Wednesday, October 15, 2014

Kepribadian Ganda

Multiple Personality Disorder
I.              PENDAHULUAN
            Banyak hal-hal di dalam kehidupan yang menarik untuk diulas. Salah satunya adalah kajian mengenai ilmu psikologi. Cakupan yang begitu luas tentang psikologi, membuat saya merasa sangat tertarik dengan adanya suatu sub topic dalam bagian ilmu psikologi yang begitu luas yang bernama kepribadian ganda. Hal ini adalah sesuatu yang menarik mengapa? Karena saya pernah menonton film-film tentang kepribadian ganda ini, dan begitu melihat adanya pilihan topic yang ada maka saya tidak ragu untuk mengambil kajian ini karena memang hal ini cukup menyita perhatian saya. Oleh karena itu saya akan memaparkan perihal-perihal apa saja yang terkandung dalam kepribadian ganda.

Definisi
Pemecahan kepribadian atau sering juga disebut kepribadian ganda, atau juga lebih terkenal dengan nama alter ego. Adalah suatu keadaan di mana kepribadian individu terpecah menjadi beberapa individu sehingga menghasilkan kepribadian lainnya. Kepribadian tersebut merupakan wujud dari ekspresi kepribadian utama yang muncul karena pribadi utama tidak dapat mewujudkan hal yang ingin dilakukannya. Terkadang si penderita tidak mengetahui bahwa dirinya memiliki kepribadian ganda, dua pribadi yang ada dalam satu tubuh ini juga tidak saling mengenal dan lebih parah lagi kadang-kadang dua pribadi ini saling bertolak belakang sifatnya.[1]
Disasosasi identitas yang menyimpang (Dissociative Identity Disorder) adalah sesuatu yang wajar umumnya terjadi karena trauma yang parah dalam masa awal-awal anak-anak. Hal yang umumnya terjadi cukup ekstrim, terulang teruma menerus secara fisik, seksual, dan kekerasan emosional. Sebagian yang tidak setuju ini meyakini bahwa para penderita yang memiliki kelainan ini sebenarnya hanya memiliki satu kepribadian, namun si penderita akan merasa kalau ia memiliki banyak identitas yang memiliki cara berpikir, temperamen, tata bahasa, ingatan dan interaksi terhadap lingkungan yang berbeda-beda. Walaupun penyebabnya tidak bisa dipastikan, namun rata-rata para psikolog sepakat kalau penyebab kelainan ini pada umumnya adalah karena trauma masa kecil. Untuk memahami bagaimana banyak identitas bisa terbentuk di dalam diri seseorang, maka terlebih dahulu kita harus memahami arti dari Dissociative (disosiasi).
Multiple Personality Disorder (MPD) tetap menjadi sebuah fenomena yang sangat sulit dipahami. Dengan edisi keempat Diagnostik dan Statistik Manual atau DSM-IV, telah terjadi perubahan nama Dissociative Identity Disorder (DID).
Berdasarkan The DSM- IV-TR diagnostic kriteria terhadap penyimpangan ini antara lain:
A. Kehadiran dua atau lebih identitas yang berbeda (masing-masing dengan pola berbeda yang relatif terus menerus, dalam hal mengamati secara sendir kepribadian tertentu, berkaitan dengan, dan berpikir tentang lingkungan dan diri sendiri).
B. Setidaknya dua dari beberapa identitas utama ini mengambil tempat utama dalam mengendalikan kelakuan pengidap penyimpangan ini.
C. ketidak mampuan untuk memanggil kembali pribadi yang penting tentang informasi personal yang penting adalah terlalu ekstensif untuk dijelaskan berdasarkan proses melupakan yang biasa.
D. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, pemadaman atau perilaku kacau selama mabuk alkohol) atau kondisi medis umum (misalnya, kejang parsial kompleks). Pada anak kecil, gejala-gejala ini tidak disebabkan teman bermain khayalan atau bermain fantasi lainnya.
Sejumlah orang yang melihat Dissociative Identity Disorder sebagai diagnosis yang valid (dan ada banyak yang tidak) menganggapnya sebagai 'membelah' dari kepribadian inti menjadi 'identitas yang berbeda', biasanya hal ini terjadi dalam mengatasi trauma parah yang berkelanjutan, baik secara fisik, emosional, dan / atau seksual di masa kecil.
Menurut psikolog, jumlah identitas berbeda ini bisa lebih banyak pada beberapa kasus, bahkan hingga mencapai 100. Masing-masing identitas itu memiliki nama, umur, jenis kelamin, ras, gaya, cara berbicara dan karakter yang berbeda.

