Wednesday, September 9, 2015

Masa Antar Perjanjian

Tahukah anda bahwa ada sebuah masa kegelapan di antara Perjanjian Lama yang diakhiri dengan Kitab Maleakhi dengan Perjanjian Baru yang diawali dengan Kitab Matius (Kitab Markus yang tertua) dan masa itu terjadi sekitar 400 tahun. Pada masa ini dikenal juga dengan Intertestamental Period atau Masa Antar Perjanjian. Nabi terakhir di PL yakni Maleakhi bernubuat dan setelahnya seolah-olah Allah tidak berfirman lagi, yakni Allah berdiam diri. Pada masa-masa ini muncul sekte-sekte yang mengharapkan kedatangan Mesias. Sekte-sekte tersebut antara lain: Farisi, Saduki, Eseni, Zelot. Dan pada masa ini, ada sebuah Kerajaan yang sangat luar biasa yakni Yunani yang mencapai puncak kejayaannya pada masa Raja Aleksander Agung (Iskandar Zulkarnain) yang menjadikan bahasa Yunani sebagai bahasa Internasional yang bahkan sampai pada masa Kerajaan Romawi, bahasa Yunani tetap dipakai sepakai bahasa perserikatan.

Bagaimana bahasa Yunani menjadi bahasa perserikatan bangsa Israel? Maka tentu saja hal ini hanya bisa dijawab ketika kita melihat ke dalam peristiwa-peristiwa apa saja yang terjadi di dalam periode Antar Perjanjian ini.
Pada zaman Nabi Maleakhi sebagai nabi terakhir dalam PL, keadaan di Israel adalah terbebas dari jajahan bangsa manapun secara politik. Bangsa Israel telah pulang dari Babel, menurut titah Koresy Raja Persia (Ez. 1:1). Orang Yahudi tidak lagi mengalami penindasan. Sehingga muncul lah Kerajaan Yunani yang mengalahkan Kerajaan Persia, di bawah Aleksander Agung. Aleksander Agung itulah yang dinubuatkan oleh nabi Daniel (Dan. 7:6; 11:4) mengenai binatang berkepala empat. Perlu diperhatikan bahwa Daniel bernubuat mengenai Aleksander sekitar 200 tahun sebelum kelahirannya. Sangat jelas di sini bahwa sebuah nubuatan tidak mungkin salah, dan pasti digenapi oleh Allah. Kini tampuk kekuasan berpindah dari Persia ke Yunani.
Raja Aleksander Agung yang menghormati dan menghargai bangsa Yahudi sangat disayangkan ia berusia pendek ia hanya mencapai usia 33 tahun karena penyakit yang membuatnya meninggal. Tanpa menyiapkan satu pun suksesor, maka kini keempat tanduk dalam kitab Daniel, yakni para wakil Aleksander memperebutkan tahta yang luar biasa besar dan begitu menggoda tersebut. Lalu bagaimana nasib bangsa Yahudi kemudian? 

Kerajaan Yunani yang mahabesar itu kemudian terpecah menjadi empat bagian, karena masing-masing dari empat raja kecil mengklaim bahwa Kerjaan Yunani adalah milik mereka. Kerajaan Yunani yang pecah menjadi empat itu dibagi menurut ukuran mata angin, dan genaplah nubuat Nabi Daniel terhadap keempat tanduk ini (Dan. 7:6; 11:4):
1.   Bagian Barat dikuasai oleh Cassander yang menguasai Makedonia dan Yunani;
2.   Bagian Timur dikuasai oleh Lysimachus yang menjadi raja atas Turki, dan Asia Kecil yang disebut Armenia;
3.   Bagian Selatan yang dikuasai oleh Ptolemy yang menguasai seluruh Tanah Mesir;
4.   Bagian Utara yang dikuasai oleh Seleucus yang menguasai Siria, Palestina (Israel), Babel, dsb.
Kebiasaan Aleksander Agung yang semasa hidupnya mencampur kebudayaan bangsa jajahan dengan kebudayaan Yunani dimana kebudayaan Yunani haruslah menjadi kebudayaan utama yang dikenal dengan istilah Helenisme. Perkembangan kebudayaan Yunani selalu menitik beratkan pada agama dan olah raga untuk menyatukan negara-negara jajahan (disebut provinsi). Pada sektor olahraga dikenal dengan istilah Olympic Game yang diadakan setiap 4 tahun sekali, dan berlanjut sampai saat ini yang kita kenal dengan istilah olimpiade yang diadakan setiap 5 tahun sekali. Untuk perihal agama, didirikan banyak kuil-kuil untuk dewa-dewa di setiap provinsi.

