19:26; Mrk. 9:23; Mrk. 14:36; Luk. 1:37; Mat. 19:28; Flp. 4:13.
Diklaim bahwa tidak ada yang mustahil merupakan “mantra” yang paling sering digunakan untuk memperoleh kekayaan dan kemakmuran.[28] Tentu saja semua ayat ini ditafsirkan dengan dilepaskan dari konteks, sekalipun saya tidak menyangkali bahwa Allah adalah Maha Kuasa, akan tetapi penafsiran-penafsiran seperti ini adalah tidak bertanggung jawab.
    B.     Memberi maka akan diberi
Ayat-ayat yang dimanipulasi: Mal. 3:10; Luk. 6:38; 2 Kor. 9:6.
Ron L. Jones (Funeral Chappels) mengajarakan bahwa dengan memberikan persembahan kepada gereja maka dapat dipastikan orang tersebut dibebaskan dari hutang, dari cinta akan uang, memiliki hati yang murah memberi.[29] Sehingga jemaat “diperah” dengan cara diiming-imingi janji tertentu apabila memberikan persembahan “kepada Tuhan.” Biasanya hal ini diikuti dengan kesaksian-kesaksian pribadi dalam khotbah-khotbah bertema kesuksesan. Kesuksesan ini kemudian yang menjadi doktrin utama, dan landasan utama dalam berteologi serta memainkan peran yang sangat penting sekali.
   C.     Orang percaya adalah anak Raja
Anak raja disini memiliki pandangan bahwa berhak menikmati kekayaan dan kelimpahan anak Raja, menurut ukuran standar dunia sehingga setiap orang Kristen distimulasi menjadi seorang anak Raja yang kaya raya, sebab Tuhan kita adalah Raja.[30]
   D.    Berpikir positif
Manipulasi ayat: Fil. 4:8
Poin dari teologi kemakmuran yang terkenal adalah berpikir positif. Hal ini sudah saya ulas dalam pembahasan para tokoh, bahwa orang Kristen disugesti untuk memiliki pikiran yang positif dan mempercayai diri mereka sendiri. Hal ini tidak terlepas dari pencampuran psikologi agar manusia berpusat pada dirinya sendiri, suatu kebutuhan manusia mencari keamanan dari situasi sekalipun bersalah tetapi benar, namun di satu sisi pengaktualisasian diri dilakukan dalam cara yang salah.
   E.     Kesembuhan dan sakit penyakit
Manipulasi ayat: Mat. 8:17; 1 Pet. 2:24; Bil. 21:5-9; Yes. 53; Rom. 5:2.
Sakit penyakit berasal dari iblis, dosa, dan kutuk, sehingga salib Kristus menjadi satu-satunya jalan untuk dapat menebus dosa sehingga manusia tidak lagi sakit dan sehat sempurna.[31]
            Yonggi Cho mengatakan bahwa:
“Kita orang-orang Kristen dapat menjalani kehidupan di dunia ini dalam keadaan bebas dari segala penyakit. … Dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru sikap Allah sama saja. Kehendak Allah bagi manusia bukanlah untuk memberikan sakit-penyakit kepadanya melainkan kesembuhan dari segala penyakit.
Penyakit hanyalah merupakan salah satu wujud kutukan Allah. barangsiapa sungguh-sungguh mengakui dosa-dosanya dan menerima keampunan melalui kuasa Tuhan Yesus Kristus, akan menerima keselamatan, dan, dalam menerima keselamatan, akan dengan sendirinya beroleh kelepasan dari kutuk sakit penyakit.”[32]