Proses pembentuk
Ketika seseorang telah mengalami factor kedewasaan secara umur, maka biasanya orang tersebut telah cukup kuat baik secara kepribadian maupun karakter dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan. Namun, beda halnya apabila masalah tersebut terjadi pada anak kecil yang masih berusia di bawah tujuh tahun, dimana kekuatan tersebut belumlah muncul. Ketika masalah yang berat itu datang, maka mereka akan mencari cara lain dari ketidak mampuan ini dengan tujuan untuk bertahan dari pengalaman traumatis tersebut, dengan cara melakukan disosiasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, disosiasi merupakan pemecahan molekul dl proses kimia yg menghasilkan satu atau lebih molekul lain[2]
Biasanya dengan menggunakan cara ini, maka seorang anak dapat membuat pikiran sadarnya terlepas dari pengalaman traumatis yang sangat mengguncang kepribadiannya untuk dihilangkan.
Menurut Colin Ross yang menulis buku The Osiris Complex (1995), proses disosiasi pada anak yang mengarah kepada kelainan DID terdiri dari dua proses psikologis. Kita akan mengambil contoh pelecehan seksual yang dialami oleh seorang anak perempuan.
1.    Proses Pertama: anak perempuan yang berulang-ulang mengalami penganiayaan seksual akan berusaha menyangkal pengalaman ini di dalam pikirannya supaya bisa terbebas dari rasa sakit yang luar biasa. Ia bisa mengalami "out of body experience" yang membuat ia "terlepas" dari tubuhnya dan dari pengalaman traumatis yang sedang berlangsung. Ia mungkin bisa merasakan rohnya melayang hingga ke langit-langit dan membayangkan dirinya sedang melihat kepada anak perempuan lain yang sedang mengalami pelecehan seksual. Dengan kata lain, identitas baru yang berbeda telah muncul.
2.    Proses Kedua, sebuah penghalang memori kemudian dibangun antara anak perempuan itu dengan identitas baru yang telah diciptakan. Sekarang, sebuah kesadaran baru telah terbentuk. Pelecehan seksual tersebut tidak pernah terjadi padanya dan ia tidak bisa mengingat apapun mengenainya.
Apabila pelecehan seksual terus berlanjut, maka proses ini akan terus berulang sehingga ia akan kembali menciptakan banyak identitas baru untuk mengatasinya. Ketika kebiasaan disosiasi ini telah mendarah daging, sang anak juga akan menciptakan identitas baru untuk hal-hal yang tidak berhubungan dengan pengalaman traumatis seperti pergi ke sekolah atau bermain bersama teman.

