Tuesday, October 7, 2014

Tafsiran terhadap 1 Yohanes 1:5-10

Berakar dari iman berbuah dalam pertobatan


Pendahuluan

Untuk mendapatkan penafsiran yang baik maka perlu untuk melihat ke dalam teks aslinya yakni teks berbahasa Yunani. Meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa teks-teks Yunani merupakan salinan yang sangat mungkin terdapat kesalahan, namun alangkah bijaksana apabila kita tetap berusaha meneliti ke dalam bahasa aslinya. Oleh karena itu kami akan memaparkan perbandingan antara teks berbahasa Indonesia yang diterjemahkan oleh LAI dan teks berbahasa Yunani yang diterbitkan oleh BGT (Bible Works Greek LXX/BNT).

1 Yohanes 1:5-10

5 Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan.
 6 Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.
 7 Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.
 8 Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.
 9 Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
 10 Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.

5  Καὶ ἔστιν αὕτη ἡ ἀγγελία ἣν ἀκηκόαμεν ἀπ᾽ αὐτοῦ καὶ ἀναγγέλλομεν ὑμῖν, ὅτι ὁ θεὸς φῶς ἐστιν καὶ σκοτία ἐν αὐτῷ οὐκ ἔστιν οὐδεμία.
 6  Ἐὰν εἴπωμεν ὅτι κοινωνίαν ἔχομεν μετ᾽ αὐτοῦ καὶ ἐν τῷ σκότει περιπατῶμεν, ψευδόμεθα καὶ οὐ ποιοῦμεν τὴν ἀλήθειαν·
 7  ἐὰν δὲ ἐν τῷ φωτὶ περιπατῶμεν ὡς αὐτός ἐστιν ἐν τῷ φωτί, κοινωνίαν ἔχομεν μετ᾽ ἀλλήλων καὶ τὸ αἷμα Ἰησοῦ τοῦ υἱοῦ αὐτοῦ καθαρίζει ἡμᾶς ἀπὸ πάσης ἁμαρτίας.
 8  ἐὰν εἴπωμεν ὅτι ἁμαρτίαν οὐκ ἔχομεν, ἑαυτοὺς πλανῶμεν καὶ ἡ ἀλήθεια οὐκ ἔστιν ἐν ἡμῖν.
 9  ἐὰν ὁμολογῶμεν τὰς ἁμαρτίας ἡμῶν, πιστός ἐστιν καὶ δίκαιος, ἵνα ἀφῇ ἡμῖν τὰς ἁμαρτίας καὶ καθαρίσῃ ἡμᾶς ἀπὸ πάσης ἀδικίας.
 10  ἐὰν εἴπωμεν ὅτι οὐχ ἡμαρτήκαμεν, ψεύστην ποιοῦμεν αὐτὸν καὶ ὁ λόγος αὐτοῦ οὐκ ἔστιν ἐν ἡμῖν.

Datar pertanyaan penelitian
1. Berita apa yang dimaksud? (ay. 5)
2. Bagaimanakah pengertian terang dan kegelapan? (ay. 5)     
3. Apa yang dimaksud dengan “persekutuan dengan Dia”? (ay. 6)
4. Bagimana cara hidup dalam terang? (ay. 7)
5. Apa yang dimaksud dengan membuat Dia menjadi pendusta? (ay. 10)

