Monday, February 23, 2015

PERSEMBAHAN YANG HARUM

PERSEMBAHAN YANG HARUM


Bagaimana sebuah persembahan kepada Tuhan dapat dikatakan sebuah persembahan? Persembahan berbicara tentang sesuatu yang dibakar dan dipersembahkan kepada Tuhan. Ketika Tuhan menguji Abraham untuk mempersembahkan anaknya Ishak, tentu bukanlah suatu hal yang mudah baginya. Namun Abraham yakin benar bahwa Allah adalah Allah yang selalu menepati janji-Nya karena dari Ishak lah akan lahir keturunan yang serupa dengan pasir di laut. Karena Abraham percaya bahwa Allah akan membangkitkan Ishak dari antara orang mati (Ibr. 11:19). Abraham tahu secara pasti kepada siapa dia beriman.
Begitu juga dengan persembahan yang dilakukan oleh orang-orang yang mengasihi Tuhan yang tercatat di dalam Alkitab. Seperti halnya dengan kedua belas rasul, para martir Kristus, dan mereka yang bertahan dalam perjuangan iman.

Persembahan yang berbau harum adalah persembahan yang dipersembahkan secara benar. Saya teringat tentang peristiwa ketika Yesus membalikan meja-meja penukar uang di Bait Allah, dan juga pedagang-pedagang hewan kurban (Mat. 21:12-13). Ketika itu Tuhan Yesus begitu marah karena Rumah Bapa-Nya dijadikan sarang penyamun. Artinya ketika Yesus melakukan hal ini Ia melihat adanya ketidakadilan dan kecurangan yang dilakukan, yakni menjual hewan-hewan secara curang. Dengan kualitas rendah dan dijual dengan harga setinggi-tingginya mereka mau mendapat keuntungan yang besar! Mereka hanya menebalkan kantong mereka sendiri namun mereka memberikan persembahan yang buruk kepada Allah. Apakah Yesus ketika itu marah dengan orang yang membeli hewan kurban? Tentu saja tidak karena si pembeli tidak ada pilihan lain selain membeli di Bait Allah, sebab membawa hewan dari tempat yang jauh adalah hal yang sangat sulit dan mustahil. Yesus marah kepada orang yang menghalang-halangi orang untuk membawa persembahan yang baik kepada Allah. Persembahan yang harum adalah persembahan yang terbaik yang diberikan kepada Tuhan tanpa cacat cela.

Persembahan yang berbau harum adalah persembahan yang benar, dan apakah yang benar itu? Persembahan yang benar adalah seluruh kehidupan kita. Persembahan yang baik tidak berbicara tentang seberapa besar pemberian yang diberikan oleh seseorang. Saya membaca sebuah artikel, dan disitu ada sebuah statement yang menemplak saya. Bagaimana sebuah persembahan dapat dikatakan persembahan? Apakah ketika kita punya uang 100 juta dan kita memberikan 1 juta dapat dikatakan persembahan? Dalam artikel itu dikatakan bahwa sebuah persembahan cukup hanya dengan satu dollar saja. Namun persembahan satu dollar itu merupakan persembahan yang diberikan ketika orang itu hanya punya satu dollar itu saja! Artinya Tuhan merindukan kehidupan kita sebagai persembahan yang benar! Orang yang cinta Tuhan tidak akan hitung-hitungan dengan Tuhan, bahkan rela mempersembahkan bukan hanya harta tetapi seluruh hidupnya untuk Tuhan.

Kehidupan kita adalah persembahan terbaik yang dapat kita berikan kepada Tuhan. Sebelum pikiran saya diubahkan oleh Tuhan, saya selalu merasa bahwa kehidupan membawa saya kepada titik dimana saya bersungut dan tidak bersyukur untuk apa yang telah saya miliki, bersungut atas ketidakadilan, akan apa yang seharusnya saya peroleh lebih, atas apa yang saya kerjakan dan saya memperoleh yang tidak sesuai ekspektasi saya. Saya terkadang merasa ketidakadilan akan apa yang terjadi dalam kehidupan saya. Suatu ketika sehabis saya mengantar mama saya pergi ke suatu tempat, dan saya hendak pergi ke tempat lainnya saya yang merasa hidup ini tidak adil, Tuhan memberikan tidak seperti dengan apa yang saya harapkan begitu pikiran saya. Saya mulai membanding-bandingkan kehidupan saya dengan orang lain. Lalu saya berhenti di sebuah lampu merah di kawasan Gunung Sahari, tepat di depan markas Angkatan  Laut. Ketika itu sembari saya memberhentikan laju mobil yang saya bawa, seperti biasa ada orang-orang yang menjajakan dagangannya sembari berharap mendapat sedikit uang dari hasil penjualannya. Saya melihat seorang bapak-bapak mungkin usianya sekitar 30-an akhir. Tidak ada yang terlalu dapat banyak disedihkan dari bapak itu, dia menjual hiasan-hiasan seperti kuda-kudaan dari kayu. Dia tidak cacat, namun tentu saja peluh dan tampangnya yang kotor karena terkena polusi udara, asap kendaraan yang tidak karuan, serta teriknya panas matahari yang menyengat ketika matahari tepat berada di atas kepalanya. Saya masih begitu ingat waktu itu dia menggunakan topi berwarna abu-abu dan mengenakan handuk yang ditaruh dibawah topinya yang tentu ketika itu hari sangat panas. Lalu ada satu hal yang membuat saya menangis di dalam perjalanan, dan mulai menjadi titik perubahan dimana saya mulai mensyukuri kasih Tuhan di dalam hidup saya. Di tengah teriknya panas kala itu, saya melihat mukanya yang begitu letih, menjajakan dagangannya yang bahkan tidak ada yang laku satu pun. Entah mengapa waktu itu dia tersenyum, seakan hidupnya tidak memiliki beban. Kehidupannya yang sulit tidak menjadi rintangan baginya untuk tetap memiliki sukacita! Sungguh ketika itu saya tidak dapat berkata-kata, saya hanya sedih dan kemudian saya menangis karena saya begitu beruntung dan di satu sisi saya meminta maaf kepada Tuhan karena saya bukan seseorang yang baik. Saya merasa saya adalah orang yang baik, tetapi jauh di dalam hati saya bukanlah orang yang seperti itu! Saya sombong karena saya telah merasa bahwa diri saya baik. Entah mengapa waktu itu Tuhan mempertemukan kami, namun saya percaya ia telah menjadi berkat bagi saya.