Karena unsur kebudayaan dan keagamaan Yunani yang sangat kuat, maka hal ini memberikan sebuah tantangan baru bagi orang-orang Yahudi. Mayoritas bangsa Yahudi berpendapat bahwa mereka tidak boleh menerima kebudayaan Yunani dan di saat yang sama mereka memelihara iman kepercayaan mereka sendiri. mereka beranggapan, dengan menerima kebudayaan Yunani berarti mereka telah murtad dari Tuhan. Karenanya mereka menentang mati-matian kebudayaan Yunani, adat istiadat, pemikirian, ajaran dari asing ini, dan mereka memilih taat kepada Taurat Musa dan tradisi nenek moyang mereka, sekalipun mereka harus mati. Namun ada juga mereka-mereka yang berkompromi dengan Yunani, sehingga banyak dari mereka di perantauan yang mengagumi kebudayaan Yunani menjadikan Alexandria sebuah kota di Mesir sebagai pusat perkumpulan orang Yahudi yang berbahasa Yunani, dan di sana juga mereka menerjemahkan kitab PL ke dalam bahasa Yunani yang dikenal dengan sebutan Septuaginta atau juga LXX (70 – sebab ada sekitar 70 ahli yang menerjemahkan Kitab PL Yahudi ke dalam bahasa Yunani).
Adanya dua aliran besar ini antara orang Yahudi yang pro Yunani dan orang Yahudi yang kontra Yunani, akan mengakibatkan perang saudara besar-besaran di kemudian hari. Bahkan bila diamati dan diteliti hingga hari ini, dari sudut pandang sejarah, jelas terlihat konflik dan ketegangan tetap berlanjut. Pemikiran Barat, filsafat, gaya hidup, atau peradaban Barat yang didasari dan dilandasi pada pemikiran kebudayaan Yunani yang menganut individualisme, matereliasme, sekularisme,  hedonisme, dsb dalam gaya hidup, dan pengaruh terhadap dunia teologi seperti teologi liberal sangat mempengaruhi warna kebudayaan Yunani yang tetap eksis hingga saat ini. 

Pada awalnya secara geografis Israel jatuh ke tangan Jendral Makedonia, yang merupakan kaki tangan dari Alexander Agung yang bernama Ptolemy. Setelah Alexander mati, maka Ptolemy I yang semasa hidup tuan nya dimandatkan di Mesir mengangkat diri menjadi raja (323 SM) dan mendirikan dinasti. Umat Yahudi mengalami penyiksaan pada awalnya, akan tetapi kemudian mereka mendapat kelunakan dan merasakan kemakmuran. Akan tetapi perang antara Ptolemy dengan Seleucus I di bagian Utara, dan perang antar dinasti yang berkelanjutan ini dimenangkan oleh Antiokhus III, Raja Suriah tahun 198 SM, sehingga lamanya trah Ptolemy memerintah adalah 125 tahun atas Palestina (tanah geografis umat Yahudi). Pemerintahan Antiokhus kini telah mengambil alih pemerintahan Ptolemy. Awalnya bangsa Yahudi mendapat kesejahteraan di bawah Antiokhus III, akan tetapi karena kekalahan perang terhadap bangsa Romawi, Antiokhus III menekankan pajak yang begitu besar menyebabkan bangsa Yahudi sekali lagi berada di bawah tapak besi. Muncul dari suku Tobias, satu suku Yahudi yang pro Yunani dan Ptolemy, bangkit melawan Antiokhus. Umat Yahudi yang pro Yunani di bawah pimpinan Tobias, dan umat Yahudi kontra kebudayaan Yunani yang memegang Taurat Musa kelak akan menjadi friksi berkepanjangan di kemudian hari. Mereka terbagi menjadi dua kelompok besar yakni Yahudi orthodox (yang kemudian memunculkan ahli Taurat), dan Yahudi liberal (yang dekat dengan pemerintahan yang menjajah, yakni orang Saduki). Kemudian Antiokhus III meninggal dan digantikan oleh Seleukus IV (189 SM), namun Seleukus IV dibunuh, dan digantikan oleh Antiokhus IV (186 SM) yang disebut dengan Antiokhus Epifanes. Kekejamannya yang luar biasa menjadikannya musuh yang luar biasa dibenci oleh orang Yahudi bahkan hingga kini, bahkan ia dijadikan sebagai lambang anti-Kristus Sekali lagi bangsa Yahudi berada di ambang kemusnahan!