Tafsiran teks
A. Analisis
            Surat 1 Yohanes tidak seperti surat-surat umum lainnya dalam Perjanjian Baru. Surat ini tidak memiliki hal-hal yang umumnya terdapat pada surat biasanya, seperti tidak adanya salam. Ditulis dalam suatu keadaan dimana Yohanes yang resah karena adanya suatu permasalahan yang timbul dalam jemaat Efesus, dalam kurun waktu 90 M.
Suatu keadaan dimana ada beberapa buah pengajaran palsu yang menyimpang tentang esensi-esensi dasar dari kekristenan yang menyerang kepercayaan Kristen, dan mengacaubalukan hal-hal yang mendasar dari Kekristenan dengan dalih ingin membenarkan kekristenan dan mengangkat kekristenan dipandang dalam dunia filsafat. Akibatnya banyak terjadi penyesatan dan mengakibatkan banyak orang Kristen ini mengelompok menjadi suatu golongan tertentu dan mereka menjauhkan diri, berpaling dari persekutuan, serta menghina orang-orang Kristen lain di luar kelompok mereka. Gerakan aliran ini disebut gnostikisme (ilmu pengetahuan).
Ada dua aliran gnostisisme yang sangat mempengaruhi dan menyesatkan banyak orang Kristen di sana. Pertama adalah cerinthianisme yang dicetuskan oleh Cerinthus. Dalam pandangannya, Cerinthus memberi argument bahwa Yesus adalah manusia biasa, yang ketika Ia dibaptis maka pribadi Kristus turun ke atas-Nya, sehingga Ia penuh dengan kuasa. Namun sebelum penyaliban, Kristus pergi dari diri Yesus. Namun Cerinthus percaya bahwa Yesus bangkit dari antara orang mati. Kedua, adalah paham doketisme yang beragumen bahwa Yesus Kristus tidak sungguh-sungguh manusia, melainkan hanya tampak sebagai manusia. Kata ini berasal dari bahasa Yunani dokein yang berarti tampak atau kelihatannya. Doktrin ini mempertahankan bahwa Yesus Kristus hanya tampaknya saja mempunyai tbuh. Maka dengan kata lan dapat dikatakan bahwa Yesus Kristus hanya memiliki tubuh surgawi dan hanya berpura-pura saja menderita dan mati. Doketisme bukanlah sebuah mazhab atau sekte, tetapi suatu cara berpikir tentang Yesus Kristus sejak zaman para rasul muncul dalam bentuk yang beraneka ragam.[1]