Perlu diketahui ketika itu saya berada di semester 8 di sebuah sekolah Alkitab di Jakarta. Dalam hal ini bukan berarti saya ingin menjelek-jelekan status hamba Tuhan, akan tetapi saya sendiri juga adalah seorang manusia yang penuh dengan kekurangan. Dan ketika saya sampai di detik ini saya menyadari bahwa saya sungguh orang berdosa yang mendapat kasih karunia Tuhan. Sekalipun seringkali saya tidak setia, saya bersungut-sungut, saya kurang ajar, dan apa yang saya lakukan tidak mencerminkan karakter Tuhan, Tuhan tetap memelihara saya di dalam kasih dan anugerah-Nya sehingga saya dapat diubahkan Tuhan.

Kini, fokus saya sekarang bukan pada apa yang saya peroleh, tetapi pada apa yang dapat saya berikan sebagai ganti kebaikan Tuhan di dalam kehidupan saya. Saya memperoleh kasih karunia yang sebenarnya tidak pantas diberikan kepada saya sebagai orang berdosa. Mempersembahkan hidup kita, dan dimulai dengan memberikan diri ke dalam sebuah proses pembentukan ilahi agar hidup kita semakin indah di hadapan-Nya. Nikmati saja prose situ, karena hasilnya pasti sangat indah J. Allah memberikan kepada anak-anak yang dikasihi-Nya masa depan yang penuh dengan harapan. Begitu banyak yang ingin saya sharingkan, akan tetapi tentu saja hal itu akan membuat banyak hal yang melenceng jauh.

Fokus saya kini adalah menjadi orang yang berlaku baik kepada orang yang bahkan tidak memperlakukan saya secara baik. Saya belajar menjadi lebih sabar, padahal dulu sumbu saya pendek sekali. Saya belajar merendahkan hati, padahal dulu saya sombong luar biasa bahkan tidak sedikit yang kesal kepada saya :D. Namun puji Tuhan banyak dari hubungan kami yang sudah dipulihkan. Saya belajar bersyukur akan pelayanan saya di ladang Tuhan, dan mensyukuri bahwa Tuhan begitu baik memberikan kepada saya kasih karunia untuk melayani-Nya di sebuah gereja lokal di Jakarta sebagai seorang fulltimer.

Kehidupan saya yang dulu sudah begitu banyak berubah, dan saya yakin dan percaya semua karena Roh Kudus, semua karena kemurahan Tuhan! Kalau saya melihat kembali ke belakang tentu perubahan saya bukan karena kemampuan saya, bahkan saya tahu saya tidak akan pernah dapat melakukannya. Rasa optimistis saya tumbuh, karena saya tahu Tuhan yang memampukan saya untuk menjadi seperti-Nya. Sungguh dangkal untuk optimistis terhadap hal-hal yang hanya bertujuan memuaskan kedagingan kita, tetapi ketika kita merindukan perubahan kerohanian tentu saja Tuhan akan menjawab kerinduan kita asalkan kita mau melewati proses pembentukan.

Persembahan yang benar adalah kehidupan kita, dan bukan pada apa yang tampak yang kelihatan di hadapan orang-orang, tetapi integritas diri bahkan ketika orang tidak memandang atau memperhitungkan kita. Saya juga bersyukur bahwa saya punya orang-orang di sekitar yang membantu saya untuk terus maju melayani Tuhan, dan juga banyak hal-hal baik. Milikilah komunitas yang membangun!

Bersyukurlah selalu, bersukacitalah senantiasa dalam segala keadaan, selalu bersemangat melayani Tuhan karena Tuhan sudah mengasihi kita terlebih dahulu. Kiranya artikel saya kali ini dapat memberkati para pembaca sekalian, dan saya berdoa saudara yang membaca artikel ini dapat mengalami kasih Tuhan yang sama seperti yang saya alami. Sungguh mengingat kebaikan Tuhan membuat saya ingin berbagi agar orang-orang mengalami kasih Tuhan seperti yang telah saya alami.

Tuhan Yesus baik, dan memberkati kita sampai Maranatha Yesus datang kembali dalam kemuliaan-Nya. Halleluya

No comments:

Post a Comment