Wednesday, September 9, 2015

Hubungan Suami Istri di dalam Kejadian 2

Peristiwa penciptaan manusia, yang diciptakan melalui materi debu dan tanah (Kej. 2:6), sebagai sebuah klimaks dari kisah penciptaan. Di dalam bahasa aslinya, kata yang dipakai adalah aphar dan adamah yang berarti dibentuk Allah melalui tanah yang ada di bumi. Penggunaan istilah adamah sendiri juga mengacu kepada bumi sebagai daratan. Sebagai yang kembali lagi menjadi debu tanah, suatu keadaan yang fana yang mengakibatkan kebergantungan mutlak kepada Allah. Suatu keadaan fana, yang akan kembali kepada kekekalan. Nafas hidup, nefesy sebagai yang diembusi nafas kehidupan. Sebagai yang diciptakan Allah melalui materi, namun memiliki jiwa. Daging yang dibentuk dengan tanah dan memiliki jiwa karena diembusi nafas Allah, dan jiwa yang ada di dalam daging yang fana. Sebagai gambar dan rupa Allah yang bertugas untuk memelihara bumi, menyandang gambar, berfungsi sebagai pemelihara ciptaan-Nya. Manusia memiliki hubungan timbal balik dengan Allah, memiliki persekutuan, dan dapat bertindak dengan pemikirannya sendiri bukan karena insting semata. Hawa diciptakan Allah secara langsung melalui tangan Allah, dengan tulang rusuk Adam menyatakan keterkaitan yang tidak terpisahkan antara Adam dan Hawa yang saling bergantung. Hawa diciptakan sebagai penolong Adam, sedangkan Adam diciptakan lebih dahulu sebagai yang tak dapat digantikan. Penolong bukan berarti bahwa Hawa lebih kuat daripada Adam, dan bahwa konsep ini tentu amat salah. Penolong sendiri diciptakan oleh Allah karena tidak ada yang sepadan dengan Adam di antara binatang-binatang yang telah diciptakan (Kej. 2:20). Sehingga, kita tahu bahwa penolong ini berarti pendamping yang sepadan dan saling terikat satu sama lain, tanpa dapat dipisahkan, sebagai satu daging. Dan bahwa pada permulaannya baik Adam maupun Hawa diciptakan sederajat.
Bahkan bangsa lain yang tidak mengenal Allah seperti  halnya Plato mengakui bahwa segala sesuatu adalah fana. Ia percaya akan ada kehidupan dalam sebuah ketiadaan yang kekal. Namun filsafatnya tidak diterangi oleh kebenaran firman Allah, sebab ada sebuah jaminan bagi orang percaya, bahwa barangsiapa yang percaya kepada Yesus, mengaku dengan mulut dan percaya dalam hati maka ia akan diselamatkan (Rom. 10:9)!

Adam dan Hawa adalah satu kesatuan unit (Kej. 2:24). Adam yang diciptakan lebih dulu, dan kemudian Hawa diciptakan terkemudian, sehingga subjek nya adalah laki-laki, dan perempuan adalah objek pelengkap. Begitulah pandangan budaya patriakh yang dipercaya dan dipegang oleh Bangsa Israel. Akan tetapi pemahaman yang salah adalah bahwa laki-laki pun sangat bergantung kepada perempuan, pun perempuan sangat bergantung pada laki-laki. Keduanya diperlukan untuk dapat saling mengisi kebutuhan biologis dan berkembang biak seperti yang difirmankan oleh Tuhan dengan tugas untuk memenuhi bumi. Ikatan antara suami dengan istri adalah ikatan yang lebih kuat daripada ikatan ayah-anak di dalam marga, family, dsb. Di dalam kehidupan ini manusia seringkali diperhadapkan pada suatu situasi yang tidak dapat dipilih. Sebagai contoh, kita tidak dapat memilih siapa saudara orang tua kita, siapa saudara kandung kita, siapa saudara sepupu kita, siapa kakek nenek kita, siapa anak kita, siapa cucu kita, darimana kita berasal, dengan kondisi fisik apa kita dilahirkan, dengan status sosial yang seperti apa kita dilahirkan, akan tetapi Allah memberikan kepada manusia akal budi dan tanggung jawab untuk dapat memilih pasangan hidupnya, orang yang akan menemani sampai maut memisahkan keduanya. Pernikahan adalah satu-satunya lembaga terpenting yang dipercayakan Allah kepada setiap manusia untuk menentukan pilihan. Kata daging berasal dari kata basar yang mengandung arti nyawa kehidupan, sehingga kata daging ini bukan dalam arti harafiah menjadi satu secara sesungguhnya. Akan tetapi di dalam sebuah hubungan yang intim antara suami dan istri, baik itu melalui lembaga perkawinan maupun di dalam pemenuhan kebutuhan biologis harus lah dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan yang terikat dalam hubungan suami istri yang sah, dan satu-satunya. Berbagi kehidupan berarti mengasihi pasangan seperti mengasihi diri sendiri. Sebagaimana istri harus tunduk terhadap suami sebagai kepala dalam mengambil keputusan, demikian juga halnya suami harus mengasihi istri. Namun tentu saja seorang suami yang mengasihi istrinya akan mengambil keputusan berlandaskan kasih kepada teman hidupnya tersebut, dan tidak semena-mena. Inilah hubungan yang dikatakan berbagi hidup bahwa sesungguhnya landasan hubungan suami istri adalah kasih. (Ef. 5:22-33)

      Saat Hawa memakan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat tersebut, lalu memberikan kepada Adam untuk dimakan juga maka terbukalah mata mereka. Pengertian mata di sini berarti sebuah pengertian akan adanya eksistensi dosa. Sebelum Adam dan Hawa memakan buah pengertian tersebut mereka telah mengetahui bahwa adalah sebuah dosa dan kesalahan jikalau mereka makan buah tersebut, namun dalam hal ini konsep dosa hanya ada di dalam pikiran mereka saja (kognitif). Akan tetapi ketika mereka memakan buah tersebut maka pikiran mereka terbuka secara sadar akan dosa yang sesungguhnya telah mereka lakukan (afektif), dan mereka telah sadar bahwa mereka berdosa! Perlawanan terhadap hukum Allah berarti perlawanan terhadap Allah sendiri, dan mereka telah melakukan apa yang tidak tepat di pandangan Allah. Mereka telah meleset dan lalai dalam mentaati perintah Allah! Bisa dikatakan bahwa pengalaman Adam dan Hawa bersama dengan Allah tidak membuat mereka sadar secara sungguh siapa Allah sebenarnya! Ketaatan untuk melakukan hukum telah dilalaikan, dan hal ini dapat dimengerti ketika mereka melakukan hal ini dalam pengertian harafiah semata saja dan belum menyentuh ke dalam batiniah mereka. Ketaatan yang dilakukan hanya dipandang dalam koridor melakukan apa yang boleh dan yang tidak boleh, bukan dalam koridor sebuah hati yang sungguh mengasihi Allah. Keinginan untuk menyamai posisi Allah yang diwujudkan dalam keinginan untuk memakan buah tersebut yakni didasari hawa nafsu, dan keserakahan. Ta'avah yang digunakan untuk kata sedap kelihatannya sebenarnya memiliki arti lebih tepat menyenangkan mata. Menyenangkan mata untuk memuaskan keinginan hati dari manusia sendiri, dan bukan mencari apa yang memuaskan hati Allah dan menempatkan kerinduan Allah di posisi yang tertinggi.

        Kehadiran Hawa untuk menolong pria disebutkan ezer kenegdo (Kej. 2:18) yang mana memiliki kekuatan dalam fungsi tertentu sehingga fungsi saling bahu membahu ini terealisasi. Kapasitas yang dimiliki oleh perempuan bukanlah lebih rendah daripada laki-laki, akan tetapi sejajar sebagai pendamping yang berinisiatif dan menjadi mitra. Kata ezer sendiri memiliki gender maskulin, yang artinya kata penolong ini bukan hanya disematkan kepada perempuan semata, akan tetapi juga diberikan kepada laki-laki. Kata ezer yakni menolong sendiri sering dipakai untuk menggambarkan Allah sebagai penolong Israel, sehingga dapat dimengerti disini bahwa kodrat dari penolong tersebut bukanlah sekunder tetapi primer. Kedudukan antara pria dan wanita, suami dan istri dalam konteks ini bertugas saling menolong, dan bukan berarti perempuan yang diciptakan untuk menolong itu lebih kuat, sebab lelaki juga bertugas untuk menolong. Perbedaan fungsi merupakan yang terpenting untuk dapat mengerti konsep kesetaraan ini, bahwa sebuah rumah tangga dapat berjalan sesuai dengan blueprint-cetak biru ketika kita memahami makna keluarga yang dikehendaki oleh Allah. 

No comments:

Post a Comment