Ayat 5
            Penggunaan kata penghubung Καὶ (kai) menjadi penanda keterkaitan ayat 5 ini dengan ayat atau perikob sebelumnya, yakni pada ayat 1-4. Dalam ayat 1-4, Yohanes memulai suratnya dengan mengatakan tujuan, yakni menjelaskan kepada pembacanya apa yang didengarnya dan dilihatnya mengenai Firman hidup yang dimanifestasikan dalam Yesus Kristus, dengan pengharapan akan tercipta persekutuan penuh sukacita antara dirinya, pembacanya dan Allah sendiri.
            Pada kalimat pertama pada ayat ini dijelaskan bahwa “inilah berita yang telah kami dengar (mungkin Yohanes dan para rasul) dari Dia (Yesus), dan yang kami sampaikan kepada kamu (penerima surat, terutama jemaat Efesus)”. Dalam kalimat pertama ini dijelaskan bahwa Yohanes hendak menyampaikan kepada penerima surat dalam hal ini adalah jemaat Efesus tentang berita yang telah ia dengar, secara langsung dari Tuhan Yesus Kristus saat Ia berada di muka bumi. Dalam pernyataan ini tampak jelas bahwa Yohanes merasa sangat jengah tentang apa yang terjadi di tengah-tengah jemaat tentang pengajaran palsu yang banyak beredar. Oleh sebab itu untuk memperkuat bukti otentik dari pernyataannya itu, ia menyertakan Tuhan Yesus sebagai subjek utama dari pemberita Kabar Baik tentang diri-Nya sendiri. Dalam hal ini berita tersebut dalam bahasa Yunaninya adalah ἀγγελία (anggelia) yang berarti berita tentang Tuhan yakni Injil Kristus itu sendiri.
            Pada kalimat selanjutnya dikatakan bahwa “Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan”. Apa yang kemudian melatar belakangi dari ucapan Yohanes kepada jemaat ini? Tentu hal ini mengandung suatu penekanan tertentu. Ya, tentu saja ucapan ini merupakan sebuah pembelaan bagi pandangan gnostik yang memandang bahwa untuk mencapai sebuah kesempurnaan, manusia boleh melakukan apa pun asalkan (sekalipun hal tersebut sangat amoral) hal tersebut berguna menambah pengetahuan yang dapat membawa mereka kepada keselamatan. Tentu saja hal ini sangat bertolak belakang dengan apa yang dipercayai bahwa Allah sangat membenci dosa, dan menghukum mereka yang melakukannya.
            Penggunaan kata φῶς (fos) yang berarti terang memiliki arti bahwa terang ilahi itu mengerjakan kebenaran dalam diri orang percaya untuk menyingkapkan kebenaran moral dan rohani.[2] Kekudusuan Allah diungkapkan daalm istilah-istilah terang, mis 1 Tim. 6:16 dimana Allah dikatakan bersemayam dalam terang yang tidak terhampiri.[3] Maka tentu saja kegelapan (skotia) yang berarti kejahatan[4] tidak mungkin dikerjakan-Nya sebab hal tersebut sangat dibenci-Nya.
            Dalam kata lain, Allah adalah kebenaran yang menolak tindakan amoral dan menjaga kekudusan-Nya (Kel. 15:11; dst) yang membedakan-Nya dari ilah-ilah lain. Oleh karena itu tentu saja sebagai seorang pengikut Kristus, sudah seharusnya mereka mengikuti kekudusan Allahnya dan menjauhi segala perbuatan dosa. Apabila seseorang mengakui bahwa dirinya adalah orang yang beriman kepada Kristus, maka iman tersebut harus menghasilkan sebuah konsekuensi moral (1 Yoh. 3:23)[5] yang secara otomatis dituntut suatu perbuatan agar menjauh dari tindakan amoral.
Orang-orang percaya dianggap sebagai orang yang lahir dari Allah (1 Yoh. 2:29; 3:9; 4:7; 5:4; 5:18). Kelahiran baru akan mengakibatkan perubahan secara rohani. Tidak ada seorang pun yang lahir dari Allah terus menerus berbuat dosa (1 Yoh. 3:9; 5:18), dan apabila orang tersebut terus menerus berbuat dosa sesungguhnya ia adalah anak iblis (1 Yoh. 3:18). Paulus mengatakan dalam suratnya bahwa orang yang berada di bawah kasih karunia dan bukan di bawah Hukum Taurat tetap tidak boleh melakukan dosa dan terus menerus di dalamnya (Rom. 6:15 – tentu saja hal ini berbicara tetang kehidupan Kristen setelah orang menjadi percaya). Orang yang lahir dari Allah akan mengasihi orang lain dan lebih dari itu kelahiran baru membuat orang mengenal Allah (1 Yoh. 4:7). Seseorang yang dilahirkan kembali mempunyai suatu penilaian yang sama sekali baru mengenai dunia, lalu mengalami pembebasan dari tarikannya.[6]
Jika kita menerima Dia, menaati Dia, melihat Dia, mengenal DIa, maka tanggapan kita bersifat positif. Jika kita tak menyambut Dia dengan cara-cara ini, maka kita tidak mempunyai iman. Kita digolongkan kepada mereka yang telah menlak keselamatan yang disediakan Allah.[7]