Ciri-ciri pengidap DID
Kepribadian ganda tidak ditandai dengan seseorang yang sering merubah penampilannya meskipun orang tersebut terlihat seperti orang lain dengan identitas berbeda. Tidak juga ditandai dengan seseorang yang berubah emosinya, yang dari tersenyum tiba-tiba menjadi sangat emosi. Dan ketika itu air mukanya terlihat sangat berbeda dan menjadi seperti seekor hewan buas. Tetapi kepribadian ganda ini ditandai dengan perubahan penampilan, emosi, dan identitas seseorang.
Contoh sebuah kasus yang ditayangkan pada Jurnal Kompas.com:[3]
Tanya:
Dok, saya ingin bertanya. Bagaimanakah cara mendeteksi kepribadian ganda? Apakah ada tes atau metode mudah mendeteksi masalah ini? Saya adalah orang yang sering mengalami hal semacam menyalahkan diri saya yang bernama Edi. Dan ketika  saya mengaku dengan nama lain, sifat saya berubah misalnya dari pemalu menjadi berani. Bahkan saya sering mengobrol sendiri dengan salah satu sisi itu untuk menjawab pertanyaan saya. Seringkali salah satu menasehati, yang satu penurut, yang satu tidak terima, dsb. Mohon jawabannya ya Dok. (Edi, 20, Bandung).
Jawab:
Jika anda mengalami kepribadian ganda, maka anda tidak akan mungkin bisa menceritakan kepada saya seperti apa yang anda ceritakan di surat anda. Orang dengan kepribadian ganda tidak akan menyadari perpindahan kepribadiannya tersebut. Orang itu akan secara otomatis saja "berubah" kepribadiannya. Orang lain yang akan menyadari kondisi yang dia alami. Apa yang terjadi pada Edi lebih kepada suatu fantasi akan adanya suatu kepribadian lain yang secara umum berbeda dengan apa yang saat ini Edi rasakan. 
Edi merasakan bahwa ada keinginan terpendam untuk menjadi karakter itu tetapi di lain pihak, kotak terhadap realita masih terjaga sehingga hanya bisa mengkhayalkannya. Ada yang kita sebut "suara hati" yang kadang saling bertentangan untuk suatu masalah atau kondisi yang kita hadapi. Itulah yang bisa terjadi pada banyak orang. 
Contoh lain dari jurnal yang sama[4]:
Tanya:
Dok,  saya ingin bertanya. Apakah secara medis atau psikologis benar ada orang yang memiliki kepribadian ganda? Kadang, saya merasa bahwa saya berkepribadian ganda dan saling berlawanan. Di hari yang sama, saya bisa sangat berani tapi beberapa jam kemudian bisa sangat takut dan pemalu. Atau saya bisa sangat pemarah, tapi sejam kemudian saya bisa merasa kasihan dan mudah tersentuh. Kadang saya bisa menjadi sangat ekstrovert tapi tak lama kemudian saya bisa menjadi sangat introvert. Apa kira-kira yang saya alami ya? Ada cara untuk bisa mengelola kejiwaan sehingga bisa mendukung kepada produktivitas saya? Terima kasih Dok. (Novi, 23, Bandung).
Jawab:
Dalam ilmu kedokteran jiwa atau psikiatri ada diagnosis gangguan identitas disosiatif yang dulu lebih dikenal dengan sebutan Multiple Personality Disorder. Karakteristik dari gangguan ini adalah adanya dua atau lebih bentuk identitas kepribadian yang sama sekali berbeda yang mempunyai sifat dan karakter yang berbeda.
Apa yang dialami Novi saya rasa masih dalam bentuk reaksi emosional yang cenderung berubah-ubah sesuai dengan kondisi perasaan saat itu. Satu hal lagi yang perlu diwaspadai dari kondisi yang dialami Novi adalah suatu jenis gangguan suasana perasaan yang dinamakan Gangguan Bipolar.
Ini juga sering dialami dan karakteristik gejalanya mirip dengan apa yang dialami oleh Novi. Saran saya segera berobat ke psikiater agar mendapatkan pemeriksaan dan penjelasan lebih lanjut.