6. Tanggapan para teolog
A. Stephen Tong
Menurutnya kemiskinan berasal dari dosa, dan satu-satunya jalan adalah melalui pertobatan. Ketidak adilan dan kemiskinan disebabkan oleh dosa, khususnya dalam pengelolaan kekayaan. Kekayaan yang dimiliki oleh orang Kristen tidak boleh didapatkan dengan cara-cara yang tidak benar, dan terlebih lagi kekayaan yang diperoleh merupakan anugerah Tuhan, dan orang kaya tersebut harus menjadi berkat.
Akan tetapi menurutnya, orang Kristen tidak boleh mengejar kekayaan apalagi memiliki keyakinan bahwa seseorang dikehendaki Allah menjadi kaya melalui iman. Esensi kekristenan untuk menyangkal diri dan memikul salib dilupakan oleh orang yang menganut teologi sukses. Setiap orang Kristen harus berani memikul salib dan menghadapi kesulitan sekalipun harus bekerja keras mencari uang, namun harus dengan cara yang benar.[33]          
            B. Yakub Tri Handoko
Menurutnya, teologi kemakmuran merupakan doktrin yang mengajarkan kesuksesan hidup secara jasmani sebagai tanda atau bukti bahwa orang tersebut diperkenan Allah. kemakmuran hidup ini terutama mencakup kekayaan dan kesehatan. Keadaan yang menyenangkan ini dianggap bisa terjadi karena ditentukan Allah sebelumnya atau diberikan sebagai balasan atas doa atau tindakan tertentu (law of reciprocity). Teologi kemakmuran menurutnya adalah sesuatu yang salah, sebab kekristenan mengajarkan bukan untuk mengikuti keinginan pribadi, tetapi hidup yang memuliakan Tuhan dan untuk kemuliaan Tuhan.[34]
            C. Charles Spurgeon
Charles Spurgeon (1834-1892) seorang pendeta baptis yang amat terkenal, menolak keras ajaran mengenai kemakmuran ini. Dalam sebuah kongres yang diadakan lebih dari seabad yang lalu ia mengatakan:
“I believe that it is anti-Christian and unholy for any Christian to live with the object of accumulating wealth. You will say, ‘Are we not to strive all we can to get all the money we can?’ You may do so. I cannot doubt but what, in so doing, you may do service to the cause of God. But what I said was that to live with the object of accumulating wealth is anti-Christian.”[35]
D. Katolik
Menolak secara tegas teologi kemakmuran. Poin-poin yang dikemukakan: tidak sesuai dengan kesederhanaan Kristus, tidak sesuai dengan kehidupan para rasul, tidak sesuai dengan pengajaran bapa gereja, membuat orang mencintai uang dan bukan Tuhan.[36]

7. Tanggapan
A. Positif:
- Orang-orang Kristen jadi memiliki standar hidup yang lebih tinggi dalam moral, dan rohani, sekalipun dalam hal ini saya melihatnya bahwa orang-orang seperti ini takut mengalami penghukuman dan takut tidak diberkati.
- Kekristenan bertumbuh dan perkembangannya cukup signifikan, sekalipun dilandasi pada doktrin yang salah.
- Pengaktualisasian diri menuju kepada arah yang positif daripada negatif, sekalipun landasan arah nya adalah salah.

b. Negatif:
- Kesembuhan dari sakit penyakit merupakan hak prerogatif Allah dan bukan dikarenakan usaha manusia.
- Teologi ini jelas-jelas salah dan tidak alkitabiah, sebab teologi ini cenderung menejerumuskan orang ke arah yang salah.
- Membuat orang memiliki motivasi hati yang salah.
- Justifikasi di kalangan jemaat apabila seseorang tidak memiliki materi yang melimpah, tidak diberkati Allah, dan hidupnya tidak berkenan pada Allah. Apabila seseorang mengalami sakit penyakit, itu karena kutuk dosa.
- Sekalipun saya melihat terkadang seorang pengkhotbah atau pendeta terlebih dahulu membaca ayat firman, saya merasa hal ini hanya lah dijadikan sebuah kamuflase semata agar pendeta tersebut seolah-olah rohani, padahal dibalik kerohanian tersebut ada sebuah maksud terselubung.
- Tokoh di dalam Alkitab yang muncul sebagai saksi iman, seperti halnya Kaleb yang mengatakan bahwa Bangsa Israel dapat memasuki Tanah Kanaan, bukanlah sebuah perkataan positif, akan tetapi hal tersebut didasari pada Janji Allah kepada Bangsa Israel. Ironis nya pada masa ini banyak orang mengklaim dijanjikan oleh Allah sehingga hal tersebut harus diperjuangkan, padahal sebenarnya lebih banyak unsur keinginan dan ambisi pribadi pada orang tersebut.