Ayat 6
            Jika seseorang mengatakan bersekutu dengan Dia (Kristen), namun masih hidup dalam kegelapan (dosa yang disadari dan terus menerus), maka mereka berdusta dan tidak melakukan kebenaran.
            Dalam hal ini bersekutu berasal dari bahasa Yunani κοινωνίαν (koinonian) , yang mengandung makna intimasi, komuni, persekutuan (hubungan pribadi) yang dalam hal ini Allah membawa umat-Nya masuk ke dalam persekutuan dengan Anak-Nya (1 Kor. 1:9). Koinonia harus dipahami bahwa sebuah situasi dimana orang tersebut terlibat di dalamnya, sehingga orang tersebut mendapat bagian dalam persekutuan, member bagian dalam persekutuan, dan bersama-sama mendapat bagian dalam persekutuan.[8] Yohanes dalam suratnya yang pertama sangat menekankan tentang “tetap berada” di dalam Allah (1 Yohanes 4:16), yang sangat mungkin hal ini mirip sekali dengan persekutuan dengan Allah (1:3, 6).[9]
            Orang Kristen tidak lagi hidup dalam kegelapan (skotia) sebab kegelapan hanya dikerjakan oleh anak-anak si iblis (1 Yoh. 3:8, 10). Kegelapan berarti melakukan tindakan pembiaran dalam peran menghormati hal-hal yang ilahi serta tugas sebagai manusia, dan “bersekutu” dengan musuh Allah dan tindakan amoral, yang memiliki konsekuensi berakhir dalam kertakan di neraka.[10]
            Artinya apabila seseorang menyatakan sebagai pengikut Kristus (Kristen) tetapi tergoda dengan hal-hal duniawi seperti yang terjadi pada kisah yang melatar belakangi surat 1 Yohanes, seperti tindakan amoral, mencari pelacur bakti, menerima jimat-jimat berhala, menjauhkan diri dari persekutuan Kristen dan bahkan merendahkan mereka maka sebenarnya mereka bukan berasal dari Allah, dan mereka berbohong apabila mereka menyebut diri sebagai yang bersekutu dengan Allah, karena Allah membenci dosa (zinah hati dan perbuatan, dan zinah rohani).

Ayat 7
Penggunaan kata penghubung δὲ (de) (dan, tetapi) pada ayat ini menegaskan bahwa ada hubungan dengan ayat sebelumnya. Pengambilan makna tetapi berarti mengandung sebuah unsure perlawanan pada suatu kalimat. Pada ayat 6 dijelaskan bahwa seorang Kristen yang berbuat dosa sebenarnya dia bukanlah orang Kristen yang sungguh-sungguh. Maka pada ayat 7 ini kita menemukan bahwa jika hidup dalam terang sama seperti hakikat Allah, maka kita bersekutu dengan yang lain (orang Kristen lain) melalui pengorbanan Kristus yang menyucikan kita dari dosa.
Kata berjalan yang dalam bahasa Yunani περιπατῶμεν (peripatomen) yang merupakan present active subjunctive, mengikuti kata kerja utamanya yakni ἔχομεν (ekomen) yang berisfat present active indicative yang artinya baik berjalan dalam terang Allah dan terlibat dalam persekutuan merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dan terus menerus melekat pada diri orang percaya. Tindakan berjalan dalam terang yang berarti menolak dosa merupakan tindakan yang harus terus menerus dilakukan oleh setiap orang percaya.
Hidup Kristen berarti menolak dosa secara total: “karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia” (1 Yoh. 3:6). Meskipun Yohanes tidak mengatakan bahwa seorang Kristen tidak pernah membuat kesalahan, tetapi dia mengatakan secara tegas bahwa orang Kristen tidak bisa meneruskan cara hidup yang jahat. Tidak mungkin orang yang telah dilahirkan kembali dari kuasa Allah terus bercokol dalam dosa. Kalau dia berdosa, itu tidak sebagaimana mestinya.[11]
            Dalam ayat ini perihal pendamaian yang dikerjakan oleh Kristus sangat dominan. Jelas hanya kematian-Nyalah yang penting. Ada sekelompok orang dari gereja mula-mula dulu yang tidak bisa menerima gagsan bahwa Kristus disalibkan. Menurut paham mereka, Kristus yang ilahi turun ke atas manusia Yesus pada waktu Ia dibaptis, tetapi meninggalkan Dia sebelum Dia disalibkan. Yohanes menandaskan bahwa tidak hanya baptisa tetapi juga salib Kristus adalah penting. Bukan baptisan-Nya, melainkan kematian-Nyalah yang menghapus dosa.
Ayat 8
            Apabila seseorang mengatakan dirinya tidak berdosa, maka kebenaran tidak ada dalam diri orang tersebut. Artinya pengorbanan Kristus tidak bekerja pada orang yang tidak membutuhkan-Nya. Dalam hal ini tidak ada orang yang benar, sebab semua orang telah kehilangan kemuliaan Allah (Rom. 3:23). Tidak ada seorang pun yang mampu menyelamatkan dirinya sendiri sehingga perlu korban penebusan sekali untuk selamanya dan hal itu hanya dapat dikerjakan oleh Kristus (Ibr. 10:2). Sebab hanya orang yang memakan tubuh Kristus dan meminum darah-Nya yang akan memiliki hidup (Yoh. 6:53).[12]
Jadi orang yang menganggap dirinya benar dan tidak berdosa, meniadakan pengorbanan Kristus, dan meniadakan karya keselamatan dalam dirinya yang berarti ia tidak mempunyai hidup dan akan mengalami kebinasaan. Menolak Kristus berarti menolak kebenaran, sebab kebenaran tidak dapat dikerjakan oleh manusia (Gal. 2:21).