Ada empat ciri utama yang membedakan antara orang yang mengidap kepribadian gandan atau tidak. Apabila pada diri seseorang terdapat empat ciri ini, maka orang tersebut mengidap DID atau kepribadian ganda. Ciri-ciri tersebut antara lain:
1.  Harus ada dua atau lebih identitas atau kesadaran yang berbeda di dalam diri satu orang tersebut.
2.  Kepribadian-kepribadian ini secara berulang saling mengambil alih perilaku satu orang tersebut (Switching). Setiap karakter ini bisa mengambil alih pikiran sang penderita hanya dalam tempo beberapa detik. Proses pengambilalihan ini disebut switching ini biasanya dipicu oleh kondisi stres.
3.  Ada ketidakmampuan untuk mengingat informasi penting yang berkenaan dengan dirinya yang terlalu luar biasa untuk dianggap hanya sebagai lupa biasa.
4.  Gangguan-gangguan yang terjadi ini tidak terjadi karena efek psikologis dari substansi seperti alkohol atau obat-obatan atau karena kondisi medis seperti demam.
98 persen orang-orang yang mengidap DID mengalami amnesia ketika sebuah identitas muncul (switching). Ketika kepribadian utama orang tersebut mengambil alih kembali, ia tidak bisa mengingat apa yang telah terjadi ketika identitas sebelumnya berkuasa.
1.     (1646Paracelsus melaporkan kasus tentang wanita yang menuduh seseorang telah mencuri uangnya. Pencurinya kemungkinan memiliki kepribadian ganda, yang melakukan tindakannya tanpa sepengetahuan pribadi utama.
2.     (1791Eberhard Gmelin mendeskripsikan kasus tentang pergantian identitas diri seorang wanita Jerman berusia 21 tahun, yang mengaku seorang bangsawan Perancis dan mampu berbicarabahasa Perancis. Gmelin percaya bahwa kasus seperti itu dapat membantu memahami seluk beluk kepribadian manusia.
3.     (1816) Kasus Mary Reynoldskepribadian ganda, diterbitkan dalam bentuk artikel di majalah Medical Repository.
  1. (1838Charles Despine menemukan sebuah kasus kepribadian ganda dalam diri Estelle, seorang gadis berusia 11 tahun.
  2. (1876Eugène Azam menemukan kasus kepribadian ganda dalam tubuh seorang wanita muda Perancis, yang biasa dipanggil Felida X.
  3. (1899) Buku karangan Théodore Flournoy yang berjudul Des Indes à la Planète Mars: Etude sur un cas de somnambulisme avec glossolalie (Dari India ke Planet Mars: Kasus kepribadian ganda dengan bahasa imajiner) diterbitkan.
  4. (1906) Buku Morton PrinceThe Dissociation of a Personality, mengungkapkan kisahnya merawat pasien berkepribadian ganda bernama Clara Norton Fowler alias Christine Beauchamp.
  5. (1915Walter Franklin Prince menerbitkan studi kasus seorang pasien yang bernama Doris Fischer dengan judul The Doris Case of Multiple Personality. Studi kasus ini kemudian diikuti oleh beberapa percobaan mengenai diri Fischer sendiri dan dirinya yang lain.
  6. (1943) Stengel mengatakan bahwa seseorang yang berkepribadian ganda mengalami "kelainan".
  7. (1954) Buku Shirley JacksonThe Bird's Nest, sebuah cerita fiksi tentang pemecahan kepribadian, diterbitkan.
  8. (1954) Buku Thigpen & Cleckley, The Three Faces of Eve, didasarkan pada hasil terapi Chris Costner-Sizemore, diterbitkan. Buku ini berhasil menarik minat orang Amerika mengkaji masalah pemecahan kepribadian.
  9. (1957) Film The Three Faces of Eve yang dibintangi oleh Joanne Woodward, diluncurkan.
  10. (1973) Buku laris karya Flora R. Schreiber, Sybil, membukukan kisah pengobatan dan terapi yang dilakukan oleh Shirley Ardell Mason. Namanya disamarkan menjadi Sybil Dorsett dalam buku ini.
  11. (1976) Versi layar kaca Sybil diproduksi, dibintangi oleh Sally Field.
  12. (1977Chris Costner-Sizemore menerbitkan otobiografinya yang berjudul I'm Eve.
  13. (1980) Tahun terbit buku Michelle Remembers.
  14. (1981) Buku Daniel Keyes24 Wajah Billy, diterbitkan. Buku ini didasarkan dari hasil wawancara antara Billy Milligan dan terapisnya.
  15. (1986) Tahun terbit buku When Rabbit Howls.
  16. (1995) Astraea, situs yang pertama kali membahas masalah pemecahan kepribadian di dunia maya, diluncurkan bulan September.
  17. (1999) Buku Cameron West, First Person Plural: My Life as a Multiple, diterbitkan.
  18. (2005) Otobiografi Robert OxnamA Fractured Mind, diterbitkan.[5]
                                                                                                           