Antiokhus IV, sebagai sang lambang Anti Kristus lahir di kota Atena, Yunani. Ia begitu bengis, sadis, licik, dan mengatakan bahwa dirinya adalah dewa. Ia dikenal juga dengan sebutan Antiokhus Epifanes (Dewa yang terkemuka). Pada masa ini bangsa Yahudi yang pro-Yunani dan oportunis hidup cukup nyaman, namun keadaan bagi Yahudi orthodox (konservatif) berbanding terbalik. Mereka hidup dengan penuh penyiksaan yang luar biasa, bahkan Epifanes memberikan larangan-larangan kepada bangsa Yahudi. Mereka dilarang mentaati Sabat, melakukan sunat, dan memilah makanan haram dan halal. Ia merobohkan Bait Allah, membunuh banyak umat yang ada di Bait Allah, merobohkan mezbah bakaran, mengambil semua perkakas Bait Allah, banyak yang dibantai, dan ditawan sebagai budak, membakar rumah-rumah, meruntuhkan benteng, menjarah seluruh harta benda, dan menjual anak dan wanita sebagai budak. Yang paling biadab adalah kejahatannya menghancurkan mezbah Bait Allah dan diganti dengan mezbah Zeus, dan membuat patung Zeus lalu memaksa orang Yahudi mempersembahkan babi betina di mezbah bakaran. Lalu kaldu daging babi tersebut dipercikkan ke seluruh Bait Allah. Penistaan agama luar biasa yang dilakukan oleh Epifanes dan penindasan mengakibatkan banyak orang Yahudi yang murtad dan mendukung Epifanes. Karena penistaan agama yang luar biasa ini, maka orang-orang Yahudi yang memegang teguh Taurat sangat merasa terhina, sehingga di bawah pimpinan Yudas Makabe seorang panglima tentara besar orang-orang Yahudi konservatif melakukan peperangan melawan Antiokhus Epifanes yang didukung oleh orang-orang Yahudi pro Yunani, dan lahirlah perang saudara. Revolusi ini sangat menyentuh batin, karena pengorbanan yang dilakukan orang Yahudi yang takut akan Tuhan.

Revolusi di bawah pimpinan Yudas Makabe seorang yang takut akan Tuhan dan mencintai Taurat-Nya. Ayahnya, Mattatias adalah seorang imam Tuhan yang setia terhadap panji Taurat dan Tanah Air yang memulai terjadinya revolusi melawan kedurjanaan bangsa yang tidak menghormati nama Tuhan. Berkali-kali Makabe berhasil mengalahkan pasukan Suriah di bawah pimpinan Antiokhus Epifanes, sehingga akhirnya Tanah Palestina berhasil direbut oleh mereka. Peristiwa kehancuran Bait Allah tepat tiga tahun setelahnya Makabe mendirikan kembali Bait Allah, dan menetapkan hari tersebut sebagai hari yang dikuduskan yakni pada tanggal 25 Desember 165 SM. Namun seiring dengan sebuah kegagalan dalam perang melawan Kerajaan Suriah, pasukan di bawah pimpinan Makabe mengalami kekalahan dan Makabe mati di tangan Kerajaan Suriah. Kemudian rakyat yang terpencar disatukan kembali di bawah pimpinan Yonathan adik paling kecil dari Makabe, namun kembali ia mati. Kembali rakyat kacau balau, dan sekali lagi Tuhan mengirimkan seorang dari anak Mattatias yakni Simon. Di bawah pemerintahan Simon, ia mengadakan perjanjian diplomatis dengan Kerajaan Suriah yang juga mengalami pergolakan internal sehingga pemimpin yang kejam dan tamak terhadap Yahudi berganti menjadi pemimpin menjadi yang baik kepada mereka. Lebih lagi Simon sebagai seorang yang pandai berdiplomasi mengadakan perjanjian kerjasama dengan Romawi. Namun malang, baru sedekade terjadi kemakmuran di antara orang Yahudi, ia dicelakakan oleh menantunya sendiri dan membunuh kedua saudara ipar nya. Namun Tuhan tetap memelihara mereka, dengan menyisakan satu anak Simon yaitu John Hycarnus. Hycarnus mendapat dukungan dari Romawi sehingga Kerajaan Suriah tidak berani ikut campur lagi. Hycarnus diangkat menjadi imam besar, dan juga panglima perang. Bahkan pada masanya Kerajaan Israel memiliki teritori sama besar dengan Kerajaan Daud dahulu. Akan tetapi karena kesibukan Hycarnus dalam perang dan politik, ia sebagai imam besar tidak terlalu mengindahkan urusan agamawi. Sehingga golongan Chasidin yang memiliki semangat mendukung keturunan Makabe dalam perang-perang dahulu, menarik diri dari dunia sekuler dan tidak lagi mendukung dinasti Makabe karena gaya Hycarnus yang juga otoriter. Golongan Hasidin ini yang dikemudian hari menjadi Farisi (yang mengasingkan diri) dan mendapat tempat di hati rakyat. Sedangkan Hycarnus, menjadi satu-satunya keturunan Makabe yang dekat dengan orang Yahudi pro Yunani, kemudian hari menjadi golongan bangsawan yang dekat dengan pemerintahan penajajah dikenal dengan istilah orang Saduki.

Maka dari sinilah asal muasal golongan Farisi dan Saduki. Farisi adalah para ahli Taurat yang memegang teguh Taurat Musa dan cenderung menjauhi pemerintahan duniawi, sedangkan orang Saduki yang merupakan orang dekat dari keturunan Makabe dekat dengan pemerintah penjajah. Orang Farisi cenderung menjauhkan diri dari hal-hal yang bersifat sekuler, sedangkan orang Saduki terlibat dalam politik. Kemudian muncul dua sekte yang lainnya yakni golongan Eseni yakni mereka yang menjauhkan diri dari hal-hal duniawi, dan biasa mengasingkan diri ke sebuah tempat lain, biasa berpuasa, tidak makan daging, tidak menikah, dan menggunakan air sebagai sarana pengampunan dosa, Yohanes pembaptis adalah salah satu dari golongan ini. Dan ada satu sekte lagi yakni orang Zelot yakni mereka yang mentaati Taurat, namun mereka bertindak seperti seorang penajahat yang tidak segan-segan membunuh lawan mereka, seperti prajurit Romawi. Di antara murid-murid Yesus salah satu yang diperkirakan sebagai orang Zelot adalah Simon Petrus. Dalam peristiwa penangkapan Yesus di Taman Getsemani, Petrus memotong telinga kanan dari hamba Imam Besar (Yoh. 18:10) yang bernama Malkhus. Diperkirakan bahwa Petrus sebelum mengikut Yesus adalah salah satu pengikut dari golongan ini. Jadi di masa selama Yesus ada di bumi, dan melayani selama 3,5 tahun ada empat golongan besar yakni Farisi, Saduki, Eseni, dan Zelot. Di bawah pemerintahan kekaisaran Romawi yakni Kaisar Agustus Caesar (Luk. 2:1). Masa Inter-testamental Period yakni masa antar perjanjian diakhiri dengan berbicaranya Allah kepada Zakharia dan Elisabeth tentang kelahiran anaknya, yakni Yohanes Pembaptis (Luk. 1). (/Tamat)


No comments:

Post a Comment