Ayat 9
            Allah selalu menepati janji-Nya. Mengaku yang berasal dari bahasa Yunani ὁμολογῶμεν (homologomen) mengandung tata bahasa present active subjunctive mengikut kata sifat πιστός (pistos) ἐστιν (estin) dalam diri Allah yang bersifat present active indicative. Hal ini berarti sifat Allah yang setia dan adil merupakan sifat yang terus menerus melekat pada Allah yang tidak mungkin tidak dilakukan-Nya, sebab Allah tidak mungkin lalai menepati janji-Nya (2 Pet. 3:9). Iman berbicara tentang kesetiaan Allah dimana Allah selalu menepati janji-janji-Nya (1 Tes. 5:24).
Ketika seseorang mengaku maka Allah yang setia dan adil pastilah mengampuni. Hal mengaku dan mengampuni merupakan suatu hal yang tidak terpisahkan dalam konteks pada ayat ini, sebab kata mengaku mengikuti sifat Allah yang setia dan bertindak mengampuni.
ὁμολογῶμεν (homologomen) yang berati mengaku merupakan tindakan berjanji, mendeklarasikan, dan pengakuan itu sendiri yang diikuti dengan penyesalan.[13] Artinya tindakan mengaku bukan hanya saja diucapkan dalam bibir, tetapi juga berasal dari dalam hati yang sungguh-sungguh menyesal kepada Allah.
Apakah tindakan mengaku ini berati mengaku terhadap dosa yang dilakukan meskipun telah menjadi Kristen atau percaya baru berkaitan dengan mengampuni dan menyucikan dosa dari kejahatan sebelum bertobat? Tentu saja pengampunan dan penyucian tidak dapat dilepaskan dari dosa dan kejahatan. Kata dosa yang dipakai adalah ἁμαρτίας yang sangat berkaitan erat dengan ketidakpercayaan kepada Allah yang berarti di luar Kristus. Jadi pengampunan dan penyucian ini berkaitan erat dengan orang berdosa yang diampuni Allah ketika ia bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hidupnya.
Agak membingungkan ketika Yohanes menujukan pernyataan ini kepada kata kita.[14] Apakah yang dimaksud bahwa Yohanes menganggap bahwa ada orang yang desersi, tetapi penggunaan kata kita dapat dipahami bahwa Yohanes pun terlibat di dalamnya. Tidak mungkin ia tidak percaya kepada Yesus, dan hal itu berarti dirinya telah menerima pengampunan dan penyucian itu. Adalah lebih baik bila kita memandang bahwa penggunaan kata kita ditujukan kepada keadaan sebelum mereka bertobat dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Dan seketika pada waktu mereka bertobat maka secara otomatis mereka disucikan dan diampuni melalui pengorbanan Kristus.
Namun apabila hal ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang terpengaruh gnostik dan secara otomatis menolak Injil Kristus dan kebenaran-Nya, bisa diartikan bahwa Yohanes mengajak pembacanya yang mungkin termasuk dalam golongan ini untuk kembali bertobat sebab Allah akan mengampuni apabila orang itu sungguh-sungguh mau bertobat dan mempercayai apa yang menjadi inti iman Kristen.