Kasus Sybil Isabel Dorsett
Salah satu kasus yang paling terkenal perihal kepribadian ganda adalah kasus yang meimpa Shirley Ardell Mason. Cornelia Wilbur (psikiaternya) menyembunyikan identitas asli dari Shirley dan mengganti namanya menjadi Sybil Isabel Dorsett.
Dalam sesi terapi yang dilakukan Cornelia, terungkap kalau Sybil memiliki 16 kepribadian yang berbeda, diantaranya adalah Clara, Helen, Marcia, Vanessa, Ruthi, Mike (Pria), Sid (Pria) dan lain-lain. Menurut Cornelia, 16 identitas yang muncul pada diri Sybil berasal dari trauma masa kecil akibat sering mengalami penyiksaan oleh ibunya.
Dr.Philip M Coons:
"Hubungan antara penyiksaan atau trauma masa kecil dengan Multiple Personality Disorder sesungguhnya tidak pernah dipercaya sebelum kasus Sybil"
Pengetahuan mengenai kepribadian ganda banyak disusun berdasarkan kasus Sybil. Jika kasus itu ternyata hanya sebuah false memory, maka runtuhlah seluruh teori dissosiasi dalam hubungannya dengan kelainan kepribadian ganda. Ini juga berarti kalau kelainan kepribadian ganda sesungguhnya tidak pernah ada.
Dr.Herbert Spiegel:
Bantahan dilakukan oleh Herbert dengan dalil bahwa 16 identitas yang berbeda tersebut sebenarnya muncul karena teknik hipnotis yang digunakan oleh Cornelia untuk mengobatinya. Bukan hanya itu, Cornelia bahkan menggunakan serum kejujuran dalam terapi penyembhuan Sybil.
Dr.Spiegel percaya kalau 16 identitas tersebut diciptakan oleh Cornelia dengan menggunakan hipnotis. Ini sangat mungkin terjadi karena Sybil ternyata seorang yang sangat sugestif dan gampang dipengaruhi. Apalagi ditambah dengan obat-obatan yang jelas dapat membawa pengaruh kepada syarafnya.


Peter Swales:
seorang penulis yang pertama kali berhasil mengetahui kalau Sybil adalah Shirley juga setuju dengan pendapat ini. Dari hasil penyelidikan intensif yang dilakukannya, ia percaya kalau penyiksaan yang dipercaya dialami oleh Sybil sesungguhnya tidak pernah terjadi. Kemungkinan, semua ingatan mengenai penyiksaan itu (yang muncul karena sesi hipnotis) sebenarnya hanyalah ingatan yang ditanamkan oleh sang terapis, Cornelia Wilbur.

II.            TAHAP AWAL
A.   Abad 18
Pada abad ke-18, keahlian para dukun untuk berubah menjadi roh binatang ataupun peristiwa kerasukan dianggap sebagai fenomena seseorang yang mempunyai kepribadian ganda. Kasus Eberhardt Gmelin (1791) dianggap sebagai kasus kepribadian ganda pertama yang dilaporkan, walaupun sebelumnya pernah terjadi peristiwa amnesia yang menyerupai gejala kepribadian ganda yang dilaporkan pada tahun 1664.[6]
B.   Abad 19
Pada tahun 1812, Benjamin Rush, yang juga dijuluki sebagai Bapak Psikiatri Amerika, mengoleksi kasus-kasus gangguan disosiatif dan kepribadian ganda. Dia menulis buku psikiatri pertama tentang gangguan kepribadian ganda berjudul "Pertanyaan Medis dan Pengamatan dari Penyakit Kejiwaan" (asli dalam bahasa Inggris: "Medical Inquiries and Observations Upon Disesases of the Mind"), teorinya mengatakan bahwa gangguan kepribadian ganda terjadi karena kerusakan hubungan pada 2 hemisper otak.
Pada akhir abad ke-19, Eugene Azam, seorang profesor bedah tertarik pada hipnosis, menerbitkan sejumlah laporan tentang Felida X, Felida X lahir di tahun 1843, kehilangan ayahnya pada masa bayi dan masa kanak-kanak hidup dengan pengalaman yang menyakitkan. Felida X memiliki 3 kepribadian dimana kepribadian 1 adalah kepribadian normalnya dan 2 lagi kepribadian lainnya yang abnormal. Pierre Janet melaporkan beberapa kasus kepribadian ganda pada akhir abad ke-19 dan abad ke-20 awal, seperti kasus Leonie, Lucie, Rose, Marie, dan Marceline.

III.           PERKEMBANGAN BERIKUTNYA
            Pada era 1880-1920, banyak konferensi medis internasional yang membahas tentang disosiasi. Jean-Martin Charcot memperkenalkan gagasannya tentang disosiatif, dia mengtakan bahwa disasosiasi ini adalah shock pada saraf yang mengakibatkan banyak kondisi neurologis yang abnormal.
Kasus kepribadian ganda pertama yang pernah diselidiki secara ilmiah adalah kasus Clara Norton Fowler pada tahun 1906. 