Daftar pustaka:
1.      Herlianto, Teologi Sukses: Antara Allah dan Mamon. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993.
2.      Jones, Ron. L., Jesus Money and Me Discovering the Link Between Your Money and Your Faith. USA: Lincoln, iUniverse.Inc, 2004.
3.      Richardson, D., Eternity in Their Hearts. California:  Regal Books, 2005.
4.      Sutanto, Hasan, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab. Malang: SAAT, 2010.
5.      www.wikipedia.com
6.      http://www.thegospelcoalition.org/article/5-errors-of-the-prosperity-gospel
7.      http://www.katolisitas.org/5544/teologi-kemakmuran-ajaran-gampang-tapi-salah
8.      http://dennytan.blogspot.co.id/2010/07/theologi-kemakmuran-ev-yakub-tri.html
9.      http://www.sharefaith.com/guide/Christian-Music/hymns-the-songs-and-the-stories/standing-on-the-promises-the-song-and-the-story.html
10.  http://healingandrevival.com/BioRKCarter.htm
11.  http://www.achievement.org/autodoc/page/sch2bio-1
12.   http://www.yfgc.org/n_english/yonggi_cho/dr_bio.asp
13.  SABDA 4.11.02




[1] https://en.wikipedia.org/wiki/Prosperity_theology diakses pada Jumat 13 November 2015 08.15 WIB
[2] https://id.wikipedia.org/wiki/Teologi_kemakmuran diakses pada Jumat 13 November 2015 pukul 08.00 WIB
[3] Herlianto, Teologi Sukses: Antara Allah dan Mamon (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 7-8.
[4] Herlianto, 9.
[5] Don Richardson, Eternity in Their Hearts (Califronia:  Regal Books, 2005).
[6] https://en.wikipedia.org/wiki/E._W._Kenyon diakses pada Jumat 13 November 2015 pukul 12.40 WIB
[7] https://en.wikipedia.org/wiki/Prosperity_theology diakses pada Jumat, 13 November 2015 pukul 14.30
[8] http://www.sharefaith.com/guide/Christian-Music/hymns-the-songs-and-the-stories/standing-on-the-promises-the-song-and-the-story.html
[9] http://healingandrevival.com/BioRKCarter.htm diakses Rabu 18 November 2015 pukul 11.45 WIB.
[10]  https://en.wikipedia.org/wiki/Norman_Vincent_Peale diakses Selasa 17 November 2015 pukul 15.20 WIB.
[11] Herlianto, 17-18.
[12]  https://en.wikipedia.org/wiki/Norman_Vincent_Peale#Concealed_hypnosis diakses pada Selasa 17 November 2015 pukul 15.26 WIB.
[13] Herlianto, 19-20.
[14] Herlianto, 20-21.
[15] https://en.wikipedia.org/wiki/Robert_H._Schuller diakses Rabu 18 November 2015 pukul 11.55 WIB.
[16] https://en.wikipedia.org/wiki/Robert_H._Schuller diakses Rabu 18 November 2015 pukul 12.05 WIB.
[17] http://www.achievement.org/autodoc/page/sch2bio-1 diakses Rabu 18 November 2015 pukul. 12.20 WIB.
[18] https://en.wikipedia.org/wiki/Crystal_Cathedral diakses Rabu 18 November 2015 pukul 12.45 WIB.
[19] Herlianto, 21-22.
[20] Herlianto 23-24.
[21] Herlianto, 24-26.
[22] https://en.wikipedia.org/wiki/David_Yonggi_Cho diakses pada Rabu 18 November 2015 pukul 12.55 WIB.
[23] http://www.yfgc.org/n_english/yonggi_cho/dr_bio.asp diakses pada Rabu 18 November 2015 pukul 12.58 WIB.
[24] https://en.wikipedia.org/wiki/Eisegesis diakses Selasa 17 November 2015 pukul 12.54 WIB.
[25] Kamus Browning dengan pengetikan kata “Eisegesis”, Kompilasi Kamus Alkitab @4674 dari SABDA 4.11.02.
[26] Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab (Malang: SAAT, 2010), 3.
[27] Herlianto, 32.
[28] Herlianto, 33.
[29] Ron. L. Jones, Jesus Money and Me Discovering the Link Between Your Money and Your Faith (USA: Lincoln, iUniverse.Inc, 2004), 1-6.
[30] Herlianto, 69-70.
[31] Herlianto, 147.
[32] Herlianto, 148.
[33] http://reformata.com/news/view/211/miskin-itu-karena-dosa-bertobatlah diakses Selasa 17 November 2015 pukul 12.35 WIB.
[34] http://dennytan.blogspot.co.id/2010/07/theologi-kemakmuran-ev-yakub-tri.html diakses pada Selasa 17 November 2015 pukul 10.50 WIB.
[35] http://www.thegospelcoalition.org/article/5-errors-of-the-prosperity-gospel diakses Selasa 17 November 2015.
[36] http://www.katolisitas.org/5544/teologi-kemakmuran-ajaran-gampang-tapi-salah diakses Jumat 13 November 2015 pukul 09.40 WIB.