Ayat 10
            Kembali penggunaan kata ἐὰν menjadi penghubung pada ayat ini. Dalam hal ini Yohanes kembali memberikan sebuah pemikiran untuk mengajak para pembacanya berpikir dan merenung.
            Apabila seseorang tidak berbuat dosa maka Firman Allah tentu tidak ada dalam diri orang tersebut. Selain itu kita membuat-Nya menjadi pendusta, sebab kedatangan Kristus ke dunia adalah untuk menyelamatkan orang berdosa.[15] Menolak pekerjaan Kristus berarti menolak Allah yakni Firman itu sendiri (Yoh. 1:1) dan kebenaran itu tidak ada di dalam diri.

B. Sintesis
            Sebagai kesimpulan dari pembahasan 1 Yohanes 1:5-10 ini kami berpendapat bahwa seseorang yang menjadi seorang pengikut Kristus dan berada di dalam-Nya harus menjauhkan diri dari segala kejahatan. Sebab ketika seseorang telah menjadi anak Allah, diri mereka harus jauh dari tindakan duniawi (dosa). Orang Kristen mungkin saja berbuat salah, namun pada tabiatnya seorang Kristen harus melepaskan dirinya dari perbuatan dosa yang terus menerus. Artinya ketika seseorang menyebut dirinya sebagai orang Kristen tetapi masih melakukan perbuatan yang jahat, sesungguhnya orang tersebut bukan orang Kristen sejati sebab orang yang diselamatkan akan mengerjakan buah-buah pertobatan. Iman yang menyelamatkan, namun disamping itu ada sebuah tindakan yang harus dipertanggung jawabkan di hadapan Allah sebab iman tanpa perbuatan hakekatnya adalah mati. Kedua hal ini tidak bertentangan tetapi saling melengkapi satu sama lainnya, seperti dua sisi pada sebuah koin bahwa dua sisi itu merupakan suatu kesatuan.
            Dalam hal ini kita bisa melihat bahwa Yohanes begitu resah dengan keadaan jemaat di Efesus yang tergunjang-ganjing oleh pengajaran sesat, sehingga ia merasa perlu untuk meyakinkan jemaat untuk kembali kepada kepercayaan semula tentang Kristus yang adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia yang menebus umat-Nya dari dosa. Penyangkalan akan Dia akan membawa orang masuk ke dalam kegelapan yang membinasakan hidup. Tetapi apabila orang mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat maka orang itu akan diampuni dan disucikan.

Penutup
Pada bagian penutup saya akan menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang saya cantumkan di atas.
Daftar pertanyaan penelitian:
1. Berita apa yang dimaksud? (ay. 5)
            Berita ini berarti Injil Kristus dimana di luar Dia tidak ada keselamatan dan hanya kegelapan yang ada. Terang Allah dinyatakan dalam kekudusan-Nya yang juga dituntut pada diri setiap orang percaya. Yesus mengajarkan bahwa orang percaya harus hidup secara benar dan suci, baik secara moral dan bukan hidup serampangan seperti kebiasaan orang kafir yang tidak mengenal Allah.
2. Bagaimanakah pengertian terang dan kegelapan? (ay. 5)
Dalam konteks ini fos berarti terang berarti kekudusan Allah, tindakan yang benar yang sesuai dengan moral yang sangat bertentangan dengan kegelapan atau perbuatan dosa yang dilakukan dalam perbuatan tidak bermoral.
3. Apa yang dimaksud dengan “persekutuan dengan Dia”? (ay. 6)
            Orang yang bersekutu dengan Dia adalah orang yang masuk di dalam bagian-Nya. Artinya orang Kristen yang percaya, yang telah disucikan dan dibenarkan oleh Allah melalui pengorbanan Kristus.
4. Bagimana cara hidup dalam terang? (ay. 7)
            Menjauhi cara hidup yang bergumul dalam dosa terus menerus, dan mengerjakan buah-buah pertobatan. Sebab orang yang hidup dalam terang tidak lagi berada dalam kegelapan. Orang Kristen akan mengerjakan perbuatan yang baik sebagai tanda syukur akan anugerah Allah yang telah menyelamatkan orang tersebut.
5. Apa yang dimaksud dengan membuat Dia menjadi pendusta? (ay. 10)
Allah tidak mungkin berdusta. Allah tahu bahwa semua orang berdosa dan tidak ada seorang pun yang benar, sehingga perlu pengorbanan Kristus untuk menyelamatkan mereka. Sehingga apabila ada orang yang mengatakan ia tidak berdosa, maka orang itu membuat Allah menjadi pendusta.