IV.          MASA KINI
Masalah kepribadian ganda ini tidak benar-benar bisa dipahami, bahkan sebelum abad ke-20, gejala psikologi ini selalu dikaitkan dengan kerasukan setan. Abad ke-20 para psikolog menolak kaitan itu menyebut fenomena ini dengan sebutan Multiple Personality Disorder (MPD). Berikutnya, ketika nama itu dirasa tidak lagi sesuai, gejala ini diberi nama baru, Dissociative Identity Disorder (DID). Era baru dimulai kembali pada tahun 1994 saat diterbitkannya DSM-IV gangguan ini berganti nama menjadi Gangguan Identitas Disosiatif (Dissociative Identity Disorder).
Menurut survei yang pernah dilakukan psikiater Colin Ross di Charter Hospital of Dallas tahun 1989, banyak bukti yang mendukung bahwa DID bukanlah sebuah kepura-puraan. Rata-rata penderita DID memiliki 16 kepribadian. Berbagai kepribadian itu berasal dari pasien berbagai usia, jenis kelamin,dan ras. Bahkan gangguan ini juga memungkinkan orang mengalami perubahan kesadaran menjadi spesies lain.[7] Namun untuk mendiagnosa orang yang punya kepribadian ganda bukan hal mudah. Meskipun kepribadian ganda seseorang dapat diidentifikasi dari berubah-ubahnya tulisan tangan, pola suara, ukuran plus minus pada kacamata dan alergi. Para pendukung gagasan kepribadian ganda juga mengatakan ada perbedaan biologis pada penderita DID dalam laju pernapasan, pola gelombang otak dan konduktansi kulit, serta ukuran gairah yang diterima.
Pengertian kini tentang DID adalah sebagai sebuah teori fragmentasi yang menimbulkan trauma yang terpecah dari sebuah kepribadian utama menjadi beberapa personality seperti kepribadian yang merespon trauma masa kecil yang begitu dalam.
Ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah hubungan antara epilepsi dan Dissociative Identity Disorder, yang belum dapat diketahui atau diteliti secara ilmiah. Theodore P. Zahn menyatakan bahwa:
Sebuah pertanyaan neurologis penting adalah hubungan antara proses disosiatif dan epilepsi lobus sementara. Pertama, bisa individu dengan epilepsi lobus temporal menunjukkan gejala disosiatif? Dan kedua, apakah adanya gejala disosiatif menunjukkan epilepsi lobus temporal? Jawaban untuk pertanyaan pertama tampaknya ya. Munculnya fenomena disosiatif antara individu dengan epilepsi lobus temporal telah didokumentasikan dengan baik (Devinsky, Putnam, Grafman, Bromfield & Theodore, 1989; Mesulam, 1981; Schenk & beruang, 1981).
Jadi, sebagian psikologi berpikir bahwa fenomena DID merupakan sebuah false memory yang tercipta dikarenakan pengaruh dari adanya suatu terapi hipnotis yang dilakukan oleh seorang psikolog atau psikiater terhadap pasiennya. Menurut sebagian psikolog ini, tidak ada hal yang membuktikan secara ilmiah atau empiris bahwa pengalaman traumatis dapat menimbulkan kepribadian ganda pada diri seseorang. Saya sendiri tidak setuju dengan pandangan ini dan mutlak setuju dengan pandangan-pandangan di atas.

V.           PERANAN PSIKOLOGI DALAM KEPRIBADIAN GANDA DI MASA YANG AKAN DATANG
Tentu peranan psikologi ini dalam masa yang akan datang adalah sesuatu yang penting untuk dipelajari dan akan terus berkembang. Meskipun sampai pada kesimpulan bahwa perihal DID ini adalah karena masa lalu, saya sungguh menyadari bahwa iblis memakai masa lalu seseorang untuk menimbulkan masalah traumatic yang mengakibatkan hancurnya fungsi otak dan masuknya iblis ke dalam pribadi orang yang tidak percaya. Karena itu sangat penting bahwa penelitian ini juga diteliti terus menerus dengan semakin meningkatkan kualitas konseling yang baik ditinjau dari factor psikologinya agar terjadi pemulihan dari Tuhan.
Pentingnya mempelajari perihal kepribadian ganda ini yang semakin modern di dalam arus perkembangan jaman akan menjawab hal-hal yang mungkin tidak bisa dijawab pada saat ini. Kemungkinan besar akan dikembangkan banyak hal yang semakin memperhatikan hal in idengan teori-teori baru yang berkembang terkait dengan masalah-masalah yang tidak terpecahkan.



Sumber:
1.     Wikipedia
6.     www.kompas.com
7.     www.detik.com
Software Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline 1.4