Refleksi
            Sebagai orang Kristen maka kita dituntut untuk hidup di dalam kebenaran-Nya. Seorang yang percaya kepada Allah tidak mungkin mengerjakan perbuatan seperti orang yang tidak percaya. Perbuatan tidak menyelamatkan, tetapi perbuatan yang mencerminkan orang tersebut apakah ia seorang yang sungguh-sungguh diselamatkan atau tidak.
Orang seringkali menganggap bahwa percaya kepada Kristus adalah hal yang cukup (meskipun pada kenyataannya memang demikian), sehingga ia dapat berlaku serampangan dan berbuat sesuka-sukanya karena berpikir bahwa dirinya telah diselamatkan. Tetapi kita harus mengerti bahwa orang yang tahu bahwa dirinya telah diselamatkan tidak mungkin mengerjakan perbuatan yang serampangan.
Kita hanya diselamatkan oleh iman kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat! Tapi apakah benar orang yang mengaku percaya Kristus kemudian melakukan hidup yang tidak bermoral merupakan orang yang sebenarnya sungguh-sungguh beriman dan percaya kepada Kristus? Dapat dikatakan hal itu adalah mustahil, sebab iman akan mengerjakan buah pertobatannya dan tidak mungkin tidak.
Jadi ingatlah bahwa iman yang menyelamatkan pastilah disertai perbuatan (buah pertobatan) yang sesuai dengan kehendak Allah. Hanya di dalam Kristus ada keselamatan dan apabila seseorang mungkin pernah mengalami desersi dalam kekristenan, Allah akan mengampuni apabila orang itu sungguh-sungguh bertobat dan percaya kepada Kristus, sebab tidak aka n ada lagi pertobatan ketika orang sudah meninggal.










Daftar pustaka:
1.        Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2. Jakarta: BPK, 2011.
2.        Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3. Jakarta: BPK, 2012.
3.        Ensiklopedi Alkitab Masa Kini vol. 1Jakarta: YKBK, 2011.
4.        Ensiklopedi Alkitab Masa Kini vol. 2Jakarta: YKBK, 2011.
5.        Morris, L., Teologi Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 2006.
6.        Software Bible Works 8
7.        Wikipedia



[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Doketisme
[2] Bible Works 8, strong data for “light”
[3] E. E. Ellis,  “Terang” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini vol.2 penerjemah H. Opa Sunggu  (Jakarta: YKBK, 2011), 465.
[4] Bible Works 8, skotia diartikan sebagai wickedness
[5] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2. Jakarta: BPK, 2012. Hal. 225.
[6] Donald Guthrie, 229
[7] Donlad Guthrie, 226
[8], R. P. Martin “Sekutu, persekutuan” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini vol.2 penerjemah H. Opa Sunggu (Jakarta: YKBK, 2011), 373
[9] Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 2006. 400
[10] Bible Works 8, strong dictionaries “darkness”
[11] Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 2006. Hal. 403
[12] Donald Guthrie dalam bukunya Teologi Perjanjian Baru 2, mengatakan bahwa tubuh dan darah tidak mengacu kepada Perjamuan Kudus, tetapi harus dipandang bahwa hal ini berkaitan dengan kematian-Nya. Lihat hal. 71
[13] Bible Works 8, Strong dictionaries “we confess”
[14] ὁμολογῶμενmenujuk pada orang pertama plural
[15] Dalam hal ini keadaan bahwa Yesus datang untuk menyelamatkan orang berdosa dalam pengertian bahwa semua orang berdosa dan tidak ada yang benar.

1 comment: